Keterbatasan Anak Tunanetra Kajian tentang Anak Tunanetra

24 variasi dan jenis pengalaman kognisi, kemampuan untuk bergerak dalam lingkungannya orientasi dan mobilitas, dan keterbatasan dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial dan emosi. Keterbatasan pada jenis dan variasi pengalaman dikaitkan dengan kemampuan kognisi anak tunanetra. Lebih lanjut Sunanto 2005: 47, menyampaikan bahwa anak normal menggunakan indra penglihatan untuk keperluan kognisi, sedangkan anak tunanetra menggantikan fungsi penglihatan mereka dengan menggunakan taktil perabaan. Perbedaan kognisi antara anak tunanetra dan anak awas dipengaruhi oleh dua faktor, yakni tingkat ketunanetraannya dan usia terjadinya ketunanetraan tersebut. Keterbatasan anak tunanetra terhadap kemampuan sosial dan emosi dipengaruhi pula oleh kemampuan kognisi, bahasa, serta kemampuan dalam orientasi dan mobilitas. Aspek-aspek tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain, jadi apabila salah satu aspek tersebut tidak berkembang dengan baik, akan berpengaruh pula pada aspek-aspek yang lain Sunanto, 2005: 54. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa, perkembangan aspek satu dengan yang lain saling berkesinambungan. Perkembangan yang baik pada salah satu aspek, akan berdampak baik pula pada aspek perkembangan yang lain, begitu pula sebaliknya, sehingga masing-masing aspek tidak berdiri sendiri. 25

B. Kajian tentang Metode Bermain

1. Pengertian Metode Bemain

Menurut Suryobroto 1986: 3, meyatakan bahwa: “...metode adalah cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk menacapai tujuan”. Pengertian bermain menurut Hurlock dalam Musfiroh, 2005: 2, yakni: “...kegiatan yang dilakukan demi kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar.” Dengan demikian metode bermain merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan yakni berupa kegiatan yang dilaksanakan tanpa paksaan serta dapat menciptakan rasa senang. Musfiroh 2005: 3 juga menyampaikan konsep bermain sebagai berikut. Bermain bagi anak berkaitan dengan peristiwa, situasi, interaksi, dan aksi. Bermain mengacu pada aktivitas seperti berlaku pura-pura dengan benda, sosiodrama, dan permainan yang beraturan. Bermain berkaitan dengan tiga hal, yakni keikutsertaan dalam kegiatan, aspek afektif, dan orientasi tujuan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditegaskan bahwa, bermain dilakukan dengan melibatkan pelaku bermain untuk ikut serta secara aktif, sehingga dapat mendukung kemampuan afektif seseorang. Aktivitas bermain memiliki ciri-ciri khas yang membedakan dengan kegiatan yang lain, yakni: 1 bermain selalu menyenangkan; 2 bermain tidak bertujuan ekstrinsik; 3 bermain bersifat spontan dan sukarela; 4 bermain melibatkan peran aktif semua peserta; 5 bermain bersifat 26 nonliteral, pura-pura, atau tidak senyatanya; 6 bermain bersifat aktif dan fleksibel Musfiroh, 2005: 8. Ciri yang pertama, yakni bermain selalu menyenangkan, yang berarti bahwa, suatu kegiatan dapat dikategorikan sebagai bermain apabila anak- anak senang melakukan aktivitas tersebut. Kedua, bermain tidak bertujuan ekstrinsik, artinya anak bermain bukan untuk melakukan tugas yang diberikan oleh orang lain, tetapi karena anak tersebut memang ingin melakukannya. Ketiga, bermain bersifat spontan dan sukarela. Artinya, anak melakukan kegiatan bermain tanpa paksaan dari orang lain. Keempat, bermain melibatkan peran aktif semua peserta. Artinya, kegiatan bermain dapat terjadi apabila ada peran aktif dari semua peserta, sehingga aktivitas tersebut tidak hanya didominasi oleh satu atau dua peserta saja, namun semua peserta ikut berperan dalam setiap sesi permainan. Kelima, bermain bersifat nonliteral, pura-pura, atau tidak senyatanya. Artinya, ketika anak bermain, anak dapat melupakan realitas. Mereka dapat mengekspresikan diri mereka sebebas mungkin, sesuai imajinasi mereka masing-masing. Keenam, bermain bersifat aktif dan fleksibel. Artinya, semua kegiatan bermain menuntut keaktifan anak yang bermain dan anak dapat bebas memilih dan beralih ke kegiatan bermain yang mereka inginkan. Berdasarkan pengertian tersebut di atas, dapat ditegaskan bahwa metode bermain merupakan cara atau alat yang digunakan untuk mencapai tujuan, yaitu berupa kegiatan yang menciptakan kesenangan pada anak dan dilakukan secara suka rela tanpa paksaan dari orang lain. 27 Penggunaan metode bermain berpengaruh positif dalam proses pembelajaran telah dibuktikan pada beberapa hasil penelitian. Salah satu penelitian tersebut yakni penelitian tentang pengaruh permainan outdoor education terhadap keterampilan motorik kasar anak taman kanak-kanak Nurhasanah, dkk, 2013: 1. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa penggunaan permainan outdoor education dapat mengembangkan motorik kasar. Outdoor education merupakan aktivitas luar sekolah yang berisi kegiatan di luar kelas atau sekolah dan di alam bebas lainnya, seperti: bermain di lingkungan sekolah, taman, dan kegiatan yang bersifat petualangan. Pengaruh penggunaan metode bermain dalam proses pembelajaran juga dibuktikan p ada hasil penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berjalan Anak Cerebral Palsy CP Tipe Spastik Melalui Bermain di Air”. Penelitian tersebut menyatakan bahwa dengan menggunakan metode bermain air, kemampuan berjalan pada anak cerebral palsy CP dapat meningkat sampai persentase 90 Apriliana, 2014: 1. Dari kedua hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode bermain dalam proses pembelajaran dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kemampuan peserta didik. Oleh karena itu, pada penelitian ini juga menggunakan metode bermain terutama metode bermain Scavenger Hunt untuk anak tunanetra, sehingga diharapkan 28 penggunaan metode bermain dapat berpengaruh positif terhadap kemampuan orientasi dan mobilitas anak tunanetra.

2. Metode Bermain Scavenger Hunt

Metode bermain Scavenger Hunt, menurut Kisaki 2008: 1 merupakan, “suatu permainan dimana penyelenggara menyiapkan daftar tertentu, yang harus ditemukan oleh para peserta, baik individu arau kelompok”. Biasanya benda-benda ini dikumpulkan dengan cara mengambil foto dari barang dalam daftar ataupun mengumpulkan benda- benda tersebut. Tujuan dari permainan ini yakni untuk menjadi yang pertama dalam mengumpulkan benda-benda yang ada dalam daftar, meskipun dalam variasi permainan, pemain juga dapat ditantang untuk menyelesaikan tugas-tugas pada daftar dalam cara yang paling kreatif. Metode bermain Scavenger Hunt menurut Sugar dan Sugar 2002: 289 adalah sebagai berikut. Scavenger Hunt helps students learn by sharing information, and you might also use it in the first week of school as an icebreaker, helping students get to know one another. The game sheet typically lists characteristics students might have or asks for items of information. The player who correctly can be introduced to make the game appropriate for a specific classroom. Pendapat tersebut dapat ditegaskan bahwa, permainan Scavenger Hunt digunakan untuk membantu siswa belajar dengan berbagi informasi dan biasanya digunakan pada awal pembelajaran minggu pertama sekolah. Permainan ini dapat digunakan untuk mengenalkan anak satu sama lain dengan cara yang menarik. Lembar permainan biasanya berisi karakteristik item-item yang harus ditemukan. Pemain yang benar dalam menebak atau

Dokumen yang terkait

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK SISWA TUNANETRA KELAS VI DI SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

1 16 173

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGEMBANGAN DIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRAKTIK SISWA TUNANETRA KELAS III SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

0 1 212

KEEFEKTIFAN METODE PERMAINAN DOMINO BRAILLE TERHADAP KEMAMPUAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA TUNANETRA KELAS 1 DI SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

7 32 165

i EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE MULTISENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN TULISAN AWAS PADA ANAK TUNANETRA LOW VISION KELAS I SDLB DI SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

0 16 267

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ORIENTASI DAN MOBILITAS MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA TUNANETRA KELAS 2 SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

1 4 159

PENERAPAN METODE BAGIAN DAN METODE KESELURUHAN (PART METHOD AND WHOLE METHOD) DALAM PEMBELAJARAN PENJAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONSEP GERAK ANAK TUNANETRA KELAS IV DI SLB-A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

2 4 287

EFEKTIVITAS PENERAPAN DIKTAT BRAILLE TENTANG TEKNIK MELAWAT DENGAN TONGKAT TERHADAP KEMAMPUAN ORIENTASI DAN MOBILITAS SISWA TUNANETRA KELAS V DI SLB-A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

0 4 235

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PERKALIAN MELALUI METODE JARIMATIKA PADA ANAK TUNANETRA KELAS VI AKSELERASI DI SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

9 134 241

PENINGKATAN KEMAMPUAN ORIENTASI DAN MOBILITAS ANAK TUNANETRA KELAS V DI SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA.

0 2 221

Pencapaian Kompetensi Guru Anak Tunanetra di SLb/A Yaketunis Yogyakarta

0 0 3