Penanggulangan Kelelahan Kerja TINJAUAN PUSTAKA

71

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini mengacu kepada teori dari beberapa sumber yaitu modifikasi Kroemer dan Grandjean 1997, Tarwaka 2013, Suma’mur 1999, dan Bridger 2003 yang menyebutkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja adalah umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, shift kerja, tingkat kebisingan, tingkat pencahayaan, dan tekanan panas yang dipengaruhi oleh beban kerja dan jam kerja, masa kerja, tanggungjawab peran dalam organisasi, status kesehatan, status gizi, dan keadaan monoton. Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan, k erangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen yaitu kelelahan kerja pada pembuat tahu dan variabel independen yaitu umur, masa kerja, status gizi, kebiasaan merokok, tingkat kebisingan, tingkat pencahayaan, tekanan panas yang dipengaruhi oleh beban kerja dan jam kerja,. Umur merupakan karakteristik yang melekat pada seseorang. Semakin tua umur seseorang, maka semakin besar juga tingkat kelelahan kerja. Hal ini dikarenakan orang yang berusia tua fungsi faal tubuhnya seperti fungsi otot, kerja jantung, dan pernapasan akan berkurang. Masa kerja merupakan akumulasi waktu dimana pekerja melakukan pekerjaan tersebut. Semakin lama orang bekerja membuat orang tersebut berpengalaman, juga menyebabkan terjadinya kebosanan dan kelelahan dalam bekerja. Status gizi merupakan salah satu penyebab kelelahan. Seseorang yang memiliki status gizi yang baik akan memiliki ketahanan tubuh dan kapasitas kerja yang baik dibandingkan dengan orang yang memiliki status gizi tidak baik. Rokok memiliki pengaruh terhadap terjadinya kelelahan. Seseorang yang merokok akan menghisap asap rokok yang lebih beracun dan karsinogenik kedalam tubuhnya dari pada orang yang bukan perokok. Hal tersebut dapat mempengaruhi kemampuan fisiknya, sehingga tubuh dengan mudah mengalami kelelahan. Tingkat kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki oleh telinga karena dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, kesalahan komunikasi, dan gangguan konsenterasi. Gangguan tersebut dapat memunculkan sejumlah keluhan berupa perasaan lamban, malas melakukan aktivitas, perasaan tidak nyaman, dan kelelahan. Tingkat pencahayaan yang memadai dapat memberikan kesan pemandangan yang baik dan keadaan lingkungan yang menyegarkan. Kekurangan pencahayaan di lingkungan kerja dapat menyebabkan terjadinya kelelahan bagi pekerjanya. Tekanan panas merupakan perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara, dan panas radiasi. Pekerja dapat bekerja dengan baik bila kondisi lingkungan kerja nyaman. Suhu lingkungan yang tinggi dapat mengakibatkan suhu tubuh meningkat dan mengeluarkan keringat, dimana tubuh akan kekurangan beberapa macam garam sehingga menghambat transportasi glukosa sebagai sumber energi dalam tubuh. Hal ini menyebabkan seseorang mengalami kelelahan. Perhitungan tekanan panas perlu mempertimbangkan beban kerja sesuai dengan klasifikasi beban kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2011 dan mengukur waktu kerja tenaga kerja. Pembuat tahu bekerja 8 jam perharinya yaitu dari pukul 09.00 sampai pukul 17.00, dimana waktu istirahat hanya beberapa menit untuk makan siang, dan dilakukan segara bergantian antara pekerja satu dengan lainnya agar proses produksi tetap berjalan. Terdapat beberapa faktor risiko tidak diteliti dalam penelitian ini, seperti jenis kelamin, dimana jenis kelamin pembuat tahu dalam penelitian ini sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sehingga bersifat homogen. Begitu juga dengan shift kerja, pada penelitian ini pembuat tahu melakukan pekerjaan membuat tahu pada siang hari. Setiap orang memiliki tanggungjawab mengerjakan tugasnya dalam suatu organisasiperusahaan. Pada penelitian ini setiap pembuat tahu memiliki tanggungjawab yang sama terhadap pekerjaannya dan saling gotong royong dalam bekerja, mulai dari menyiapkan bahan baku sampai tahu siap dipasarkan, sehingga faktor ini juga tidak memiliki variasi bila diuji dalam statistik. Faktor status kesehatan dalam penelitian ini tidak diteliti karena keterbatasan peneliti, sehingga faktor tersebut menjadi salah satu syarat atau kriteria inklusi dan ekslusi dalam penelitian ini. Jika responden menyatakan secara subjektif bahwa dirinya dalam keadaan sehat dan tidak memiliki riwayat penyakit penyakit jantung, gangguan ginjal, asma, tekanan darah rendah, dan tekanan darah tinggi, maka dapat mengikuti penelitian ini. Sebaliknya jika responden sedang tidak sehat atau sakit dan memiliki riwayat penyakit penyakit jantung, gangguan ginjal, asma, tekanan darah rendah, dan tekanan darah tinggi, maka responden tidak diikutsertakan penelitian ini. Hal ini juga ditakutkan ‘bias’ karena ukuran status kesehatan hanya berdasarkan penilaian subjektif pekerja. Selanjutnya, faktor keadaan monoton juga tidak diteliti karena berdasarkan hasil observasi di lapangan, pembuat tahu bukan merupakan pekerjaan monoton karena dalam sehari pembuat tahu melakukan hampir