81 orientasi dan mobilitas pada subjek. Hasil observasi berupa data deskriptif
yang dapat menunjang hasil data dari tes kemampuan orientasi dan mobilitas. Pedoman observasi menggunakan lembar instrumen observasi
yang telah dibuat. Penilaian hasil observasi dilakukan dengan memberi checklist
ѵ dengan pilihan jawaban “Ya” dan “Tidak” serta uraian singkat pada kolom
hasil observasi yang telah tersedia dalam pedoman observasi. Kriteria ketuntasan yang digunakan pada penelitian ini yakni 70. Pada penelitian
ini, pilihan “Ya” diberi skor 1 sedangkan pilihan “Tidak” diberi skor 0, sehingga dapat ditegaskan bahwa subjek dikatakan berhasil jika jumlah
jawaban “Ya” lebih dari 70 dari jumlah maksimal.
G. Pengembangan Instrumen
Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk mengetahui kemampuan orinetasi dan mobilitas pada anak tunanetra buta total selama
penelitian fase Baseline A1, fase intervensi B dan fase Baseline A2 yaitu instrumen tes kemampuan orientasi dan mobilitas serta pedoman observasi
pengamatan.
82
1. Instrumen Tes
Tabel 5. Kisi-Kisi Instrumen Tes
Variabel Komponen
Indikator No. Butir
Tes Jumlah Item
Kemampuan Orientasi dan
Mobilitas kemampuan
melawat mandiri
1. Penggunaan
teknik menelusur
trailing dalam
melawat mandiri
2. Penggunaan
teknik menentukan
arah direction taking
dalam melawat
mandiri a.
Mengidentifikasi benda yang dapat dijadikan
media untuk trailing. b.
Menggunakan teknik menelusur trailing
dengan benar. c.
Menggunakan media trailing
untuk berjalan sejajar dengan media
trailing a.
Mengidentifikasi benda untuk menentukan arah
direction taking b.
Menggunakan teknik menentukan arah
direction taking dengan
benar c.
Menggunakan media direction taking
untuk menentukan arah ke
tempat yang akan dituju 1
2 3
4 5
6 3
3
83
2. Panduan Observasi
Tabel 6. Kisi-Kisi Pedoman Observasi Terhadap Siswa Tunanetra tentang Penggunaan Metode Bermain Terhadap Kemampuan
Orientasi dan Mobilitas
Variabel Komponen
Indikator No. Butir
Observasi Jumlah
Item Kemampuan
Orientasi dan Mobilitas
kemampuan melawat mandiri
1. Ketertarikan terhadap
penggunaan metode bermain
a. Senang menggunakan metode
bermain dalam pembelajaran orientasi dan mobilitas
b. Mengikuti proses pembelajaran
orientasi dan mobilitas dengan menggunakan metode bermain
dengan suka rela 1
2 2
2. Kemampuan dalam
menggunakan metode bermain
a. Mampu menggunakan metode
bermain dengan benar. b.
Mampu mempraktikkan metode bermain secara mandiri
3 4
2
3. Keaktifan dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan metode
bermain a.
Merespon instruksi yang diberikan
b. Aktif bertanya berkaitan dengan
penggunaan metode bermain 5
6 2
4. Perhatian saat penjelasan
dan pemberian instruksi penggunaan metode
bermain Memperhatikasn dengan seksama
saat guru menjelaskan tentang penggunaan metode bermain
7 1
5. Mampu menentukan
media yang digunakan untuk trailing dan
direction taking dari ruang
kelas, toilet, dan mushola Mampu menemukan media yang
digunakan untuk trailing dan direction taking
tanpa bantuan 8
1
6. Mampu bergerak dengan
aman ke tempat yang akan dituju ruang kelas, toilet,
dan mushola Aman dari benturan benda-benda
yang terdapat disekitarnya 9
1
7. Kemampuan dalam
menemukan benda yang disembunyikan di tempat
tujuan toilet, mushola, ruang kelas
a. Mampu menemukan benda
yang benar b.
Mampu menemukan benda tanpa bantuan
c. Mampu mengembalikan benda
tersebut ke posisi awal 10
11 12
3
8. Kemampuan
menggunakan teknik upper hand
dan lower hand
Mampu menggunakan teknik upper hand
dan lower hand dalam pembelajaran orientasi dan mobilitas
dengan menggunakan metode bermain
13 1
84
H. Uji Validitas Instrumen
Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu content validity validitas isi.
Arikunto 2005: 67 menyampaikan bahwa: “Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang
sejajar dengan materi atau isi pe lajaran yang diberikan”. Sugiyono 2009: 129
juga menyampaikan bahwa, pengujian validitas isi instrumen berbentuk tes dapat dilakukan dengan membandingkan antara kesesuaian isi instrumen
dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Validasi instrumen tes dan observasi dilakukan oleh profesional
judgment guru orientasi dan mobilitas kelas I di SLB A Yaketunis Yogyakarta.
Validasi dilakukan dengan melakukan diskusi dan penilaian tertulis terhadap kesesuaian isi instrumen dengan materi orientasi dan mobilitas yang diajarkan
di SLB A Yaketunis Yogyakarta. Hasil validasi yakni berupa perbaikan pada panduan observasi, yakni menambahkan sub-variabel pada poin ke-8
kemampuan dalam menggunakan teknik upper hand dan lower hand. Instrumen pencatatan durasi waktu juga diperbaiki pada kolom kegiatan, yakni
dengan menjabarkan kegiatan secara lebih rinci. Instrumen sudah divalidasi, maka selanjutnya instrumen diperbaiki berdasarkan saran dan masukan dari
validator.
I. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif kuantitatif. Data yang dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan grafik garis.
85 Pada penelitian ini, analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis data
dalam kondisi dan analisis data antarkondisi. Komponen penting analisis dalam kondisi dengan metode ini yakni panjang kondisi, tingkat stabilitas, jejak data,
rentang, dan perubahan data, serta kecenderungan arah grafik Sunanto, dkk, 2006: 68. Komponen penting analisis data antarkondisi yakni kondisi yang
dibandingkan, jumlah variabel, perubahan arah dan efeknya, perubahan stabilitas, perubahan level, dan persentase overlap Sunanto, dkk, 2006: 84.
1. Analisis Data dalam Kondisi
Penjelasan lebih lanjut tentang komponen analisis data dalam kondisi adalah sebagai berikut Sunanto, dkk, 2006: 68-72.
a. Panjang Kondisi
Pada tahap ini, peneliti menentukan banyaknya data dan sesi yang ada pada suatu kondisi atau fase. Jumlah data pada fase Baseline A1 terdiri
dari 2 data yakni data hasil pre-test dan data durasi waktu sebanyak 3 kali sesi Baseline A1 sebelum diberikan perlakuan menggunakan metode
bermain. Fase intervensi terdapat 2 data, yakni hasil tes dan durasi waktu pada pelaksanaan fase intervensi, sebanyak 6 kali sesi perlakuan. Pada
Baseline A2 yaitu setelah anak diberikan perlakuan terdapat 2 data,
yakni hasil post-test dan durasi waktu pada pelaksanaan fase Baseline A2.
b. Tingkat Stabilitas
Tingkat stabilitas atau kecenderungan stabilitas digunakan untuk menunjukkan stabilitas data
“level stability”. Pada tahap ini peneliti
86 menghitung persentase stabilitas data pada fase Baseline A1, Intervensi
B, dan Baseline A2. Kecenderungan stabilitas menggunakan kriteria stabilitas sebanyak 15 dengan perhitungan sebagai berikut Sunanto,
dkk, 2006:79.
Setelah menentukan rentang stabilitas, langkah selanjutnya yakni menghitung mean level, menentukan batas atas dan batas bawah data,
menentukan banyaknya data yang berada dalam rentang batas atas dan bawah, dan terakhir menghitung persentase kecenderungan stabilitas
Sunanto, dkk, 2006: 79. Data dapat dikatakan stabil apabila persentase stabilitas berada di atas
atau sama dengan 85 - 90, sedangkan persentase di bawah itu dapat dikatakan tidak stabil variabel. Berikut ini rumus-rumus yang
digunakan dalam perhitungan tersebut Sunanto, dkk, 2006: 79-80. Rumus untuk menghitung mean level adalah sebagai berikut
Purwanto, 2009: 201.
Keterangan: �̅ : mean rata-rata
∑ : jumlah frekuensi ∑ � : jumlah nilai
Rentang Stabilitas = Skor tertinggi x Kriteria stabilitas
�̅ ∑ �
∑
87 Berikut ini rumus yang digunakan untuk menghitung batas atas nyata
Sunanto, dkk, 2006:79.
Berikut ini rumus yang digunakan untuk menghitung batas bawah nyata Sunanto, dkk, 2006:79.
Berikut ini rumus untuk menghitung kecenderungan stabilitas data Sunanto, dkk, 2006:80.
c. Kecenderungan Arah
Peneliti menganalisis data dengan menggunakan metode split middle
belah tengah, yakni menghitung kecenderungan arah grafik berdasarkan median data nilai ordinatnya. Metode ini dilakukan dengan
membuat garis lurus yang membelah data sama rata dalam suatu kondisi yakni Baseline A1, Intervensi B, dan Baseline A2 berdasarkan data
hasil tes dan durasi waktu yang diperlukan di setiap kondisinya. Median dapat dihitung dengan cara mengurutkan data dari yang
terkecil ke data terbesar atau sebaliknya. Setelah diurutkan, data yang berada di posisi tengah-tengah adalah median dari data tersebut.
Apabila frekuensi datanya genap maka median dapat dihitung dengan menjumlahkan kedua data yang berada di tengah kemudian dibagi
dua. Sebagai contoh misalnya sebagai berikut Sugiyono, 2010: 48- 49.
1, 2, 3, 4 , 5,
6, 7, 8, 9 Batas atas = mean level +
� � � � � �
Batas atas = mean level - � � � � � �
Persentase stabilitas = Banyaknya data point yang ada dalam rentang : Banyaknya data x 100
88 Data tersebut di atas berjumlah ganjil, maka nilai yang berada di
tengah merupakan median dari data tersebut. Berbeda dengan data yang berjumlah ganjil, sebagai berikut.
1, 2, 3, 4 , 5, 6,
7, 8, 9, 10 Median dari data tersebut yakni sebagi berikut.
Me =
= =
= 5,5 Maka, median dari data tersebut adalah 5,5.
d. Tingkat Perubahan level change
Pada tahap ini peneliti menunjukkan perubahan antara data dalam suatu kondisi yakni selisih antara data pertama dan data terakhir pada
setiap fase. Data pertama pada Baseline A1 adalah data dari pelaksanaan sesi pertama dan data terakhir diperoleh dari data
pelaksanaan sesi ketiga. Data pertama pada Intervensi B adalah data dari pelaksanaan sesi pertama dan data terakhir adalah data dari
pelaksanaan sesi keenam. Data pertama pada Baseline A2 adalah data dari pelaksanaan sesi pertama dan data terakhir adalah data pelaksanaan
data ketiga. e.
Jejak Data Data Path Pada tahap ini, analisis data menunjukkan data hasil tes dan durasi
waktu yang dibutuhkan dalam kondisi Baseline A1, intervensi, dan
89 Baseline
A2. Data tersebut ditunjukkan dengan grafik garis dengan tiga kemungkinan yakni menaik, menurun, dan mendatar. Perubahan nilai tes
dan durasi waktu yang dibutuhkan oleh subjek untuk mencapai tempat yang dituju dapat digambarkan dengan menggunakan grafik garis,
sehingga mempermudah dalam melakukan analisis. Dari perubahan tersebut, diharapkan perubahan data menunjukkan data menurun pada
data durasi waktu dan naik pada hasil tes. Artinya, kemampuan orientasi dan mobilitas subjek dapat mengalami perkembangan dengan
menggunakan metode bermain. f.
Rentang Rentang data merupakan jarak antara data pertama dengan data
terakhir yang memberikan informasi seperti pada analisis tingkat perubahan. Pada tahap ini, peneliti menggambarkan jarak antar-data hasil
tes dan durasi waktu pada Baseline A1, intervensi, dan Baseline A2. Data observasi atau pengamatan selama sesi intervensi yang
merupakan data deskriptif dijadikan sebagai bukti penunjang dalam analisis data mengenai kemampuan orientasi dan mobilitas dengan
menggunakan metode bermain. Berdasarkan pada analisis data hasil tes dengan menggunakan analisis
dalam kondisi dengan ditunjang data hasil observasi, maka dapat diketahui adanya perubahan hasil tes dan durasi waktu yang diperlukan
subjek untuk mencapai tempat yang dituju. Perubahan tersebut dapat diketahui dengan menggunakan statistik deskriptif yang disajikan dalam
90 data tabel dan grafik garis. Melalui pengolahan dan penyajian data
tersebut dapat diketahui pengaruh penggunaan metode bermain terhadap kemampuan orientasi dan mobilitas pada anak tunanetra di SLB A
Yaketunis Yogyakarta. 2.
Analisis Data Antarkondisi Penjelasan mengenai komponen analisis data antarkondisi adalah
sebagai berikut Sunanto, dkk, 2006: 71-76. a.
Variabel yang diubah Variabel yang diubah pada penelitian Single Subject Research
sebaiknya hanya terdiri dari 1 variabel terikat perilaku sasaran. Artinya, pengaruh intervensi hanya ditekankan pada perilaku sasaran tersebut.
b. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya
Perubahan kecenderungan arah antarkondisi menunjukkan makna perubahan perilaku sasaran yang disebabkan oleh intervensi. Perubahan
kecenderungan arah grafik antarkondisi terdapat 9 kemungkinan, yakni mendatar ke mendatar, mendatar ke menaik, mendatar ke menurun,
menaik ke menaik, menaik ke mendatar, menaik ke menurun, menurun ke menaik, menurun ke mendatar, dan menurun ke menurun. Makna efek
dari perubahan tersebut tergantung pada tujuan pemberian intervensinya. c.
Perubahan Stabilitas dan Efeknya Stabilitas data menunjukkan tingkat kestabilan dari suatu data. Data
stabil apabila data tersebut menunjukkan arah yang konsisten. Kondisi
91 Baseline
A1 yang tidak stabil tidak memungkinkan peneliti untuk melanjutkan memberikan intervensi.
d. Perubahan Level Data
Perubahan level data menunjukkan tingkat perubahan data. Hal tersebut ditunjukkan dengan selisih antara data terakhir pada kondisi
Baseline dan data pertama pada kondisi intervensi. Nilai selisih tersebut
menggambarkan seberapa besar terjadi perubahan perilaku sebagai pengaruh dari intervensi.
e. Data yang Tumpang Tindih overlap
Data yang tumpang tindih antara dua kondisi yang dibandingkan adalah terjadinya data yang sama pada kedua kondisi tersebut. Apabila
data yang tumpang tindih lebih dari 90, maka pengaruh intervensi terhadap perubahan perilaku tidak dapat diyakinkan.
92
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
SLB A Yaketunis merupakan salah satu sekolah khusus untuk penyandang tunanetra yang terletak di Jalan Parangtritis No. 46, Danunegaran
Kota Yogyakarta. Sekolah ini berdiri sejak Tahun 1986 di bawah Yayasan Ketunanetraan Islam YAKETUNIS. SLB A Yaketunis memiliki 23 guru
awas dan guru tunanetra, 1 petugas tata usaha dan 1 petugas kebersihan. Penyelenggaraan pendidikan di SLB A Yaketunis selain kegiatan
pembelajaran juga didukung dengan kegiatan ekstrakurikuler seperti kegiatan kepramukaan dan kegiatan keterampilan tambahan seperti menari, musik,
dakwah, dan massage. Penelitian dilaksanakan di kelas I. Kondisi kelas memungkinkan
untuk pelaksanaan pembelajaran yang kondusif. Tatanan kelas juga dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan belajar yang mencakup aktivitas
dengan intensitas mobilitas yang cukup tinggi. Fasilitas yang ada dalam kelas yakni 2 almari untuk menyimpan media pembelajaran, 2 meja guru dan murid,
serta 2 kursi guru dan murid. Lingkungan kelas diatur sedemikian rupa, sehingga siswa tunanetra
dapat melakukan orientasi dan mobilitas secara bebas dan aman. Pembelajaran orientasi dan mobilitas pada siswa tunanetra kelas rendah biasanya
menggunakan halaman SLB Yaketunis dan MTs Yaketunis, sedangkan pada kelas tinggi dapat menggunakan lingkungan di luar sekolah.
93
B. Deskripsi Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas I di SLB A Yaketunis Yogyakarta. Kelas I terdiri dari satu siswa tunanetra kategori blind. Siswa
tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut. 1.
Identitas Subjek Nama
: N Umur
: 8 tahun Jenis Kelamin
: laki-laki Agama
: Islam Tingkat Kelainan
: buta total yang sudah tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi
Sebab Kelainan : kelahiran prematur
2. Karakteristik Subjek
Subjek memiliki tinggi sekitar 100 cm, dengan kondisi kaki yang tidak lurus sehingga menghambat kemampuan orientasi dan mobilitas. Subjek
juga mengalami masalah perilaku, yakni kebiasaan untuk membuang benda-benda yang digunakan sebagai media pembelajaran di kelas,
sehingga guru mengurangi penggunaan media-media berukuran kecil tersebut di dalam kelas. Salah satu karakteristik positif dari yakni subjek
mempunyai daya ingat dan kemampuan taktil yang tinggi, sehingga hal tersebut dapat mendukung proses pembelajaran. Subjek masih kesulitan
dalam melakukan orientasi lingkungan dan belum terampil dalam kemampuan melawat mandiri.
94
C. Deskripsi Data Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Hasil Baseline A1 Kemampuan Orientasi dan
Mobilitas Anak Tunanetra Kelas I di SLB A Yaketunis Yogyakarta
Data hasil Baseline A1 diperoleh dari hasil pelaksanaan tes kinerja dan perhitungan durasi waktu yang ditempuh anak dari tempat awal ruang
kelas menuju tempat tujuan mushola. Baseline A1 dilaksanakan selama 3 sesi yakni pada tanggal 23-25 Februari 2015.
a. Deskripsi pre-test
Pelaksanaan pre-test dilakukan dengan menggunakan instrumen tes yang telah dipersiapkan sebelum pelaksanaan pre-test. Tes ini bertujuan
untuk mengukur kemampuan subjek dalam melawat mandiri terutama pada penggunaan teknik menelusur trailing dan teknik menentukan
arah direction taking. Deskripsi kemampuan yang dinilai pada tes ini terdiri dari 6 komponen penilaian, 3 komponen untuk kemampuan
penggunaan teknik menelusur trailing dan 3 komponen untuk mengukur kemampuan penggunaan teknik
menentukan
arah direction taking.
Masing-masing aspek dapat dinilai dengan skor tertinggi 4 poin. Dengan tes tersebut, dapat dihitung nilai yang diperoleh subjek
berdasarkan jumlah skor yang diperoleh.
95 1
Pre-test sesi pertama, dilaksanakan pada hari Senin, 23 Februari 2015. Pada tes ini diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 7. Tabel Rekapitulasi Hasil Pre-test Sesi Pertama
Teknik Menelusur Trailing No.
Komponen Deskripsi
Skor 1.
Mengidentifikasi benda yang dapat dijadikan media untuk
trailing. Mampu mengidentifikasi
benda yang dapat dijadikan media untuk trailing dengan
bantuan verbal dan tindakan. 2
2. Menggunakan teknik
menelusur trailing dengan benar.
Belum mampu menggunakan teknik menelusur trailing
dengan benar meskipun sudah dibantu dengan bantuan
verbal dan tindakan. 1
3. Menggunakan media trailing
untuk berjalan sejajar dengan media trailing.
Mampu menggunakan media trailing
untuk berjalan sejajar dengan media trailing
dengan bantuan verbal dan tindakan.
2 Teknik Menentukan Arah Direction Taking
4. Mengidentifikasi benda yang
dapat dijadikan media untuk menentukan arah direction
taking. Mampu mengidentifikasi
benda yang dapat dijadikan media untuk direction taking
dengan bantuan secara verbal dan tindakan.
2 5.
Menggunakan teknik menentukan arah direction
taking dengan benar.
Belum mampu menggunakan teknik direction taking
dengan benar meskipun sudah dibantu dengan bantuan
verbal dan tindakan. 1
6. Menggunakan media direction
taking untuk menentukan arah
ke tempat yang dituju. Mampu menggunakan media
direction taking untuk
menentukan arah dengan media direction taking
dengan bantuan verbal dan tindakan.
2
Skor total yang diperolah 10
Dari penjelasan tersebut, maka dapat dihitung nilai yang diperoleh siswa pada pelaksanaan pre- test sesi pertama sebagai berikut.
�� �� � ℎ� = � � �
ℎ � �