Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4 asuh orang tua yang sering memberikan perlindungan yang berlebihan dan
kurang memberikan kesempatan kepada anak tunanetra untuk melakukan aktivitas motorik serta kurangnya motivasi untuk melakukan orientasi dan
mobilitas. Anak juga mempunyai gangguan pada kedua kaki, yakni kondisi kedua kaki yang tidak lurus yang disebabkan karena kurangnya latihan berjalan
yang diberikan oleh orang tua pada masa pertumbuhan. Kemampuan orientasi dan mobilitas pada anak tunanetra dapat
berkembang dengan baik apabila terus diberikan latihan sejak dini dengan menggunakan metode yang tepat sesuai dengan kemampuan anak. Penguasaan
keterampilan orientasi dan mobilitas yang baik pada masa anak-anak akan membetuk pribadi yang percaya diri dan mandiri pada saat dewasa Sunanto,
2005: 118. Hal tersebut menegaskan bahwa, semakin dini anak tunanetra diberikan latihan dan bimbingan yang baik, maka kemampuan yang mereka
miliki akan berkembang lebih baik. Siswa tunanetra membutuhkan bimbingan dan latihan yang sistematis
agar mereka mampu berjalan secara mandiri. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan yakni berupa metode bermain. Berdasarkan pendapat
Kamtini dan Tanjung 2005: 48, pengertian bermai n yakni “...suatu kegiatan
yang dilakukan oleh anak, secara mandiri ataupun berkelompok, menggunakan alat ataupun tidak, sehingga menciptakan p
erasaan gembira pada diri anak”. Suatu kegiatan dapat disebut sebagai aktivitas bermain apabila kegiatan
tersebut mampu menciptakan perasaan gembira. Aktivitas tersebut dapat
5 dilakukan secara mandiri atau kelompok dengan menggunakan alat bermain
ataupun tidak. Kamtini dan Tanjung 2005: 54 juga menyampaikan manfaat bermain
dala m pembelajaran, yakni “...bermain dapat bermanfaat untuk
mengembangkan bermacam-macam aspek perkembangan anak, yaitu aspek fisik, motorik, sosial, emosi, kepribadian, kognisi, ketajaman penginderaan,
keterampilan olahraga dan menari”. Salah satu manfaat yang ditujukan pada penelitian ini yakni kegiatan bermain yang dapat mengembangkan
keterampilan motorik anak tunanetra. Bermain dapat dilakukan di dalam ruangan maupun di luar ruangan.
Metode bermain yang dilakukan di luar ruangan, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Qomariah dan Hartono 2014: 4 menyatakan bahwa
metode tersebut apabila dilaksanakan dengan benar dapat mendekatkan anak tunanetra dengan lingkungan mereka. Metode tersebut juga dapat mengatasi
keterbatasan yang dialami oleh anak tunanetra berkaitan dengan keterbatasan mereka dalam mengenal lingkungan sekitar melalui kemampuan visual.
Salah satu permasalahan yang dimiliki oleh anak tunanetra, yakni kurangnya motivasi yang dimiliki untuk melakukan orientasi dan mobilitas.
Seperti yang disampaikan oleh Hallahan, dkk dalam Sunanto, 2005: 63, motivasi dan kepercayaan diri merupakan faktor terpenting dalam melakukan
orientasi dan mobilitas. Motivasi dan kepercayaan diri termasuk dalam keterampilan mental. Keunggulan metode bermain dalam pembelajaran
dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Universitas Indonesia Tahun
6 1981. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa “...anak yang kebutuhan
mainnya terpenuhi, makin tumbuh dengan memiliki keterampilan mental yang lebih tinggi” Semiawan, 2008: 23. Dari pernyataan tersebut, diharapkan
dengan penggunaan metode bermain anak tunanetra dapat termotivasi untuk melakukan orientasi dan mobilitas.
Kegiatan bermain yang dilakukan di lingkungan outdoor dan mengandung unsur petualangan dapat menjadi sarana bagi semua anak untuk
melakukan aktivitas yang mendukung aktivitas motorik. Lingkungan luar juga menyediakan lingkungan bermain yang dinamis dan menantang aktivitas
motorik, sehingga dapat mendukung perkembangan kemampuan fisik Fjortoft dalam Griggs, 2012: 162. Permainan Scavenger Hunt juga memiliki kelebihan
dalam aspek motivasi dan unsur petualangan. Penggunaan metode bermain tersebut diharapkan mampu meningkatkan motivasi anak tunanetra untuk
melakukan orientasi dan mobilitas. Penerapan metode bermain di SLB A Yaketunis Yogyakarta belum
dilakukan secara sistematis dan terencana. Kegiatan bermain hanya diberikan apabila anak tunanetra sudah bosan belajar di dalam kelas, sehingga kegiatan
tersebut dilakukan secara insidental dan tidak direncanakan terlebih dahulu. Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut di atas, penggunaan
metode bermain dalam pembelajaran orientasi dan mobilitas ini diharapkan dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan kemampuan
orientasi dan mobilitas pada anak tunanetra. Oleh karena itu, penelitian berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode Bermain Terhadap Kemampuan
7 Orientasi dan Mobilitas pada Anak Tunanetra Kelas I di SLB A Yaketunis
Yogyakarta ini penting untuk dilakukan.