Mukim sebagai Pembina Kemasyarakatan dan Penyelesaian Sengketa.

Pada umumnya tugas-tugas pembangunan langsung ditangani oleh keuchik masing-masing gampong. 268 Padahal untuk memberdayakan mukim, ada urusan pembangunan yang dapat diserahkan kepada pemerintah mukim sebagai pelaksananya. Sebagai contoh, proyek pembangunan jaringan irigasi dalam wilayah kemukiman. Untuk pengerjaan proyek ini, sesungguhnya mukim mampu melaksanakannya. Tetapi tidak demikian halnya dalam kenyataannya, untuk pengerjaan proyek itu dilaksanakan oleh kontraktor. Sehingga, fungsi Mukim untuk meningkatkan penyelenggaraan dan pelayanan kepada masyarakat secara berdaya guna sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemajuan pembangunan di daerah tersebut. Menurut keterangan imeum mukim Rigah di Kabupaten Aceh Jaya, tidak melibatkan pemerintah mukim dalam pelaksanaan pembangunan bertentangan dengan ketentuan dalam Qanun tentang Pemerintahan Mukim yang memberikan tugas pelaksanaan pembangunan. Namunpun demikian, menurutnya, di Kemukiman Bineh Krueng, imeum mukim terlibat dalam pelaksanaan proyek Program Pembangunan Kecamatan PPK yang dilaksanakan di gampong, dalam kapasitas mengawasi pelaksanaan program tersebut. Dalam kegiatan ini, geuchik membuat laporan dan mengajukannya ke camat dan mengirimkan tembusan laporan tersebut kepada imeum mukim. 269

5. Mukim sebagai Pembina Kemasyarakatan dan Penyelesaian Sengketa.

Dalam kaitannya dengan tugas mukim sebagai pembina kemasyarakatan dan pelaksanaan Syariat Islam di Provinsi Aceh, pemerintahan mukim memiliki kewenangan yang nyata, misalnya, dalam menyelesaikan konflik antara keuchik dengan warganya, yang terjadi di 268 Para responden yang diwawancarai, baik imeum mukim, keuchik, maupun tokoh‐tokoh masyarakat gampong, memaknai pembangunan dalam artian proyek fisik, seperti; membuat atau merehab jalan, jembatan, saluran irigasi, perkantoran, dan lain‐lain. 269 Tgk Anwar, Imeum Mukim Rigah Kabupaten Aceh Jaya, Wawancara, Tanggal 10 Oktober 2006. Universitas Sumatera Utara gampong dalam kemukimannya. Kehadiran imuem mukim sebagai tokoh yang dihormati dalam masyarakat, dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dengan bijaksana. Sehingga konflik yang ada tidak sampai mengganggu jalanya pemerintahan gampong. Bahkan imeum mukim dalam perkara ini, berhasil meredam kemarahan warga kepada keuchiknya, dan jika mengharuskan, keuchik yang bersangkutan dengan ikhlas mengundurkan diri dari jabatannya. Proses ini berjalan dengan baik dan imuem mukim membuat laporannya kepada camat. 270 Di Mukim Blangmee Kecamatan Lhoong Kabupaten Aceh Besar, pemerintahan mukim imeum mukim, imuem mesjid, dan tuha lapan juga pernah melakukan upaya menyelesaikan sengketa pada tingkat kemukiman. Perkara yang dipersengketakan tersebut terjadi karena adanya perselisihan pendapat antara Ureung Tuha Gampong Geunteut dan Ureung Tuha Gampong Umong Seuribee menyangkut batas gampong. Ureung Tuha Mukim Blangmee telah beberapa kali melakukan musyawarah musafat dengan mengundang ureung tuha kedua gampong tersebut, 271 serta mengundang pula pihak Muspika yaitu Camat, Danramil, dan Kapolsek Kecamatan Lhong sebagai saksi dalam musafat tersebut. Musyawarah musafat tersebut dilakukan di Mesjid Mukim Lhong, karena mesjid Mukim Blangmee sudah hancur akibat tsunami. Selanjutnya, untuk mempersahih kebenaran dalil atau argumen yang diajukan oleh kedua belah pihak ureung tuha gampong yang bersengketa tersebut, lalu peserta musyawarah musafat yang dipimpin oleh imeum mukim menyepakati untuk melakukan kunjungan lapangan ke lokasi batas gampong yang dipersengketakan. Dalam kunjungan tersebut juga dihadiri sebagai saksi oleh Camat, Kapolsek, dan Danramil Kecamatan Lhong Kabupaten Aceh Besar. 270 Teuku Adam, Keuchik Geunteut, Kemukiman Blang Mee, Kecamatan Lhong, Kab. Aceh Besar, wawancara, 29 Oktober 2007. 271 Ureung Tuha Gampong adalah sebutan yang lazim untuk pemerintahan gampong yang terdiri dari keuchik, imum meunasah, dan tuha peut. Universitas Sumatera Utara Setelah melakukan kunjungan lapangan, selanjutnya Ureung Tuha Mukim melakukan persidangan musafat untuk mempertimbangkan segala hal guna mendamaikan kedua belah pihak yang bersengketa. Persidangan ini tidak dihadiri oleh kedua belah pihak yang bersengketa. Dalam memberikan keputusan terhadap sesuatu perselisihan atau persengketaan pada tingkat kemukiman, ureung tuha mukim berupaya seoptimal mungkin dapat memberikan rasa keadilan kepada kedua belah pihak. Sehingga, jika perlu, dalam persidangan musafat ureung tuha mukim dapat pula memanggil orang-orang tertentu yang dipandang mengetahui secara mendalam tentang sejarah objek yang dipersengketakan. 272 Selain menyelesaikan sengketa peukara sebagaimana digambarkan di atas, pemerintahan mukim juga memiliki kewenangan untuk menyelesaikan sengketa yang belum selesai pada tingkat gampong. Mengenai hal ini ditegaskan dalam Pasal 13 ayat 2 Qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kehidupan Adat dan Adat Istiadat, yaitu penyelesaian sengketaperselisihan adat dan adat istiadat diselesaikan secara bertahap. Di dalam penjelasan pasal tersebut dinyatakan bahwa yang dimaksudkan diselesaikan secara bertahap adalah sengketaperselisihan yang terjadi diselesaikan terlebih dahulu dalam keluarga, apabila tidak dapat diselesaikan maka akan dibawa pada penyelesaian secara adat di gampong. Dalam hal tertentu, jika perselisihan tersebut tak mampu diselesaikan oleh peradilan adat gampong, maka selanjutnya diselesaikan oleh peradilan pada tingkat mukim. Dulu, dalam Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh Nomor 7 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Kehidupan Adat, 273 dinyatakan secara tegas, yaitu; apabila dalam jangka waktu 2 dua bulan perselisihan tersebut tidak dapat diselesaikan di gampong atau para pihak yang 272 Hasil wawancara dengan Tgk M. Abbas Ali, Imeum Mukim Mukim Blangmee – Lhoong, Kabupaten Aceh Besar pada tanggal 27 Juli 2008. wawancara dengan Tgk M. Adam, Keuchik Gampong Geunteut dan Tgk Busra Keuchik Gampong Umong Seribee, tanggal 28 Juli 2008. 273 Peraturan daerah ini elah dicabut dengan Qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kehidupan Adat dan Adat Istiadat. Universitas Sumatera Utara bersengketa tidak dapat menerima keputusan adat tingkat keuchik, maka perselisihan sengketa tersebut diselesaikan oleh imeum mukim dalam rapat adat mukim. Rapat Adat mukim dipimpin oleh imeum mukim dan dibantu oleh sekretaris mukim serta dihadiri oleh seluruh anggota tuha peuet tuha lapan mukim. Segala perselisihan dan persengketaan yang telah didamaikan oleh keuchik dan imeum mukim dalam suatu rapat adat yang diselenggarakan di meunasah atau di mesjid maka keputusannya bersifat mengikat pihak- pihak yang berselisih atau bersengketa. Para pihak yang tidak mengindahkan keputusan adat tingkat keuchik atau imeum mukim akan dikenakan sanksi adat yang lebih berat oleh karena merusak tata kesepakatan dan mengganggu keseimbangan yang hidup dalam masyarakat. Apabila dalam jangka waktu 1 satu bulan imeum mukim tidak dapat menyelesaikan atau para pihak yang berselisihbersengketa merasa tidak puas terhadap keputusan adat tingkat mukim, maka ia dapat mengajukan perkaranya kepada aparat penegak hukum. Keputusan adat yang telah dijatuhkan kepada pihak- pihak yang bersengketa dapat dijadikan salah satu pertimbangan oleh aparat penegak hukum dalam menyelesaikan perkara. Sehubungan dengan tidak langsungnya perkara-perkara perselisihan atau persengketaan di dalam gampong dilimpahkan ke aparat hukum, hal ini mengacu pada bunyi Pasal 13 ayat 3 Qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kehidupan Adat dan Adat Istiadat yang berbunyi, Aparat penegak hukum memberikan kesempatan agar sengketaperselisihan diselesaikan terlebih dahulu secara adat di gampong atau nama lain. Di Kemukiman Blangmee Kecamatan Lhong, Kabupaten Aceh Besar, dapat ditengarai, imeum mukim pernah menyelesaikan sengketa langgeih warga di Gampong Geunteut Blangmee, yang sebelumnya telah diupayakan penyelesaiannya pada tingkat Gampong tetapi tidak berhasil. Universitas Sumatera Utara Para pihak yang berperkara, yaitu Polem Brahim dan Cut Agam adalah sama-sama warga Gampong Geunteut dan mereka bertetangga kebun durian. Masalah terjadi ketika Polem Brahim menjual kebunnya kepada orang lain dari luar gampong tersebut, dengan tidak menawarkan terlebih dahulu kepada Cut Agam yang memiliki kebun berdampingan dengan Polem Brahim. Cut Agam menyatakan ia memiliki hak langgeih yang harus didahulukan atas transaksi jual beli itu. 274 Mulanya, masalah ini diselesaikan melalui peradilan adat Gampong Geunteut, yang diselenggarakan oleh keuchik, imuem meunasah dan tuha peut. Dengan hasil, menyatakan sah jual beli kebun durian antara Polem Brahim dengan Syamaun warga Gampong Lamkuta Blangmee. Tetapi Cut Agam tidak menerima keputusan peradilan gampong dan mengadukannya kepada Imeum Mukim. Imuem Mukim Blangmee bersama tengku chik dan tuha peut mukim serta lalu menyelenggarakan musyawarah untuk menyelesaikan perkara di atas. Keuchik Gampong Genteut diundang untuk dimintai penjelasan sehubungan dengan perkara tersebut. Akhirnya, setelah melakukan musyawarah untuk mufakat ureung tuha mukim, maka diputuskan bahwa perjanjian jual beli antara Polem Brahim dan Syamaun adalah sah, dengan pertimbangan bahwa 1 Syamaun adalah juga warga Mukim Blangmee, dan 2 Syamaun adalah warga yang termasuk kurang mampu dan belum memiliki kebun durian sebagai boinah. Sedangkan Cut Agam, sekalipun ia bertetangga tanah dengan kebun yang dipersengketakan langgeih traksaksi jual belinya, tetapi ia adalah orang yang lebih berada, dan lagi pula ia telah pindah ke mukim lain di tempat istrinya. Keputusan ureung tuha mukim berupa keputusan adat di atas, diterima oleh Cut Agam selaku pelanggeih dengan keikhlasan dan menghormati keputusan adat tersebut. 274 Hak langgeih adalah hak istimewa atau prirotas hak ulee tanoh yang dalam transaksi jual beli harus ditawarkan terlebih dahulu kepada orang‐orang yang memiliki hak langgeih tersebut, yaitu para tetangga tanah atau para keluarga dekat, kerabat, dan lain‐lain. Universitas Sumatera Utara Menilik kasus di atas, dapat dinyatakan bahwa dalam hal-hal tertentu hak langgeih dapat pula dikesampingkan berdasarkan asas kepatutan yang disepakati oleh ureung tuha mukim dalam penyelesaian kasus-kasus konkrit tertentu.

6. Mukim dan Alat Kelengkapannya