Macam dan Jenis Tanah menurut Hukum Adat Aceh

3. Macam dan Jenis Tanah menurut Hukum Adat Aceh

Sehubungan subjek yang menguasainya, orang-orang tua Aceh, khususnya yang mendiami wilayah pesisir, membedakan tiga macam tanah, masing-masing : tanoh dro, tanoh gob, dan tanoh hak kullah. Sebutan tanoh dro dipakai untuk sebidang tanah yang dipunyai oleh seseorang. Sedangkan sebutan tanoh gob digunakan untuk menyebutkan bagi sebidang tanah kepunyaan orang lain. Baik yang disebut tanoh dro maupun yang dikatakan tanoh gob adalah tanah-tanah yang sedang berada dalam kekuasaan seorang individu. Penguasaan mana oleh para individu berdasarkan alas-alas hak tertentu menurut hukum adat, baik berupa hak useuha ataupun hak milek yang diperolehnya melalui prosedur dan hak tertentu. Sementara itu, sebutan tanoh hak kullah, maksudnya tanah milik Allah, yaitu sebidang tanah dalam kawasan desa atau mukim yang belum digarap. Kalaupun tanah tersebut sudah pernah digarap tetapi sudah ditinggalkan oleh penggarapnya dan menjadi rimba kembali. 291 Tanoh Hak Kullah disebut juga Tanoh milek po teu Allah atau ada juga yang menyebutkannya dengan tanoh potallah, yakni tanah-tanah yang belum digarap atau belum diusahakan, termasuk ke dalamnya: 292 a. Rimba atau Rimba Tuhan, yaitu hutan belantara dipedalaman yang dipakai sebagai tempat berburu dan mengambil hasil hutan. 291 Wawancara dengan Tgk. M. Adam, mantan Keusyiek Geunteut, Kemukiman Blang Mee Lhoong, Kabupaten Aceh Besar, 25 Juni 2006. 292 Wawancara dengan Abbas Ali, Imum Mukim Blangmee, Lhoong, Aceh Besar. 5 Juni 2008. Universitas Sumatera Utara b. Padang yaitu tanah yang biasanya ditumbuhi rumput alang-alang dengan pepohonan yang jarang; c. Panton yaitu tanah dataran yang terletak diantara bukit dan gunung yang ditumbuhi hutan didaerah udik. d. Paya yaitu tanah dataran rendah dengan genangan air secara tetap, rawa, ditumbuhi belukar dan biasanya terletak di tepi pantai; e. Tanoh Jeud yaitu tanah yang terjadi karena bawaan lumpur oleh arus sungai, baik yang terbentuknya jeud di tengah sampai berupa pulau, maupun yang terbentuknya di tepi sungai berupa ujung yang menjorok ke tengah sungai; f. Sarah yaitu aliran sungai yang dangkal dibahagian hulu dengan dataran rendah berhutan disekitar aliran sungai. g. Sawang yaitu bahagian sungai yang menjorok jauh ke dalam dataran berupa anak sungai. h. Tuwie yaitu bahagian yang dalam pada aliran sungai. Berbagai macam bentuk dengan berbagai macam nama tanah sebagai tersebut diatas digolongkan ke dalam tiga kategori lokasi yaitu. 293 a. Tanoh gunong yaitu tanah yang letaknya di gunung, jauh dari desa dan pemukiman penduduk; b. Tanoh Glee yaitu tanah yang letaknya dibukit-bukit sekitar desa, berdekatan dengan pemukiman penduduk; c. Tanoh gampong yaitu tanah yang terletak dalam kampung, yaitu dilokasi permukiman penduduk. 293 Wawancara dengan H.M. Saleh, mantan Imuem Mukim Leupueng, 5 Juni 2008. Universitas Sumatera Utara Disamping melihat kepada bentuk dan letak tanah sebutan macam-macam nama terhadap tanah hak kullah juga di dasarkan kepada penggunaan atas tanah. Dilihat dari segi subjek yang menguasainya, masyarakat Aceh, terutama masyarakat pesisr Aceh Aceh Besar, Pidie, Aceh Jaya, Aceh Barat memberikan nama kepada tanah hak kullah dengan berbagai sebutan, yaitu. a. Tanoh mukim; b. Tanoh Adat; c. Tanoh Umum; d. Tanoh Rakyat; e. Tanoh Masyarakat; Bermacam nama tersebut di atas, dalam pemahaman masyarakat gampong, mengandung isi serta pengertian yang sama. Tanah dengan berbagai sebutan itu dimaksudkan untuk menerangkan status tanah, yakni tanah hak kullah yang terletak dalam kawasan gampong atau mukim. Istilah tanoh mukim, maksudnya adalah tanah yang berada dalam kekuasaan Pemerintah mukim. Ada juga yang menyebutkannya dengan istilah tanah adat. Baik istilah tanoh mukim maupun tanoh adat, biasanya sebutan tersebut untuk menunjukkan tanah-tanah atau hutan yang berada dalam wilayah kemukiman, yang belum diusahakan atau dimiliki oleh seseorang, dan letaknya di luar lokasi permukiman penduduk. Sedangkan bagi tanoh hak kullah yang terletak di dalam kawasan permukiman penduduk, istilah yang agak sering dipergunakan ialah tanoh umum. Sedangankan istilah tanoh rakyat dan tanoh masyarakat dipergunakan untuk menyebutkan tanah-tanah hak kullah yang letaknya di luar pemukiman penduduk, tetapi masih dalam batas-batas wilayah administratif kemukiman. Universitas Sumatera Utara Dari wawancara penulis dengan para tokoh-tokoh kemukiman yang telah berusia lebih dari 60 tahun, ternyata tidak seorangpun yang menyebutkan istilah tanah ulayat untuk menerangkan sebagai padanan hak kullah kemukiman. 294 Padahal di dalam Qanun tentang Pemerintahan Mukim telah disebutkan istilah tanah ulayat adalah tanah-tanah yang terdapat di wilayah Mukim yang bukan untuk perorangan. Bahkan di dalam qanun tersebut juga dijelaskan bahwa, semua penduduk yang mempunyai mata pencaharian bertani, dapat membuka tanah tersebut untuk diusahakan atas izin imeum mukim, tetapi tidak untuk dimiliki. Pengaturan pemanfaatannya diatur oleh imeum mukim setelah mendengar pendapat tuha peuet mukim. 295 Sekalipun di dalam Qanun tentang Pemerintahan Mukim, yang telah berlaku sejak tahun 2003, telah menggunakan istilah tanah ulayat sebagai padanan istilah hak kullah, tetapi ternyata di dalam masyarakat sebutan tanah ulayat masih belum begitu dikenal luas dalam masyarakat pesisir Aceh, terutama bagi kalangan berusia tua.

4. Hak Kullah Bertuan dan Tidak Bertuan