12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian tentang Anak Tunanetra
1. Pengertian Anak Tunanetra
Berdasarkan pendapat Hallahan, dkk 2009: 380, menyampaikan bahwa anak tunanetra diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yakni
tunanetra buta total dan low vision. Pengertian anak tunanetra buta total, yakni sebagai berikut: “Blind is a person who has visual acuity of 20200
or less in the better eye even with correction or has a field of vision so narrow that its widest diameter subtends an angular distance no greater
than 20 degrees”. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa, penyandang tunanetra buta
total merupakan seseorang yang memiliki tingkat ketajaman 20200 atau kurang dengan kondisi mata terbaik yang sudah dikoreksi atau dengan
rentang pandang begitu sempit yaitu memiliki diameter terpanjang tidak lebih dari 20 derajat. Tingkat ketajaman visus 20200 merupakan ukuran
ketajaman mata yang diukur dengan menggunakan Snellen Chart berdasarkan ukuran feet kaki. Maksud dari visus 20200, yakni seseorang
hanya dapat melihat objek pada jarak 20 feet, sedangkan seharusnya objek tersebut dapat dilihat oleh orang normal pada jarak 200 feet.
Hallahan, dkk 2009: 381 juga menyampaikan pengertian anak tunanetra low vision, yakni sebagai berikut.
Low vision is a term used by educators to refer to individuals whose visual impairment is not so severe that they are unable to read print of
a kind; they may read large or regular print, and they may need some
13 kind of magnification; using the legalmedical system, low vision is
acuity between 2070 and 20200 in the better eye with correction.
Pendapat di atas menjelaskan bahwa, low vision merupakan terminologi yang digunakan oleh pendidik yang merujuk pada individu
yang mengalami kesulitan dalam membaca huruf cetak dengan ukuran yang normal, namun memungkinkan untuk membaca huruf cetak dengan
ukuran font yang diperbesar. Low vision memiliki rentang pandang antara 2070 sampai 20200 pada kondisi mata yang baik dan sudah dikoreksi.
Pengertian tersebut sependapat dengan Smith dan Tylor 2010: 376, yang menyatakan bahwa low vision
merupakan ”The degree of visual loss; vision is still useful for learning or the execution of a task”, sedangkan
blindness merupakan “The degree of visual loss; not having a functional
use of sight. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa, low vision merupakan
tingkat kehilangan penglihatan yang memungkinkan fungsi penglihatan masih dapat digunakan untuk belajar atau menyelesaikan tugas, sedangkan
kebutaan merupakan tingkat kehilangan penglihatan dengan kondisi penglihatan yang sudah tidak mempunyai kegunaan fungsional.
Widdjajantin dan Hitipeuw 1996: 6 juga menyatakan bahwa anak tunanetra merupakan “...anak yang tidak dapat menggunakan penglihatan
dan bergantung pada indra lain seperti pendengaran, perabaan, dan penciuman”.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat ditegaskan bahwa anak tunanetra adalah seseorang anak yang mengalami hambatan penglihatan