Informan dan Responden Bahan hukum yang diteliti Teknik Pengumpulan Data

yang diteliti adalah Mukim Leupung, Mukim Blangmee, Mukim Reukih Aceh Besar, Mukim Guci, Mukim Manee, Mukim Geumpang Pidie, Mukim Krueng Sabee dan Mukim Teumarem Aceh Jaya, Mukim Layan, Mukim Tungkop, Mukim Woyla Tunong Aceh Barat.

4. Informan dan Responden

Informan dan responden penelitian ini adalah orang-orang yang dapat memberikan informasi atau jawaban-jawaban terhadap berbagai pertanyaan yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. Mereka itu adalah: ƒ Pejabat Biro Hukum Pemerintah Aceh, ƒ Pejabat Dinas Kehutanan dan Balai Konservasi SDA Provinsi Aceh, ƒ Majelis Adat Aceh ƒ Pegiat LSM Lingkungan Walhi, PuGAR, WWF Aceh, FFI ƒ Pegiat LSM Masyarakat Adat JKMA, AMAN, YRBI ƒ Para Camat setempat, ƒ Para Imeum Mukim setempat, ƒ Para Pawang glee panglima Uteun ƒ Para Petua Seneuboek, ƒ Para Keuchik, dan ƒ Para tokoh masyarakat setempat.

5. Bahan hukum yang diteliti

Dokumen-dokumen hukum yang diteliti dikategorikan dalam bahan hukum primer, bahan hukum skunder, dan bahan hukum tertier. Bahan hukum primer dimaksud adalah peraturan perundang-undangan 72 dan ketentuan-ketentuan adat sebagaimana dituturkan oleh petua-petua adat. Bahan hukum skunder, yakni bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, berupa: rancangan undang- undang, rancangan peraturan pemerintah, rancangan qanun, hasil-hasil penelitian, dan hasil karya dari kalangan hukum. Sedangkan bahan hukum tertier adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder; seperti: kamus, ensiklopedi, karya ilmiah non hukum, dan lain-lain. 73 Mengacu pada jenis dan hirarkhi Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia, maka bahan hukum primer yang ditelaah dalam penelitian ini adalah : 74 1. Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Peraturan pemerintah Pengganti Undang-undang 3. Peraturan Pemerintah; 4. Peraturan Presiden; dan 5. Peraturan Daerah atau Qanun.

6. Teknik Pengumpulan Data

Guna memperoleh data yang relevan dengan permasalahan yang diteliti, maka dilakukan dua tahap penelitian, yaitu penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan dimaksudkan untuk melakukan telaahan terhadap bahan- bahan hukum; baik bahan hukum primer, sekunder maupun tertier. Bahan-bahan hukum tersebut diperoleh pada: 72 Menurut Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Predana Media Group, Jakarta, 2007, hal. 144. Bahan primer utama dalam penelitian hukum di Indonesia yang menganut system civil law adalah peraturan perundang‐undangan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum. 73 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Pers, Jakarta, 1985, hlm. 14‐15. Lihat Peter Mahmud Marzuki, Ibid, hal. 163. 74 Lihat Pasal 7 Undang‐Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang ‐undangan. • Perpustakaan Universitas Syiah Kuala, • Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, • Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, • Perpustakaan Negeri Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, • Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh, • Perpustakaan Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan, • Perpustakaan Departemen Kehutanan di Jakarta, • Perpustakaan Badan Pembinaan Hukum Nasional Jakarta, • Perpustakaan Universitas Indonesia, dan • Perpustakaan Prof. Koesnadi Hardjasoemantri di Yogyakarta, Prosedur pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara menulis, mengetik, scan, dan copy segala informasi yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. Hasil dari penelitian kepustakaan tersebut, selanjutnya dilakukan identifikasi, inventarisasi dan telaahan secara cermat dan mendalam. Sedangkan penelitian lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan data primer yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian dengan cara mewawancarai para informan dan responden, terutama dengan tokoh-tokoh masyarakat hukum adat yang bermukim di sekitar kawasan hutan adat. 75 Untuk memperoleh data primer yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan, disiapkan pedoman wawancara sebagai alat pengumpul data. Dalam penelitian ini digunakan pedoman wawancara yang bersifat tidak terstruktur, 76 yang hanya memuat 75 Dalam hal ini, Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Pers, Jakarta, 1986, hlm 52. mengemukakan, bahwa biasanya, pada penelitian hukum normatif yang diteliti hanya bahan pustaka atau data sekunder, yang mungkin mencakup bahan hukum primer, sekunder dan tertier. Sedangkan pada penelitian hukum sosiologis atau empiris, maka yang diteliti pada awalnya adalah data sekunder, untuk kemudian dilanjutkan dengan penelitian terhadap data primer di lapangan, atau terhadap masyarakat. 76 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, Bina Aksara, Jakarta, 1986, hlm. 182. Menurutnya, secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara: 1 pedoman wawancara garis-garis besar yang akan ditanyakan kepada responden, yang relevan dengan permasalahan penguasaan dan pengelolaan hutan adat oleh masyarakat hukum adat mukim setempat.

7. Analisis Data