Timur tahun 2014 tidak berpengaruh terhadap kelelahan kerja. Sedangkan nilai korelasi Spearman r sebesar 0,128 menunjukkan
bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah, artinya semakin status gizi menjauhi kadar normal tidak normal,
semakin meningkat untuk terjadinya kelelahan kerja walau hanya sedikit. Kemudian nilai koefisien determinan r
2
adalah 0,016 artinya hanya 1,6 variabel status gizi dapat memprediksi terjadinya
kelelahan kerja.
3. Pengaruh Kebiasaan Merokok, Tingkat Kebisingan, Tingkat
Pencahayaan, dan Tekanan Panas di Tempat Kerja terhadap Kelelahan Kerja
Pengaruh kebiasaan merokok, tingkat kebisingan, tingkat pencahayaan, dan tekanan panas di tempat kerja terhadap kelelahan
kerja pada pembuat tahu dapat dilihat pada tabel 5.8 dibawah ini:
Tabel 5.8 Hasil Analisis Pengaruh Kebiasaan Merokok, Tingkat Kebisingan,
Tingkat Pencahayaan, dan Tekanan Panas di Tempat Kerja terhadap Kelelahan Kerja pada Pembuat Tahu di Wilayah
Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur Tahun 2014 Variabel
Kategori n
p-value Kebiasaan
Merokok
Merokok, jika Pernah dan Aktif
Merokok Sampai Sekarang
52 0,239
Tidak Merokok, jika Tidak Pernah
Merokok
23
Tingkat Kebisingan
Terpapar Kebisingan: 85 dB
8 0,476
Tidak Terpapar Kebisingan: ≤ 85 dB
67
Tingkat Pencahayaan
Tidak Terpapar Pencahayaan Ideal: 300 lux
32 0,169
Terpapar Pencahayaan Ideal: ≥ 300 lux
43
Tekanan Panas
Terpapar Tekanan Panas 60
0,014 Tidak Terpapar Tekanan Panas
15
a. Kebiasaan Merokok Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Mann-Whitney
di atas diperoleh nilai p-value sebesar 0,239, menunjukkan bahwa pada α = 5 faktor kebiasaan merokok tidak berpengaruh terhadap
terjadinya kelelahan kerja pada pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2014.
b. Tingkat Kebisingan Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Mann-Whitney
di atas diperoleh nilai p-value sebesar 0,476, menunjukkan bahwa
pada α = 5 faktor tingkat kebisingan di tempat kerja tidak berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja pada pembuat tahu
di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2014. c. Tingkat Pencahayaan
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Mann-Whitney di atas diperoleh nilai p-value sebesar 0,169, menunjukan bahwa
pada α = 5 faktor tingkat pencahayaan di tempat kerja tidak berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja pada pembuat tahu
di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2014. d. Tekanan Panas
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Mann-Whitney di atas diperoleh nilai p-value sebesar 0,014, menunjukan bahwa
pada α = 5 faktor tekanan panas di tempat kerja berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja pada pembuat tahu di wilayah
Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2014.
114
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menyadari terdapat keterbatasan dan kelemahan penelitian. Dengan keterbatasan ini, diharapkan dapat dilakukan
perbaikan untuk penelitian yang akan datang. Keterbatasan dan kelemahan penelitian ini adalah pengukuran tekanan panas hanya dilakukan satu kali
karena adanya keterbatasan alat dan waktu penelitian serta izin dari pemilik tempat pembuatan tahu. Oleh sebab itu, peneliti melakukan pengukuran pada
pertengahan jam kerja, sehingga dapat diperoleh hasil ukur saat aktivitas pembuatan tahu sedang berlangsung.
B. Gambaran Kelelahan Kerja pada Pembuat Tahu
Kelelahan merupakan kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan yang biasa terjadi kepada semua orang dalam kehidupan
sehari-hari dan disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam bekerja Budiono, dkk, 2003, Sedarmayanti, 2009. Kelelahan adalah suatu
mekanisme perlindungan tubuh agar terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Istilah kelelahan biasanya
menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya