Gambaran Kebiasaan Merokok, Tingkat Kebisingan, Tingkat

Variabel tekanan panas pada tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur terpapar tekanan panas yaitu sebesar 80.

C. Hasil Analisis Bivariat

1. Uji Normalitas Data

Sebelum dilakukan analisis, dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah variabel yang diteliti memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov test karena pada penelitian ini memiliki sampel besar lebih dari 50 yaitu 75 orang pembuat tahu. Variabel tersebut dikatakan normal jika p-value ≥ 0,05. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 5.6 dibawah ini. Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas Variabel p-value Kelelahan Kerja 0.000 Umur 0.200 Masa Kerja 0.000 Status Gizi 0.200 Berdasarkan hasil statistik tersebut, dapat dilihat bahwa variabel kelelahan kerja dan masa kerja tidak berdistribusi normal karena nilai p- value sebesar 0.000 0.05, sedangkan variabel umur dan status gizi berdistribusi normal dengan p-value sebesar 0.200 0.05. Dengan demikian analisis hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen menggunakan uji statistik Non-Parametric yaitu uji Spearman Correlations dan Mann-Whitney.

2. Pengaruh Umur, Masa Kerja, dan Status Gizi terhadap Kelelahan

Kerja Pengaruh umur, masa kerja, dan status gizi terhadap kelelahan kerja pada pembuat tahu dapat dilihat pada tabel 5.7 dibawah ini: Tabel 5.7 Hasil Analisis Pengaruh Umur, Masa Kerja, dan Status Gizi terhadap Kelelahan Kerja pada Pembuat Tahu di Wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur Tahun 2014 Variabel r r 2 n p-value Umur 0,560 0,314 75 0,00 Masa Kerja 0,525 0,276 75 0,00 Status Gizi 0,128 0,016 75 0,27 a. Umur Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Spearman Correlations pengaruh umur terhadap kelelahan kerja diperoleh nilai p-value sebesar 0,00 menunjukkan bahwa pada α = 5 faktor umur pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2014 berpengaruh terhadap kelelahan kerja. Sedangkan nilai korelasi Spearman r sebesar 0,560 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang kuat, artinya semakin bertambah umur, maka semakin meningkat untuk terjadinya kelelahan kerja. Kemudian nilai koefisien determinan r 2 adalah 0,314 artinya 31,4 variabel umur dapat memprediksi terjadinya kelelahan kerja. b. Masa Kerja Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Spearman Correlations pengaruh masa kerja terhadap kelelahan kerja diperoleh nilai p-value sebesar 0,00 menunjukkan bahwa pada α = 5 faktor masa kerja pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2014 berpengaruh terhadap kelelahan kerja. Sedangkan nilai korelasi Spearman r sebesar 0,525 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang kuat, artinya semakin bertambah lama masa kerja, semakin meningkat untuk terjadinya kelelahan kerja. Kemudian nilai koefisien determinan r 2 adalah 0,276 artinya 27,6 variabel masa kerja dapat memprediksi terjadinya kelelahan kerja. c. Status Gizi Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Spearman Correlations pengaruh status gizi terhadap kelelahan kerja diperoleh nilai p-value sebesar 0,27 menunjukkan bahwa pada α = 5 faktor status gizi pembuat tahu di wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur tahun 2014 tidak berpengaruh terhadap kelelahan kerja. Sedangkan nilai korelasi Spearman r sebesar 0,128 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah, artinya semakin status gizi menjauhi kadar normal tidak normal, semakin meningkat untuk terjadinya kelelahan kerja walau hanya sedikit. Kemudian nilai koefisien determinan r 2 adalah 0,016 artinya hanya 1,6 variabel status gizi dapat memprediksi terjadinya kelelahan kerja.

3. Pengaruh Kebiasaan Merokok, Tingkat Kebisingan, Tingkat

Pencahayaan, dan Tekanan Panas di Tempat Kerja terhadap Kelelahan Kerja Pengaruh kebiasaan merokok, tingkat kebisingan, tingkat pencahayaan, dan tekanan panas di tempat kerja terhadap kelelahan kerja pada pembuat tahu dapat dilihat pada tabel 5.8 dibawah ini: