Hak Milek Proses Peralihan Hak Mukim untuk Hak Perorangan

Hak useuha atas tanah dapat beralih ataupun dialihkan kepada pihak lain. Pengalihan hak useuha atas tanah kepada pihak lain dilakukan dengan transaksi tanah yang disebut dengan ganti rugi atau ganto peunayah. Transaksi gantoue peunayah terhadap tanah yang berstatus hak chah rimba cukup dilakukan secara lisan antara para pihak, tetapi pada transaksi tanah yang berstatus hak useuha dilakukan secara tertulis dengan memakai surat keterangan ganti kerugian dengan melibatkan keuchik dan imeum mukim sebagai saksi. Kadangkala surat traksaksi jual beli gantoe penayah tersebut juga dibuat oleh camat selaku pejabat pembuat akta tanah. Pengakuan pengalihan hak oleh fungsionaris gampong, mukim dan camat, berarti pengakuan pula tentang adanya hak penggarap yang sudah berlebih dahulu dipegangnya, yakni hak useuha, sebagai sejenis hak perseorangan atas tanah gampong sebagai tanah masyarakat hukum adat gampong.

4. Hak Milek

Hak milek adalah tingkat yang lebih tinggi setelah hak useuha. Apabila tanah hak useuha dipandang seolah belum lepas kaitannya dengan hak masyarakat sehingga seolah-olah belum bisa dialihkan dengan transaksi jual beli, tetapi lain halnya dengan tanah hak milek. Tanah hak milek oleh warga masyarakat hukum dipandang sudah bebas, tidak ada kaitan atau hubungan apapun lagi dengan hak masyarakat hukum. Oleh karenanya pemegang hak dapat secara leluasa mempergunakan tanahnya. Tetapi betapapun kebebasan dan besarnya kekuasaan seorang pemilik atas tanahnya, namun dalam kenyataannya di beberapa mukim yang distudi, tanah milek masih berhubungan dengan hak masyarakatnya, yaitu : Universitas Sumatera Utara a. Harus memperoleh adanya jalan lintasan atas tanah milik, apabila tetangga tanah memerlukan; b. Harus memberikan hak pengembalaan ternak atas tanah tidak dipagar dan tidak ditanami; c. Harus membiarkan orang lain memotong rumput atas tanah miliknya, apabila pemilik sendiri tidak memerlukan; d. Harus mengindahkan prosedur langgeih hak terdahulu apabila tanah milik hendak dijual atau digadaikan; e. Keharusan mengikuti sertakan keuchik dan imeum mukim sebagai syarat keabsahan suatu transaksi tanah hak milek dan tanah hak useuha. Beban-beban atas tanah hak milik yang diutarakan di atas, oleh pemiliknya tidak dipandang sebagai akibat masih terikatnya tanah dengan hak masyarakat hukum. Beban-beban tersebut oleh pemilik tanah dianggap sebagai keharusan sosial dalam menjaga keharmonisan hidup bersama dalam keluarga besar. Memperhatikan masih terlalu beratnya beban kemasyarakatan yang harus ditanggung oleh sebidang tanah hak milek milik adat, maka dapat dipahami bahwa fungsi sosial sebidang tanah hak milek masih sangat menonjol, bahkan hampir berimbang dengan kekuasaan dimiliki oleh pemilik tanah. Disamping beban-beban sosial yang harus dipikul oleh sebidang tanah hak milik adat, kekuasaan dan kebebasan yang luas masih terdapat pada pendukung haknya, yaitu : a. Pemilik dengan leluasa mengusahakan sendiri tanahnya; b. Pemilik dapat dengan leluasa menyewakan tanahnya ataupun membagi hasilnya dengan orang lain; Universitas Sumatera Utara c. Pemilik dengan bebas dapat menggadaikan peugala tanahnya kepada orang lain, sesuai dengan hak langgeh yang ada padanya. d. Pemilik tanah dapat menjual lepas tanah miliknya kepada orang lain, tetapi dengan kewajiban memperhatikan hak langgeh orang lain; e. Pemilik dapat menukarkan tanahnya dengan tanah orang lain; f. Pemilik dapat bebas menghibahkan tanah miliknya kepada orang lain. Tetapi untuk ini biasanya dimintakan persetujuan wali pemberi hibah; g. Pemilik tanah boleh membiarkan orang lain menempati atau menggarap tanahnya dengan cuma-cuma; h. Pemilik dapat menyendirikan atau mengasingkan tanah miliknya untuk tujuan amal ibadah menurut agama Islam, seperti wakaf dan kepentingan umum lainnya untuk kesejahteraan kaum muslimin setempat. i. Tanah milik dapat menjadi objek warisan buat generasi penerus; Seperti juga hak useuha, hak milek perseorangan atas tanah dapat gugur atau hilang karena tindakan pemilik sendiri atau karena peristiwa alam, yaitu : a. Tanah ditinggalkan dalam waktu yang sangat lama, sehingga kondisi tanah telah kembali ke situasi semula, yakni asai bak glee jiwoue keu glee, asai bak rimba jiwoue keu rimba. Apabila tanah tambak atau sawah telah kembali menjadi rawa, atau tanah kebun lampoeh menjadi hutan belantara kembali, maka lazimnya diikuti dengan hilangnya pengakuan masyarakat gampong atau mukim terhadap tanah yang bersangkutan selaku tanah milik. Dengan perkataan lain hal milik perseorangan sudah terserap kembali ke dalam hak masyarakat hukum, menjadi tanah hak kullah kepunyaan masyarakat. Universitas Sumatera Utara b. Tanahnya tenggelam atau dilanda banjir. Dalam istilah setempat dikatakan jiteung lee krueng atau jipok lee ie; c. Tanahnya dialihkan atau beralih pada pihak lain.

5. Hak-Hak Didahulukan