di sekitar hutan. Hanya saja dengan dikeluarkan Instruksi Gubernur Nomor 5 Tahun 2007 tentang Moratorium Logging, kegiatan ini banyak menimbulkan masalah saat ini.
Dengan terpenuhinya kelima syarat sebagaimana dimaksud oleh Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, yang kemudian juga dinyataan dalam Qanun NAD Nomor 4
Tahun 2003 tentang Pemerintahan Mukim,
258
maka jelaslah sudah, bahwa pemerintahan mukim di Aceh merupakan masyarakat hukum adat Aceh.
259
3. Mukim sebagai Pelaksana Pemerintahan
Dalam penyelenggaraan tugas bidang pemerintahan, imuem mukim mengatakan tidak memiliki kewenangan sama sekali. Oleh karena itulah ada imeum mukim yang berpendapat
bahwa setelah tahun 1979, tugas mereka dalam bidang administrasi pemerintahan telah hilang sama sekali. Bahkan di beberapa daerah peran imeum mukim hanya menghadiri kegiatan
seremonial pada tingkat kecamatan, dan kadang-kadang kalau ke kecamatan dititipi surat oleh camat untuk disampaikan kepada keuchik dalam wilayahnya.
260
Maksud dari dititipi surat ini adalah sebagai pengakuan bahwa imeum mukim merupakan penghubung antar pemerintahan gampong dengan pemerintah kecamatan.
261
Selain itu, jika ada persoalan-persoalan kemasyarakatan atau proyek pembangunan bermasalah, imeum mukim
kadangkala juga diajak dan diminta untuk menyelesaikannya.
262
258
Lihat Penjelasan Umum Qanun NAD tentang Pemerintahan Mukim.
259
Taqwaddin, Mukim sebagai Pengembang Hukum Adat Aceh, disampaikan pada acara Workshop Penguatan Institusi Lembaga Adat Melalui Pendokumentasian Hukum Adat, diselenggarakan oleh Jaringan Komunitas
Masyarakat Adat JKMA Aceh dan GenAsist di Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar, Rabu, 11 Februari 2009.
260
Wawancara dengan Imeum Mukim Blang Mee, Kec. Lhoong, Kab. Aceh Besar, 7 Februari 2006. Pernyataan
senada juga diakui oleh beberapa imeum mukim yang diwawancarai dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar,
Kabupaten Aceh Jaya, dan di Kabupaten Aceh Barat.
261
T. Gunawan, Camat Leupung, Aceh Besar, Wawancara, 7 Oktober 2006.
262
H. Abdullah Adam, Imeum Mukim Kemukiman Mesjid Tuha, Wawancara, Tanggal 12 Oktober 2006. Hal yang
sama juga dikatakan oleh semua Imeum Mukim dalam kemukiman yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
Mukim merasa bahwa tidak ada petunjuk yang jelas dari camat tentang pelimpahan tugas- tugas pemerintahan apa saja yang merupakan kewenangan imeum mukim. Hal ini dibenarkan
oleh beberapa camat yang diwawancarai.
49
Meskipun pada tingkat kabupatenkota ada yang sudah memiliki Qanun tentang Mukim, seperti di Kabupaten Aceh Barat Daya yang telah
memberlakukan Qanun Nomor 26 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Mukim dalam Kabupaten Aceh Barat Daya, dan juga di Kota Banda Aceh, namun hingga sekarang ini belum ada petunjuk
pelaksanaan teknisnya, sehingga untuk memberdayakan mukim dalam bidang pemerintahan sangatlah tergantung kepada kebijakan camat yang bersangkutan dalam memberikan tugas-tugas
pemerintahan kepada mukim. Berdasarkan hasil penelitian dapat pula dikemukakan, keterlibatan imeum mukim dalam
tugas-tugas bidang pemerintahan, sangat beragam bentuknya. Di Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya, misalnya, imeum mukim merasa dilibatkan oleh Camat, termasuk dalam
urusan pemerintahan.
263
Imeum Mukim Krueng Sabee melaksanakan seluruh tahapan prosesi pemilihan keuchik kepala desa dari gampong-gampong yang berada di bawah mukimnya.
Camat hanya memberikan pengarahan saja, dan menerima hasil dari kegiatan tersebut dalam bentuk laporan yang tertulis.
Di samping itu, imeum mukim juga membantu camat dalam mempersiapkan data keluarga korban konflik yang ada di gampong-gampong dalam kemukimannya, yang diperlukan oleh
pemerintah. Imeum mukim juga turut serta menandatangani dalam kapasitas mengetahui, setiap surat keterangan miskin yang dikeluarkan oleh keuchik kepala gampong. Bahkan, imeum
49
Wawancara dengan: Camat Lhoong, Kab. Aceh Besar, 7 Oktober 2006, Camat Krueng Sabee, Kab. Aceh
Jaya, 8 Oktober 2006, dan Camat Woyla Kab. Aceh Barat, 9 Oktober 2006. Hal yang sama juga dikemukakan oleh
Hasbi Hasan, Kepala Bagian Pemerintahan Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya, Wawancara, Tanggal 10
Oktober 2006.
263
Tgk Rasyid, Imeum Mukim Kemukiman Krueng Sabee, Kab. Aceh Jaya, dalam Wawancara Tanggal 8 Oktober
2006, menyatakan bahwa Camat telah melimpahkan kewenangan kepada Mukim hingga 60 dari kewenangan
Camat. Meskipun demikian, imeum mukim tersebut tidak dapat merincikan secara lisan maupun tulisan
tentang kewenangan apa saja yang dilimpahkan tersebut. Hal yang sama juga dikemukakan oleh H. Musyarif
Abdullah, Imeum Mukim Kemukiman Setia Kab. Abdya, Wawancara, Tanggal 10 Oktober 2006.
Universitas Sumatera Utara
mukim pun turut membubuhkan tanda tangannya pada akta jual beli tanah dalam wilayah kemukimannya.
264
Teuku Djuned dalam laporan penelitiannya menyatakan bahwa di Kecamatan Darul Aman Kabupaten Aceh Timur, camat juga meminta kepada imeum mukim yang ada dibawahnya untuk
menyiapkan data tentang kependudukan di wilayah mukim masing-masing. Di Kabupaten Bireun, camat mengharuskan setiap calon keuchik untuk melampirkan Surat Keterangan
Berkelakuan Baik SKBB dari imeum mukim, sebagai salah satu syarat kelengkapan administrasi pencalonan. Keharusan untuk melampirkan surat keterangan ini masih dipraktekkan
hingga sekarang. Dalam bidang administrasi jual beli tanah hak milik adat, Iimeum mukim juga dilibatkan oleh camat sebagai saksi dalam setiap transaksi jual beli.
265
Namun demikian, sekarang ada camat, yang dengan berbagai alasan tidak melibatkan imeum mukim dalam proses
jual beli tanah. Hal ini terutama terjadi pada kecamatan-kecamatan dalam wilayah pusat kota
Banda Aceh.
266
4. Mukim sebagai Pelaksana Pembangunan