Tekanan Panas Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kelelahan Kerja pada

kadarnya dalam tubuh, sehingga menghambat transportasi glukosa sebagai sumber energi. Hal ini menyebabkan penurunan kontraksi otot sehingga tubuh mengalami kelelahan Guyton, 1991. Faktor risiko tekanan panas di tempat kerja mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja pembuat tahu. Hal ini dapat terjadi karena kondisi lingkungan tempat pembuatan tahu memiliki suhu yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil observasi sumber panas dihasilkan dari proses perebusanpemasakan menggunakan tungku api dan ketel uap dengan bantuan kayu bakar. Proses ini menghasilkan tekanan panas sekitar 29° sampai 32° C yang dapat mengganggu proses kerja. Selain itu celah udara atau ventilasi di tempat pembuatan tahu kurang memadai sehingga uap yang dihasilkan selama proses pembuatan tahu sulit keluar dan digantikan dengan udara segar. Oleh sebab itu, untuk menghindari terjadinya kelelahan kerja yang dipengaruhi oleh faktor tekanan panas di tempat kerja, dapat melakukan beberapa cara seperti mengendalikan bahaya ditempat kerja dengan cara mendesain tempat kerja dan beristirahat sejenak saat merasa kelelahan Lerman et al, 2012, ILO, 1998. Adapun mendesain tempat kerja yang mungkin bisa dilakukan pemilik tempat pembuatan tahu dengan menambah jumlah celah udara di keliling tempat pembuatan tahu atau bagi pemilik tempat pembuatan tahu membuat cerobong asap pembuangan dari uap panas hasil proses perebusanpemasakan. Beristirahat sejenak 5 sampai 15 menit setiap 1 sampai 2 jam atau bila merasa sudah tidak nyaman dengan paparan tekanan panas di tempat pembuatan tahu, atau bergantian mengerjakan pekerjaan yang memiliki paparan tekanan panas yang lebih rendah dari pekerjaan sebelumnya. Beristirahat sejenak terbukti mengurangi kelelahan, meningkatkan produktifitas, dan mengurangi risiko kesalahan atau kecelakaan. Istirahat sejenak bisa bisa dilakukan seperti bercengkramainteraksi sosial, atau konsumsi minuman. 143

BAB VII PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran kelelahan kerja yang terjadi pada pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2014 yang dapat dilihat dari nilai median waktu reaksi adalah 483,00 mili detik dimana termasuk tingkat kelelahan kerja sedang. Waktu reaksi tersingkat adalah 246 mili detik dan terlama adalah 1598 mili detik. Sebagian besar pembuat tahu mengalami gejala pelemahan kegiatan, yaitu 49 orang. Dimana pembuat tahu paling banyak mengalami kelelahan kerja tingkat sedang yaitu 25 orang. 2. Nilai median umur pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2014 adalah 31 tahun, dimana umur terendah adalah 13 tahun, sedangkan umur tertua adalah 56 tahun. 3. Nilai median masa kerja pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2014 adalah 8 tahun, dimana masa kerja terendah adalah 1 tahun, sedangkan masa kerja terlama adalah 41 tahun. 4. Nilai median status gizi pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2014 adalah 21,93 kgm 2 status gizi normal, dimana nilai terendah adalah 17,15 kgm 2 , sedangkan nilai tertinggi adalah 32,46 kgm 2 . 5. Sebagian besar pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2014 memiliki kebiasaan merokok yaitu sebesar 69,3. 6. Sebagian besar pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2014 tidak terpapar kebisingan di tempat kerja yaitu sebesar 89,3. 7. Sebagian besar pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2014 terpapar pencahayaan ideal di tempat kerja yaitu sebesar 57,3. 8. Sebagian besar pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2014 terpapar tekanan panas di tempat kerja yaitu sebesar 80. 9. Ada pengaruh umur terhadap kelelahan kerja pada pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2014. 10. Ada pengaruh masa kerja terhadap kelelahan kerja pada pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2014. 11. Tidak ada pengaruh status gizi terhadap kelelahan kerja pada pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2014. 12. Tidak ada pengaruh kebiasaan merokok terhadap kelelahan kerja pada pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2014. 13. Tidak ada pengaruh tingkat kebisingan di tempat kerja terhadap kelelahan kerja pada pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2014. 14. Tidak ada pengaruh tingkat pencahayaan di tempat kerja terhadap kelelahan kerja pada pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2014. 15. Ada pengaruh tekanan panas di tempat kerja terhadap kelelahan kerja pada pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2014.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan terkait dengan hasil penelitian ini antara lain:

1. Bagi Pemilik Tempat Pembuatan Tahu

a. Diharapkan pembagian tugas atau beban kerja menyesuaikan kemampuan fisik dan kapasitas kerja pembuat tahu. Beban kerja yang ringan seperti proses perendaman, pencucian, penggilingan, pengendapan, dan pemotongan dilakukan oleh pekerja yang sudah berumur tua atau memiliki masa kerja lama. Sedangkan beban kerja yang berat seperti proses perebusan, pencetakan, dan penyaringan dilakukan oleh pekerja yang berumur muda atau memiliki masa kerja baru. b. Diharapkan mendesain tempat kerja dengan menambah jumlah celah udara di keliling tempat pembuatan tahu atau membuat cerobong asap pembuangan dari uap panas hasil proses perebusanpemasakan. Lalu, menambah jumlah sumber cahaya dengan mengganti beberapa buah genting dengan genting tembus cahaya tanpa perlu takut kebocoran saat terjadi hujan. c. Diharapkan pemilik tempat pembuatan tahu memperbolehkan pembuat tahu untuk beristirahat sejenak 5 sampai 15 menit setiap 1 sampai 2 jam dan bergantian mengerjakan pekerjaan yang memiliki paparan bahaya lingkungan yang lebih rendah dari pekerjaan sebelumnya. Kegiatan yang bisa dilakukan saat beristirahat sejenak seperti berinteraksi sosial sesama pembuat tahu lainnya atau mengkonsumsi minum.