Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua

dalam penyelenggaraan keistimewaan. 122 Sehubungan dengan tindaklanjut dari undang- undang ini, khususnya pada materi ketentuan penyelenggraan kehidupan adat, telah pula diundangkan beberapa peraturan daerah yang materi pengaturannya berkaitan dengan hal itu, yaitu : 1 Qanun Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pemerintahan Mukim; 2 Qanun Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemerintahan Gampong; 3 Qanun Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 3 Tahun 2004 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Majelis Adat Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam; 4 Qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan Kehidupan Adat dan Adat Istiadat; 123 5 Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2008 tentang Lembaga Adat. Pembahasan terhadap berbagai peraturan daerah atau qanun tersebut di atas akan dilakukan secara hierarkhi mengacu pada tata urutan sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan.

6. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua

Undang-Undang Nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua sarat dengan pengaturan mengenai hak-hak masyarakat hukum adat. Pada 122 Lihat Pasal 1 angka 9 UU Nomor 44 Tahun 1999. 123 Qanun ini mencabut dan menyatakan tidak berlaku lagi Peraturan Daerah Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh Nomor 7 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Kehidupan Adat. Universitas Sumatera Utara Penjelasan Umum Undang-Undang Otonomi Khusus Papua, antara lain ditegaskan tentang, pengakuan dan penghormatan terhadap hak-hak dasar orang asli Papua serta pemberdayaannya secara mendasar dan strategis, dimana Majelis Rakyat Papua MRP sebagai representasi kultural penduduk asli Papua yang diberi kewenangan tertentu. Undang-undang ini mengatur keberadaan masyarakat hukum adat dan hak-hak atas sumber daya alam, sebagai berikut : 1 Pengakuan keterwakilan masyarakat hukum adat dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan ulayat, adat, masyarakat hukum adat dan hukum adat. Pengakuan ini dinyatakan dengan menjadikan wakil- wakil masyarakat hukum adat sebagai salah satu unsur dalam Majelis Rakyat Papua MRP. 2 Perlindungan terhadap hak-hak masyarakat hukum adat, pasal 43 dan pasal 44. Hak atas tanah meliputi hak bersama atau hak ulayat dan hak perorangan penjelasan pasal 43 ayat 2. Namun pengakuan terhadap hak ulayat disertai dengan catatan, yaitu : a Subjek hak ulayat adalah masyarakat hukum adat bukan penguasa adat, dan b Penguasa adat hanya bertindak sebagai pelaksana dalam mengelola hak ulayat. 3 Pengakuan terhadap peradilan adat pasal 51 Undang-Undang Otonomi Khusus Papua meletakkan peradilan adat sebagai peradilan perdamaian yang tidak boleh menjatuhkan hukuman pidana, penjara atau kurungan. Universitas Sumatera Utara 4 Undang-Undang ini juga mewajibkan pemerintah Provinsi Papua untuk menghormati hak-hak masyarakat hukum adat dalam melakukan pengelolaan lingkungan hidup Pasal 64. Berdasarkan beberapa butiran pengaturan dalam Undang-Undang tentang Otonomi Khusus Papua, dapat dipahami bahwa masyarakat hukum adat menjadi bagian dari warga bangsa Indonesia yang kebutuhan, hak-hak atas tanah dan hak-hak lainnya, identitas budaya dan hak-hak tradisionalnya harus diperhatikan dan dilindungi oleh Negara dan Pemerintah. Hal ini menunjukkan, bahwa Negara dan Pemerintah memiliki komitmen yang besar, bahwa masyarakat hukum adat tidak boleh tertinggal dan tidak dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan. 124

7. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air