Pengertian Metode Bemain Kajian tentang Metode Bermain

28 penggunaan metode bermain dapat berpengaruh positif terhadap kemampuan orientasi dan mobilitas anak tunanetra.

2. Metode Bermain Scavenger Hunt

Metode bermain Scavenger Hunt, menurut Kisaki 2008: 1 merupakan, “suatu permainan dimana penyelenggara menyiapkan daftar tertentu, yang harus ditemukan oleh para peserta, baik individu arau kelompok”. Biasanya benda-benda ini dikumpulkan dengan cara mengambil foto dari barang dalam daftar ataupun mengumpulkan benda- benda tersebut. Tujuan dari permainan ini yakni untuk menjadi yang pertama dalam mengumpulkan benda-benda yang ada dalam daftar, meskipun dalam variasi permainan, pemain juga dapat ditantang untuk menyelesaikan tugas-tugas pada daftar dalam cara yang paling kreatif. Metode bermain Scavenger Hunt menurut Sugar dan Sugar 2002: 289 adalah sebagai berikut. Scavenger Hunt helps students learn by sharing information, and you might also use it in the first week of school as an icebreaker, helping students get to know one another. The game sheet typically lists characteristics students might have or asks for items of information. The player who correctly can be introduced to make the game appropriate for a specific classroom. Pendapat tersebut dapat ditegaskan bahwa, permainan Scavenger Hunt digunakan untuk membantu siswa belajar dengan berbagi informasi dan biasanya digunakan pada awal pembelajaran minggu pertama sekolah. Permainan ini dapat digunakan untuk mengenalkan anak satu sama lain dengan cara yang menarik. Lembar permainan biasanya berisi karakteristik item-item yang harus ditemukan. Pemain yang benar dalam menebak atau 29 menemukan item, diperkenalkan kepada semua pemain dalam kelas tersebut. Berikut ini merupakan contoh permainan Scavenger Hunt Sugar dan Sugar, 2002: 290. Purpose : To foster social interaction and sharing of knowledge and reinforce understanding of topic. Game Objective : To complete the game sheet. Player : 4 or more. Can be adapted for one-on-one tutoring. Time : 15-45 minutes Grades : 2-8 Supplies : Games sheets one for each player, paper, pencils for players. Permainan ini dapat dimainkan oleh 4 atau lebih pemain. Permainan tersebut bertujuan untuk mendorong interaksi sosial dan berbagi pengetahuan serta memperkuat pemahaman tentang topik yang dibahas pada permainan tersebut. Permainan dinyatakan selesai apabila peserta telah menyelesaikan lembaran permainan. Waktu yang diberikan yakni 15- 45 menit, dengan nilai 2-8 poin. Beberapa perbekalan yang diberikan untuk menyelesaikan permainan ini yakni lembaran permainan yang berisi instruksi, kertas kosong, dan pensil untuk setiap pemain. Permainan Scavenger Hunt Scavenger Hunt yang digunakan pada penelitian ini yakni berupa permainan yang memberikan list kepada pemain untuk menemukan benda-benda yang sudah disembunyikan pada tempat-tempat tertentu. Pemain pada penelitian ini yakni pemain tunggal, sehingga dalam pelaksanaannya pemain dibantu oleh guru. Permainan dinyatakan selesai apabila pemain sudah mengumpulkan semua benda- benda tersebut. 30

3. Keunggulan Penggunaan Metode Bermain

Keunggulan metode bermain menurut Griggs 2012: 68, yakni “games have continued to be presented as a medium through which knowledge, understanding and the application of skills can be learnt”. Dengan demikian permainan perlu dilanjutkan dengan penyajian sebagai media yang memungkinkan pengetahuan, pemahaman, dan penerapan keterampilan dapat dipelajari. Pendapat tersebut menyatakan bahwa aktivitas bermain yang mencakup pengetahuan, pemahaman konsep, dan dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan dalam satu kegiatan permainan sekaligus. Teori kognitif menurut Piaget dalam Suratno 2005: 76 menyampaikan tentang arti pe nting bermain bagi anak. “Bermain tidak hanya akan mengembangkan kemampuan kognisi semata, tetapi juga mengembangkan aspek lainnya terutama aspek sosial, dan emosi anak”. Suratno 2005: 76 juga menyampaikan bahwa, “Bermain merupakan aktivitas anak yang paling dominan dan paling banyak diinginkan anak. Bermain erat kaitannya dengan tumbuhnya kemampuan untuk menciptakan gagasan baru, bersuka cita terhadap hal-hal yang baru, dan menciptakan suatu keadaan yang baru ”. Hestie dalam Griggs, 2012: 69 juga menyampaikan keunggulan dari metode bermain sebagai berikut. Playing games in physical education can be very enjoyable and empowering experience, however, often game play is taught in ways that alienate and exclude, particularly those who struggle with mastering the various motor skills and tactics they demand. 31 Pendapat tersebut menyatakan bahwa bermain “games” dalam pendidikan jasmani fisik dapat menjadi aktivitas yang menyenangkan dan mampu memperkuat pengalaman, akan tetapi permainan sering diajarkan dengan jalan menjauhkan dan meniadakan, utamanya yang berjuang menguasai berbagai keterampilan motorik dan taktik yang mereka tuntut. Pendapat tersebut dapat dimaknai, bahwa aktivitas bermain yang digunakan dalam pembelajaran dapat menjadi suatu aktivitas yang sangat menyenangkan dan memberikan pengalaman riil bagi anak. Hal tersebut dapat tercapai apabila jenis permainan yang digunakan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan subjek yang melakukan permainan tersebut. Fjortoft dalam Griggs, 2012: 162 juga menyampaikan pendapat yang mendukung pendapat sebelumnya. Outdoor play and adventure can be a means for all pupils to experience high levels of movement in a low stress, meaningful context. Giving pupils’ opportunities to use the outdoors as an integral part of their learning in natural settings in particular result in improved motor development. Jadi, permainan yang dilakukan di luar ruangan dan mengandung unsur petualangan dapat menjadi sarana bagi semua siswa untuk memperoleh pengalaman yang tinggi untuk bergerak tanpa memberikan tekanan pada anak. Hal ini berarti bermakna memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan outdoors lingkungan luar sebagai bagian tak terpisahkan dari aktivitas belajar mereka dalam setting alami khususnya dalam meningkatkan pengembangan kemampuan motorik.

Dokumen yang terkait

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK SISWA TUNANETRA KELAS VI DI SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

1 16 173

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGEMBANGAN DIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRAKTIK SISWA TUNANETRA KELAS III SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

0 1 212

KEEFEKTIFAN METODE PERMAINAN DOMINO BRAILLE TERHADAP KEMAMPUAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA TUNANETRA KELAS 1 DI SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

7 32 165

i EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE MULTISENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN TULISAN AWAS PADA ANAK TUNANETRA LOW VISION KELAS I SDLB DI SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

0 16 267

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ORIENTASI DAN MOBILITAS MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA TUNANETRA KELAS 2 SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

1 4 159

PENERAPAN METODE BAGIAN DAN METODE KESELURUHAN (PART METHOD AND WHOLE METHOD) DALAM PEMBELAJARAN PENJAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONSEP GERAK ANAK TUNANETRA KELAS IV DI SLB-A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

2 4 287

EFEKTIVITAS PENERAPAN DIKTAT BRAILLE TENTANG TEKNIK MELAWAT DENGAN TONGKAT TERHADAP KEMAMPUAN ORIENTASI DAN MOBILITAS SISWA TUNANETRA KELAS V DI SLB-A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

0 4 235

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PERKALIAN MELALUI METODE JARIMATIKA PADA ANAK TUNANETRA KELAS VI AKSELERASI DI SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

9 134 241

PENINGKATAN KEMAMPUAN ORIENTASI DAN MOBILITAS ANAK TUNANETRA KELAS V DI SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA.

0 2 221

Pencapaian Kompetensi Guru Anak Tunanetra di SLb/A Yaketunis Yogyakarta

0 0 3