Metode Bermain Scavenger Hunt
31 Pendapat tersebut menyatakan bahwa bermain
“games” dalam pendidikan jasmani fisik dapat menjadi aktivitas yang menyenangkan dan
mampu memperkuat pengalaman, akan tetapi permainan sering diajarkan dengan jalan menjauhkan dan meniadakan, utamanya yang berjuang
menguasai berbagai keterampilan motorik dan taktik yang mereka tuntut. Pendapat tersebut dapat dimaknai, bahwa aktivitas bermain yang
digunakan dalam pembelajaran dapat menjadi suatu aktivitas yang sangat menyenangkan dan memberikan pengalaman riil bagi anak. Hal tersebut
dapat tercapai apabila jenis permainan yang digunakan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan subjek yang melakukan permainan tersebut.
Fjortoft dalam Griggs, 2012: 162 juga menyampaikan pendapat yang mendukung pendapat sebelumnya.
Outdoor play and adventure can be a means for all pupils to experience high levels of movement in a low stress, meaningful
context. Giving pupils’ opportunities to use the outdoors as an integral part of their learning in natural settings in particular result in
improved motor development.
Jadi, permainan yang dilakukan di luar ruangan dan mengandung unsur petualangan dapat menjadi sarana bagi semua siswa untuk memperoleh
pengalaman yang tinggi untuk bergerak tanpa memberikan tekanan pada anak. Hal ini berarti bermakna memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menggunakan outdoors lingkungan luar sebagai bagian tak terpisahkan dari aktivitas belajar mereka dalam setting alami khususnya
dalam meningkatkan pengembangan kemampuan motorik.
32 Munoz dalam Griggs, 2012: 162, juga menyampaikan bahwa
“...outdoor playgrounds develop strength, flexibility and co-ordination...”. Pendapat tersebut menyatakan bahwa lingkungan bermain di luar ruangan
“outdoor” mendukung perkembangan kekuatan, kelenturan, dan koordinasi.
Vera 2012: 128-130, juga menyampaikan bahwa: penggunaan metode bermain dalam kegiatan belajar-mengajar di luar
kelas dapat menjabarkan pengertian konsep dalam bentuk praktik, dapat menanamkan nilai kejujuran pada diri siswa, bisa menanamkan
semangat dalam memecahkan masalah, dapat membangkitkan minat siswa terhadap pelajaran yang diajarkan, dan mampu mengembangkan
kreativitas siswa. Pelaksanaan belajar sambil bermain di luar kelas dapat melatih peserta
didik dalam beradaptasi dengan lingkungan, alam sekitar, serta dengan kehidupan masyarakat. Peserta didik juga bisa mengetahui pentingnya
keterampilan hidup dan pengalaman hidup di lingkungan dan alam sekitar. Belajar di luar kelas lebih menuntut peserta didik memahami kenyataan
riil yang terjadi. Berbeda dengan kegiatan belajar di dalam kelas yang hanya menuntut para peserta didik memahami mata pelajaran secara
kognitif pemahaman saja. Secara keseluruhan, kegiatan belajar di luar kelas mampu
mengaktifkan seluruh potensi kecerdasan peserta didik, yaitu kecerdasan peserta didik
“intelectual question”, kecerdasan emosional “emotional question
”, dan kecerdasan spiritual “spiritual question”. Pendapat tersebut juga didukung oleh pendapat yang disampaikan
oleh Semiawan 2008: 21, bahwa apabila anak sudah dituntut untuk
33 belajar dengan cara menghafal sejak usia muda, maka hal tersebut akan
berdampak negatif terhadap fungsi belahan otak kanan. Aktivitas pembelajaran yang diterapkan pada anak sebaiknya berupa aktivitas-
aktivitas yang mendukung perkembangan fungsi belahan otak kanan dan menggunakan lambang atau gambar yang bermakna secara fungsional,
salah satunya yakni aktivitas bermain. Pendapat tersebut juga dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Universitas Indonesia Tahun 1981.
Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa “anak yang kebutuhan mainnya terpenuhi, makin tumbuh dengan memiliki keterampilan mental
yang lebih tinggi” Semiawan, 2008: 23. Pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa seorang anak yang pada masa bermainnya terpenuhi,
memiliki kecenderungan keterampilan mental yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang kebutuhan bermainnya tidak
terpenuhi. Penelitian ini menggunakan metode bermain Scavenger Hunt.
Kelebihan metode
bermain Scavenger
Hunt yakni
mampu mengembangkan kemampuan motorik, afektif, dan, kognitif Sugar dan
Sugar, 2002: 289. Kemampuan motorik didukung dari aktivitas-aktivitas dalam permainan tersebut yang memberikan motivasi kepada anak
tunanetra agar bergerak dan berusaha mengumpulkan semua item yang ada dalam daftar pencarian. Kemampuan afektif didukung dari sikap siswa
yang mentaati tata tertib selama pelaksanaan permainan. Kemampuan kognitif didukung dari upaya siswa dalam memecahkan permasalahan