belum tentu baik untuk tubuh mereka. Dimana gizi baik dapat membantu pembuat tahu tetap sehat dan terhindar dari kelelahan kerja maupun risiko
kesehatan lain yang dapat mempengaruhi kinerja dan produktivitas mereka.
4. Kebiasaan Merokok
Kebiasaan merokok adalah kegiatan yang dilakukan berulang- ulang dalam menghisap rokok mulai dari satu batang ataupun lebih dalam
satu hari. Bustan, 2000. Berdasarkan uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney
didapatkan nilai p-value sebesar 0,239, menunjukkan bahwa kebiasaan merokok tidak berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja pada
pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2014. Hal ini berarti kelompok pembuat tahu yang memiliki kebiasaan
merokok dengan kelompok yang tidak memiliki kebiasaan merokok memiliki risiko yang sama untuk terjadinya kelelahan kerja.
Sedangkan berdasarkan hasil univariat didapatkan bahwa sebagian besar pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur
memiliki kebiasaan merokok yaitu sebesar 69,3 dari total sampel atau sebanyak 52 orang. Berdasarkan wawancara dengan kuesioner, pembuat
tahu mengaku mengkonsumsi rokok dimulai pada masa remaja dimana
mereka terpengaruh oleh lingkungan sekitar sehingga merokok sudah menjadi sebuah kebiasaan. Jumlah batang rokok yang dikonsumsi juga
bervariasi, namun kebanyakan pembuat tahu mengkonsumsi lebih dari 12 batang rokok perhari. Kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang hingga
menjadi sebuah kebiasaan. Hasil ini sebanding dengan hasil penelitian kelelahan pada pekerja
proyek dimana diantara 37 pekerja yang tidak merokok sebesar 59,5 mengalami kelelahan sedang. Sedangkan dari 63 pekerja yang merokok
sebesar 36,5 mengalami kelelahan sedang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi rokok
dengan kelelahan pada pekerja proyek Marif, 2013. Namun, hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
setiap menghisap rokok, terdapat 10
7
radikal dalam komponen asap yang didominasi oleh radikal oksigen, nitrit oksid, peroksil dan lain sebagainya.
Secara kimia, radikal oksigen, nitrit oksid ini akan bereaksi secara cepat membentuk peroksilnitrit yang sangat reaktif dan akan berikatan dengan
ELF saluran napas menghasilkan ROS. Radikal semikuinon dapat bereaksi dengan radikal oksigen untuk membentuk radikal hidroksil dan
peroksida membentuk superoksida. Radikal ini akan memicu sel untuk menghasilkan peroksida yang secara terus menerus dan mengakibatkan
kerusakan sel sistem pernapasan Susanto, dkk, 2011. Pendapat lain
menambahkan bahwa orang yang mengkonsumsi satu pak atau lebih rokok dalam sehari dapat menurunkan denyut jantung dua atau tiga
denyutan tiap menitnya Hanson dan Venturelli, 1983. Asap rokok yang beracun dan bersifat karsinogenik tersebut cenderung dapat berpengaruh
pada kemampuan fisik perokok, sehingga mudah mengalami kelelahan Bridger, 2003.
Teori tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan pada karyawan di PT. Amoco Mitsui Indonesia menyebutkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kelelahan yang dilihat dari kebugaran jasmani. Sebanyak 51 responden 68,9
dengan status perokok ringan yang mengalami kebugaran jasmani yang baik tidak lelah, dan sebanyak 8 responden 34,8 dengan status
merokok berat yang mengalami kebugaran jasmani yang baik tidak lelah dengan nilai p= 0,007 Budiasih, 2011.
Dalam penelitian ini, faktor risiko kebiasaan rokok tidak memiliki hubungan dengan kelelahan kerja. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya
kemungkinan pembuat tahu yang tidak memiliki kebiasaan merokok secara tidak sengaja juga terhirup asap rokok dari pembuat tahu yang
memiliki kebiasaaan merokok. Paparan asap rokok tersebut didapatkan ditempat kerja maupun saat tidak bekerja, yaitu saat beristirahat dan saat
diluar jam kerja. Karena, sebagian besar tempat pembuatan tahu memiliki
rumah tinggal bagi para pembuat tahu yang berada dilokasi tempat pembuatan tahu.
Analisa ini diperkuat oleh teori yang menyebutkan bahwa asap rokok terdiri dari 2 bagian yaitu asap utama mainstream smoke yang
dihisap langsung oleh perokok dan asap sampingan sidestream smoke yang terdapat pada ujung bagian rokok yang terbakar. Walaupun asap
sampingan yang dihasilkan tidak sebanyak asap utama yang dihisap perokok, namun secara kimia kandungan zat-zat atau substansi penyusun
asap ini adalah hampir sama dengan konsenterasi yang berbeda Susanto, dkk, 2011. Oleh karena itu, sebaiknya perlu dilakukan penelitian lebih
mendalam mengenai kebiasaan merokok terhadap kelelahan kerja.
5. Tingkat Kebisingan
Pengukuran tingkat kebisingan pada penelitian ini dilakukan pada setiap titik pembuat tahu bekerja dengan tujuan mengetahui paparan
kebisingan di tempat kerja. Pada penelitian ini tingkat kebisingan dikategorikan menjadi 2 yaitu pembuat tahu yang terpapar kebisingan
85 dB dan yang tidak terpapar kebisingan 85 dB Permenaker No 13 Tahun 2011.
Berdasarkan uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney didapatkan nilai p-value sebesar 0,476 menunjukkan bahwa tingkat