b. Tanahnya tenggelam atau dilanda banjir. Dalam istilah setempat dikatakan jiteung lee
krueng atau jipok lee ie; c.
Tanahnya dialihkan atau beralih pada pihak lain.
5. Hak-Hak Didahulukan
Sebagai akibat adanya hak-hak perseorangan atas bidang-bidang tanah tertentu seperti hak dong tanoh, hak chah rimba, hak useuha dan hak milek, maka muncullah hak-hak
didahulukan. Dimaksudkan dengan hak-hak didahulukan, yakni seorang lebih diutamakan dari orang-orang lainnya dalam hal mendapatkan sebidang tanah tertentu. Orang ini didahulukan
selain dari sebagai akibat karena tetangga tanah, pernah ada hubungan dengan sebidang tanah, tetapi juga sebagai akibat karena mempunyai hubungan famili dengan pemilik pemegang hak
atas sebidang tanah yang akan dialihkan dengan transaksi jual. Tidak ada suatu istilah umum yang diketemukan untuk hak-hak didahulukan dipeu
awai, tetapi kenyataan dalam praktek masyarakat setempat jelas ada dan sebahagian diantaranya diungkapkan dalam istilah khusus. Diantara hak-hak didahulukan yang diketemukan, yaitu :
327
a. Hak Garap Ulangan
Seorang bekas penggarap yang pernah memegang hak chah rimba atas sebidang tanah, kemudian tanahnya ditinggalkan dan menjadi rimba kembali, jika pada suatu waktu lokasi tanah
rimba itu dibuka kembali bersama-sama dengan orang lain, maka kepada penggarap dahulu harus diberikan kesempatan memilih membuka hutan pada bekas lokasi tanahnya yang dahulu.
b. Hak Ulee Lampoih
327
T.I.El Hakimy, Op. Cit., hal. 23.
Universitas Sumatera Utara
Seorang pemilik tanah atau seorang pemegang hak useuha atas sebidang tanah yang tanahnya berbatas langsung dengan tanah rimba hak kullah lebih berhak menggarap tanah hak
kullah itu dibandingkan dengan orang-orang lainnya. Hak utama seperti ini apabila letaknya pada perbatasan kebun dinamakan hak ulee lampoeh, dan apabila letaknya pada perbatasan sawah
disebut hak ulee umong. Baik hak ulee umong maupun hak ulee lampoih diketemukan pembatasannya. Jarak tanah
atau hutan yang terkena hak didahulukan atau diutamakan kepada seseorang adalah seukuran tingginya pohon bila ditumbangkan dari perbatasan sawah atau kebun. Dengan perkataan lain
orang yang kemudian datangnya dan hendak menggarap tanah pada lokasi itu, harus mengambil jarak seukuran pohon dari perbatasan tanah orang yang terdahulu.
Apabila penggarap yang datangnya kemudian hendak membuka hutan langsung berhimpitan batas dengan kebun atau sawah yang sudah ada, maka orang tersebut harus meminta
izin terlebih dahulu pada yang mempunyai kebun atau sawah yang ada disitu. c.
Hak Sawang Sawang adalah bahagian sungai yang menjorok jauh ke dalam daratan berupa anak
sungai, Anak sungai ini menjadi hak utama dari pemilik tanah yang bersangkutan untuk memanfaatkannya menggarap menjadi tambak ataupun menjadi sawah dan sebagainya.
d. Hak Tanoh Jeud
Dimaksud dengan tanoh jeud, tanah yang timbul atau yang bertambah karena bawaan lumpur oleh aliran sungai. Termasuk tanoh jeud adalah tanah yang pernah tenggelam karena
peristiwa alam kemudian muncul kembali pada tempat yang sama.
Universitas Sumatera Utara
Sehubungan dengan peristiwa tanoh jeud, maka ada beberapa macam hak terdahulu dapat ditimbul, yaitu :
a Tanah yang bertambah karena endapan lumpur dipinggiran sungai menjadi hak utama
pemilik tanah yang tanahnya langsung berbatasan dengan sungai; b
Tanah yang timbul kembali dibekas tenggelamnya tanah milik seseorang menjadi hak utama bagi orang yang dahulu tanahnya pernah tenggelam;
c Tanah yang timbul di tengah aliran sungai menjadi hak utama bagi para warga
masyarakat setempat dan tunduk pada proses hak dong tanoh, yakni hak wenang pilih dan seterusnya.
e. Hak Langgeh
Hak langgeh adalah semacam hak terdahulu atas tanah yang lahirnya disebabkan yang bersangkutan mempunyai hubungan famili atau tetangga tanah dari sebidang tanah yang akan
dijual atau digadaikan. Istilah langgeh maksudnya larang atau sanggah. Artinya seseorang berhak melarang atau pun meminta pembatalan terhadap suatu transaksi tanah yang berupa jual
gadai galagadee, jual peublou dan jual tahunan pak, apabila penjual tidak terlebih dahulu menawarkan kepadanya, yakni pemegang hak langgeh.
Dasar dari timbulnya hak langgeh adalah dikarenakan pandangan mula, sebelum tanah diletakkan hak individu hanya ada hak bersama, yakni hak masyarakat hukum. Masyarakat
hukum terbentuk atas dasar hubungan keluarga terdekat sampai pada hubungan keluarga terjauh dan atas dasar hubungan tetangga dekat dan tetangga jauh.
Universitas Sumatera Utara
Atas dasar rasio hubungan kekeluargaan dan hubungan ketetanggaan ini mencegah tanah jangan sampai beralih terlalu jauh kepada orang lain orang luar yang tidak ada hubungan atau
sangkut pautnya lagi dengan bekas pemilik semula. Sehubungan dengan alasan tersebut maka orang yang mempunyai hak langgeh diprioritaskan urutannya sebagai berikut :
a. Orang yang memiliki hubungan famili dengan pemilik tanah yang akan dijual; dari
hubungan keluarga terdekat sampai hubungan terjauh; dari hubungan warga sekampung sampai hubungan warga semukim.
b. Orang yang bertetangga tanah dengan tanah yang akan dijual, yakni pemilik tanah
diperbatasan tanah yang akan dijual. Hak didahuukan hanyalah urutan prioritas bagi seseorang untuk mendapatkan hak atas
tanah, bukan merupakan media untuk menghalang-halangi hak orang lain dalam hal yang bersangkutan tidak mempergunakan haknya. Hak didahulukan adalah termasuk pembinaan hak
baru atas tanah. Karena alasan-alasan tertentu, seseorang didahulukan untuk mendapat hak dari pada orang-orang lainnya. Pelaksanaan hak ini oleh yang bersangkutan harus diwujudkan dalam
pembuatan dan tindakan nyata. Perwujudan hak terdahulu dalam tindakan nyata yakni memulai kembali pembinaan hak
perseorangan dari semula dengan membuka hutan serta menggarapnya, tidak hanya sekedar menandai hutan atau hanya membuat pernyataan akan menggarap. Dalam hal penggunaan hak
terdahulu sehubungan dengan hak langgeh, maka para pelanggeh penyangkal tidak hanya menyanggah jual beli yang akan dilangsungkan atau meminta pembatalan jual beli yang telah
berlangsung, tetapi juga sanggup membayar harga tanah yang diperjual belikan itu serupa dengan jumlah harga yang dibeli orang lain.
Universitas Sumatera Utara
Sehubungan dengan penggunaan hak langgeh, Mahdi Syahbandir menuliskan dalam tesisnya, yaitu :
328
Pada tahun 1994, Utoh At, penduduk Desa Lambaro Sukon Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar menjual sepetak tanah rumah kepada Ahmad seharga
Rp.3.000.000,-. Kemudian, perbuatan jual beli itu dikatakan oleh Zakaria, penduduk desa yang sama dan sebagai pemilik tanah berbatasan yang menurut hukum mempunyai hak terdahulu
untuk membeli. Sedangkan maksud menjual tanah itu tidak pernah ditawarkan oleh Utoh At kepadanya. Sehingga, Zakaria menaruh keberatan atas jual beli tersebut dan melanggehnya
melalui keuchik Desa Lambaro Sukon Marzuki Ali. Persoalan langgeh tersebut, oleh keuchik Lambaro Sukon dimusyawarahkan dengan Tuha
Peut gampongya. Hasil musyawarah dputuskan, bahwa langgeh Zakaria atas jual beli tanah tersebut dikuatkan dengan alasan, Zakaria adalah pemilik tanah berbatasan dengan tanah yang
dijual, dan karena itu Zakaria mempunyai hak terdahulu untuk membeli dibandingkan dengan Ahmad, pembeli tanah itu, yang hanya sebagai orang se gampong saja. Jual beli atas tanah
tersebut yang terjadi antara Utoh At dan Ahmad dibatalkan dan kepada Zakaria diharuskan membeli tanah tersebut yang dilanggehnya pada Utoh At seharga sama dengan harga jual kepada
Ahmad, yaitu Rp. 3.000.000. serta Utoh At setelah menerima harga jual dari Zakaria diharuskan mengembalikan uang jual beli yang telah diterima dari Ahmad.
Keputusan ureung tuha gampong tersebut tidak diterima oleh Ahmad. Karena itu persoalan langgeh tersebut oleh Zakaria dibawa kepada Camat Kecamatan Darussalam.
329
328
Mahdi Syahbandir, Eksistensi dan Peranan Imeum Mukim dalam Pelaksanaan Pemerintahan Desa di Kabupaten
Aceh Besar, tesis, Program Pascasarjana, Univ. Padjadjaran Bandung, 1995, hal.136.
329
Dilapornya kasus itu langsung ke Camat, bukan ke Imeum Mukim karena pada masa itu 1994 eksistensi Mukim
sedang tidak diakui sebagai lembaga pemerintahan. Undang‐Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan
Desa, telah meniadakan keberadaan mukim dengan segala fungsi dan peranannya dalam masyarakat
Aceh. Sebagai gantinya, semua fungsi dan peran yang pada masa lalu diembankan oleh mukim dibebankan
pada Camat, termasuk dalam hal penyelesaian sengketa. Namun, kini di tahun 2009, dengan
Universitas Sumatera Utara
Kemudian, camat memanggil Utoh At, Ahmad, Zakaria, Keuchik Lambaro Sukon, dan Imeum Mukim Lambaro Angan Abdullah Yusuf untuk duduk dalam sidang menyelesaikan langgeh
Zakaria itu. Sidang kecamatan memutuskan menguatkan putusan Gampong Lambaro Sukon.
Keputusan tersebut diterima oleh Ahmad, Utoh At dan Zakaria. Zakaria diharuskan membeli tanah tersebut dan Utoh At diharuskan mengembalikan uang harga tanah tersebut kepada
Ahmad.
D. Pengolalaan Hutan Adat di Aceh 1. Eksistensi Lembaga Adat Hutan di Aceh