pemerintahan yang clean and good governance. Masalahnya adalah bagaimanakah mewujudkan secara konkrit ide yang bagus ini dalam dunia empirik, tidak hanya melulu dalam tataran impian
belaka. Saat ini bagaimana pelayanan publik harus dilakukan oleh Pemerintahan Aceh telah diatur dalam Qanun Aceh Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pelayanan Publik. Qanun ini
mendahului lahirnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Ketentuan pemberian izin konversi kawasan hutan akan diatur dengan qanun. Timbul
pertanyaan, apakah ini akan diatur dengan qanun tersendiri atau dalam suatu qanun yang lebih luas ruang lingkupnya. Kalau diatur dengan qanun tersendiri, berarti qanun tersebut hanya
melulu mengatur tentang pemberian izin konversi hutan, tidak mengatur hal lainnya. Sedangkan kalau diatur dalam qanun, artinya, qanun tersebut memiliki ruang lingkup pengaturan yang
relative luas, dimana substansi materi aturannya meliputi izin konversi hutan. Kami berpendapat, izin konversi hutan dapat diatur dalam qanun yang ruang lingkupnya lebih luas.
2. Kelembagaan Pengelolaan Kawasan Hutan Aceh
Dalam Ketentuan Umum Undang-Undang tentang Pemerintahan Aceh disebutkan bahwa Aceh adalah daerah provinsi yang merupakan kesatuan masyarakat hukum yang bersifat
istimewa dan diberi kewenangan khusus untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang dipimpin oleh seorang Gubernur.
Ketentuan di atas selanjutnya didukung oleh aturan yang mengatur tentang kewenangan Pemerintahan Aceh dan kabupatenkota. Pasal 7 Undang-Undang Pemerintahan Aceh, mengatur
:
Universitas Sumatera Utara
1 Pemerintahan Aceh dan kabupatenkota berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam semua sektor publik kecuali urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah.
207
2 Kewenangan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi urusan
pemerintahan yang bersifat nasional, politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, dan urusan tertentu dalam bidang agama.
3 Dalam menyelenggarakan kewenangan pemerintahan yang menjadi kewenangannya
sebagaimana dimaksud pada ayat 2, Pemerintah dapat: a.
melaksanakan sendiri; b.
menyerahkan sebagian kewenangan Pemerintah kepada Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupatenkota;
c. melimpahkan sebagian kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah danatau instansi
Pemerintah; dan d.
menugaskan sebagian urusan kepada Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupatenkota dan gampong berdasarkan asas tugas pembantuan.
Landasan yuridis yang diatur dalam Pasal 150, Pasal 156, Pasal 162, dan Pasal 262 Undang-Undang Pemerintahan Aceh memberikan cukup kewenangan bagi Pemerintah Aceh dan
pemerintah kabupatenkota untuk melahirkan dan mendukung kelembagaan pengelolaan hutan Aceh. Selanjutnya, selain kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang tentang
Pemerintahan Aceh, di dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,
207
Jika dibandingkan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam Pasal 10 dinyatakan: 1 Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh Undang-Undang ini ditentukan menjadi urusan Pemerintah. 2 Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat 1, pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. 3 Urusan pemerintahan yang menjadi urusan
Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi: a. politik luar negeri; b. pertahanan; c. keamanan; d. yustisi; e. moneter dan fiskal nasional; dan f. agama. Berbeda dengan pengaturan dalam undang-undang ini, di
dalam Undang-Undang Pemerintahan Aceh ditegaskan bahwa Pemerintahan Aceh dan kabupatenkota berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam semua sektor publik kecuali urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan Pemerintah. Karenanya, Aceh oleh undang-undang diberi kewenangan istimewa, khusus, dan seluas-luasnya.
Universitas Sumatera Utara
didapati beberapa pasal yang mengatur mengenai kewenangan pemerintah daerah dalam kaitannya dengan kehutanan. Pasal-pasal dimaksud adalah :
1. Pasal 60 ayat 1 Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan pengawasan
kehutanan. 2.
Pasal 61, Pemerintah berkewajiban melakukan pengawasan terhadap pengurusan hutan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
3. Pasal 62, Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat melakukan pengawasan
terhadap pengelolaan dan atau pemanfaatan hutan yang dilakukan oleh pihak ketiga. 4.
Pasal 63, dalam melaksanakan pengawasan kehutanan, pemerintah dan pemerintah daerah berwenang melakukan pemantauan, meminta keterangan, dan melakukan
pemeriksaan atas pelaksanaan pengurusan hutan. 5.
Pasal 66 ayat 1, dalam rangka penyelenggaraan kehutanan, pemerintah menyerahkan sebagian kewenangan kepada pemerintah daerah.
6. Pasal 70 ayat 3, dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat pemerintah dan
pemerintah daerah dapat dibantu oleh forum pemerhati kehutanan.
7. Pasal 72, jika diketahui bahwa masyarakat menderita akibat pencemaran dan atau