4 Undang-Undang ini juga mewajibkan pemerintah Provinsi Papua untuk
menghormati hak-hak masyarakat hukum adat dalam melakukan pengelolaan lingkungan hidup Pasal 64.
Berdasarkan beberapa butiran pengaturan dalam Undang-Undang tentang Otonomi Khusus Papua, dapat dipahami bahwa masyarakat hukum adat menjadi bagian
dari warga bangsa Indonesia yang kebutuhan, hak-hak atas tanah dan hak-hak lainnya, identitas budaya dan hak-hak tradisionalnya harus diperhatikan dan dilindungi oleh
Negara dan Pemerintah. Hal ini menunjukkan, bahwa Negara dan Pemerintah memiliki komitmen yang besar, bahwa masyarakat hukum adat tidak boleh tertinggal dan tidak
dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan.
124
7. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air
Mengenai keberadaan masyarakat hukum adat beserta hak ulayatnya juga mendapat pengakuan di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumberdaya Air. Dalam Pasal 6 undang-undang tersebut ditegaskan: 1 Sumberdaya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat. 2 Penguasaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat 1
diselenggarakan oleh Pemerintah danatau pemerintah daerah dengan tetap mengakui hak ulayat masyarakat hukum adat setempat dan hak
yang serupa dengan itu, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan peraturan perundang-undangan.
124
Departemen Sosial, Op. Cit, hal. 79.
Universitas Sumatera Utara
3 Hak ulayat masyarakat hukum adat atas sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tetap diakui sepanjang
kenyataannya masih ada dan telah dikukuhkan dengan peraturan daerah setempat.
4 Atas dasar penguasaan negara sebagaimana dimaksud pada ayat 1
ditentukan hak guna air.
8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah terdapat dua ketentuan yang mengatur keberadaan masyarakat hukum adat beserta hak-
hak ulayat atau hak-hak tradisonal mereka, yaitu; 1
Pasal 2 ayat 9 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dinyatakan bahwa negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2 Pasal 203 ayat 3 Pemilihan kepala desa dalam kesatuan masyarakat hukum
adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan yang diakui keberadaannya berlaku ketentuan hukum adat setempat yang ditetapkan dalam
Peraturan Daerah dan dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Undang-undang ini pengganti dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah yang tidak sesuai dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah. Pemerintahan daerah
Universitas Sumatera Utara
dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan hubungan antarsusunan pemerintahan dan antarpemerintahan
daerah, potensi dan keanekaragaman daerah. Aspek hubungan wewenang memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Desa berdasarkan Undang-Undang ini adalah desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-
batas wilayah yurisdiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui
danatau dibentuk dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di kabupatenkota, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah keanekaragaman,
partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Undang-Undang ini mengakui otonomi yang dimiliki oleh desa ataupun dengan sebutan lainnya dan
kepada desa melalui pemerintah desa dapat diberikan penugasan ataupun pendelegasian dari Pemerintah ataupun pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah
tertentu. Bagi Propinsi Nannggroe Aceh Darussalam, desa sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang ini, dikenal dengan istilah gampong. Pengaturan mengenai Gampong diatur dalam Qanun Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 5 Tahun 2003 tentang
Pemerintahan Gampong. Pengaturan Pemerintahan Gampong ini merupakan aturan pelaksanaan dari atau didasarkan pada :
125
125
Lihat bagian mengingat Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 5 Tahun 2003 tentang
Pemerintahan Gampong.
Universitas Sumatera Utara
1 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
2 Undang-undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan
Propinsi Daerah Istimewa Aceh; 3
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Propinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Sekarang, dua diantara tiga undang-undang yang menjadi dasar keberadaan Qanun tentang Pemerintahan Gampong sudah dicabut dan diganti dengan undang-undang
lain, yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menggantikan Undang-Undang Nimor 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh mengantikan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001.
9. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh