Analisis Data Antarkondisi ANALISIS DATA

158 3 Level Perubahan Level perubahan pada analisis ini ditentukan dengan menentukan selisih antara data point pada kondisi Intervensi B pada sesi terakhir 87 dan sesi pertama pada kondisi Baseline A2 83. Selisihnya yakni 87-83 hasilnya 4. Perubahannya yakni data mengalami penurunan sehingga dapat ditegaskan bahwa level perubahannya semakin menurun. 4 Persentase Overlap Batas atas dan bawah pada Intervensi B yakni 71,67 dan 58,67. Data pada fase Baseline A2 yakni 83, 87, dan 87. Banyaknya data point pada fase Intervensi yang ada pada rentang kondisi Baseline A1 yakni 0. Banyaknya data point pada fase Baseline A2 yakni 3. Maka Persentase overlap dapat dihitung sebagai berikut Sunanto, dkk, 2006: 84. Persentase overlap = 0:3 x 100 = 0. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi berpengaruh terhadap perilaku sasaran. 159 Rangkuman dari analisis tersebut adalah sebagai berikut. Tabel 41. Rekapitulasi Analisis Data Antarkondisi Hasil Pelaksanaan Tes A2:B No. Kondisi yang Dibandingkan A2:B 2:1 1. Jumlah variabel 1 2. Perubahan arah dan efeknya + + Positif 3. Perubahan stabilitas Tidak stabil ke stabil 4. Perubahan level 87-83 -4 5. Persentase overlap c. Fase Baseline A1 dengan Baseline A2 1 Kecenderungan Arah Kecenderungan arah pada fase Baseline A1 dengan Baseline A2 yakni mendatar = ke menaik +. 2 Perubahan Kecenderungan Stabilitas Perubahan kecenderungan stabilitasnya yakni dari data yang stabil 100 ke data yang stabil 100. 3 Level Perubahan Level perubahan pada analisis ini ditentukan dengan menentukan selisih antara data point pada kondisi Baseline A1 pada sesi terakhir 42 dan sesi pertama pada kondisi Baseline A2 87. Selisihnya yakni 87-42 hasilnya 45. Perubahannya yakni data mengalami kenaikan sehingga dapat ditegaskan bahwa level perubahannya semakin meningkat. 160 4 Persentase Overlap Batas atas dan bawah pada Baseline A1 yakni 43 dan 37. Data pada fase Baseline A2 yakni 83, 87, dan 87. Banyaknya data point pada fase Baseline A2 yang ada pada rentang kondisi Baseline A1 yakni 0. Banyaknya data point pada fase Baseline A2 yakni 3. Maka Persentase overlap dapat dihitung sebagai berikut Sunanto, dkk, 2006: 84. Persentase overlap = 0:3 x 100 = 0. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi berpengaruh terhadap perilaku sasaran. Berikut ini rangkuman analisis data antarkondisi tersebut. Tabel 42. Rekapitulasi Analisis Data Antarkondisi Hasil Pelaksanaan Tes A2:A1 No. Kondisi yang Dibandingkan A2:A1 2:1 1. Jumlah variabel 1 2. Perubahan arah dan efeknya = + Positif 3. Perubahan stabilitas stabil ke stabil 4. Perubahan level 87-42 +45 5. Persentase overlap Analisis Data Antarkondisi Hasil Pencatatan Durasi Waktu a. Fase Baseline A1 dengan Intervensi B 1 Kecenderungan Arah Kecenderungan arah antara fase Baseline A1 dengan Intervensi B dari menaik ke menaik. Hal tersebut menunjukkan pengaruh yang 161 semakin menurun, karena intervensi akan memberikan pengaruh apabila waktu yang dibutuhkan semakin menurun. 2 Perubahan Kecenderungan Stabilitas Kecenderungan stabilitas antara fase Baseline A1 dengan Intervensi B yakni dari data yang stabil 100 ke data yang tidak stabil 50. 3 Level Perubahan Level perubahan pada analisis ini ditentukan dengan menentukan selisih antara data point pada kondisi Baseline A1 pada sesi terakhir 16 dan sesi pertama pada kondisi Intervensi 8. Selisihnya yakni 16-8 hasilnya 8. Perubahannya yakni data mengalami penurunan sehingga dapat ditegaskan bahwa level perubahannya semakin menurun, namun menunjukkan pengaruh yang semakin meningkat. 4 Persentase Overlap Batas atas dan bawah pada Baseline A1 yakni 16,53 dan 14,13. Data pada fase Intervensi yakni 8, 8, 4, 10, 4, dan, 6. Banyaknya data point pada fase Intervensi B yang ada pada rentang kondisi Baseline A1 yakni 0. Banyaknya data point pada fase Intervensi B yakni 3. Maka Persentase overlap dapat dihitung sebagai berikut Sunanto, dkk, 2006: 84. Persentase overlap = 0:3 x 100 = 0. 162 Hal ini menunjukkan bahwa intervensi berpengaruh terhadap perilaku sasaran. Berikut ini rangkuman analisis data antarkondisi tersebut. Tabel 43. Rekapitulasi Analisis Data Antarkondisi Hasil Pencatatan Durasi Waktu B:A1 No. Kondisi yang Dibandingkan B:A1 2:1 1. Jumlah variabel 1 2. Perubahan arah dan efeknya - - Negatif 3. Perubahan stabilitas stabil ke tidak stabil 4. Perubahan level 16-8 +8 5. Persentase overlap b. Fase Intervensi B dengan Baseline A2 1 Kecenderungan Arah Kecenderungan arah pada Intervensi B dengan Baseline A2 yakni dari data yang menaik ke data yang menurun. Hal tersebut menunjukkan pengaruh yang semakin membaik, karena intervensi akan berpengaruh apabila kecenderungan arah pada data durasi waktu semakin menurun. 2 Perubahan Kecenderungan Stabilitas Perubahan kecenderungan arah pada fase Intervensi B dan Baseline A2 yakni dari data tang variabel 50 ke data yang variabel 67. 3 Level Perubahan Level perubahan pada analisis ini ditentukan dengan menentukan selisih antara data point pada kondisi Intervensi B pada sesi terakhir 6 dan sesi pertama pada kondisi Baseline A2 6. Selisihnya yakni 163 6-6 hasilnya 0. Hal tersebut berarti bahwa, tidak ada perubahan pada data di fase Intervensi B dan Baseline A2 4 Persentase Overlap Batas atas dan bawah pada Intervensi B yakni 7,42 dan 5,92. Data pada fase Baseline A2 yakni 6, 5, dan 5. Banyaknya data point pada fase Baseline A2 yang ada pada rentang kondisi Intervensi B yakni 1. Banyaknya data point pada fase Baseline A2 yakni 2. Maka Persentase overlap dapat dihitung sebagai berikut Sunanto, dkk, 2006: 84. Persentase overlap = 1:2 x 100 = 50. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi berpengaruh terhadap perilaku sasaran. Berikut ini rangkuman analisis data antarkondisi tersebut. Tabel 44. Rekapitulasi Analisis Data Antarkondisi Hasil Pencatatan Durasi Waktu A2:B No. Kondisi yang Dibandingkan A2:B 2:1 1. Jumlah variabel 1 2. Perubahan arah dan efeknya - + Positif 3. Perubahan stabilitas Tidak stabil ke tidak stabil 4. Perubahan level 6-6 5. Persentase overlap 50 164 c. Fase Baseline A1 dengan Baseline A2 1 Kecenderungan Arah Kecenderungan arah pada Baseline A1 dengan Baseline A2 yakni dari data yang menaik ke data yang menurun. Hal tersebut menunjukkan pengaruh yang semakin membaik, karena intervensi akan berpengaruh apabila kecenderungan arah pada data durasi waktu semakin menurun. 2 Perubahan Kecenderungan Stabilitas Perubahan kecenderungan arah pada fase Baseline A1 dan Baseline A2 yakni dari data yang stabil 100 ke data yang variabel 67. 3 Level Perubahan Level perubahan pada analisis ini ditentukan dengan menentukan selisih antara data point pada kondisi Baseline A1 pada sesi terakhir 16 dan sesi pertama pada kondisi Baseline A2 6. Selisihnya yakni 16-6 hasilnya 10. Hal tersebut berarti bahwa, terdapat perubahan yang positif sebanyak 10 poin. 4 Persentase Overlap Batas atas dan bawah pada Baseline A1 yakni 16,53 dan 14,13. Data pada fase Baseline A2 yakni 6, 5, dan 5. Banyaknya data point pada fase Baseline A2 yang ada pada rentang kondisi Baseline A1 yakni 0. Banyaknya data point pada fase Baseline A2 yakni 2. Maka Persentase overlap dapat dihitung sebagai berikut Sunanto, dkk, 2006: 84. 165 Persentase overlap = 0:2 x 100 = 0. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi berpengaruh terhadap perilaku sasaran. Berikut ini rangkuman analisis data antarkondisi tersebut. Tabel 45. Rekapitulasi Analisis Data Antarkondisi Hasil Pencatatan Durasi Waktu A2:A1

E. UJI HIPOTESIS

Indikator keberhasilan dari penelitian ini yakni, penggunaan metode bermain berpengaruh terhadap kemampuan orientasi dan mobilitas pada anak tunanetra kelas 1 di SLB A Yaketunis apabila hasil tes mengalami kenaikan, penurunan pada durasi waktu, dan kenaikan pada hasil observasi dari fase Baseline A1, Intervensi B, dan Baseline A2. Hal tersebut ditentukan berdasarkan tujuan dari penelitian, yakni kemampuan orientasi dan mobilitas anak tunanetra semakin baik apabila hasil tes dan observasi kemampuan orientasi dan mobilitas semakin meningkat. Indikator keberhasilan juga ditunjukkan pada hasil pencatatan durasi waktu semakin menurun. Indikator No. Kondisi yang Dibandingkan A2:A1 2:1 1. Jumlah variabel 1 2. Perubahan arah dan efeknya - + Positif 3. Perubahan stabilitas stabil ke tidak stabil 4. Perubahan level 66-6 10 5. Persentase overlap 166 keberhasilan juga ditunjukkan dengan persentase overlap dari perbandingan antarfase. Intervensi dikatakan berpengaruh apabila persentase overlap tidak lebih dari 90.

F. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menguji hipotesis pengaruh penggunaan metode bermain terhadap kemampuan orientasi dan mobilitas pada anak tunanetra kelas I di SLB A Yaketunis Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi anak tunanetra kelas I di SLB A Yaketunis yang mengalami hambatan dalam melakukan orientasi dan mobilitas, terutama dalam kemampuan melawat mandiri. Anak tunanetra ini juga mengalami gangguan pada kedua kaki, yakni kondisi kedua kaki yang tidak lurus yang disebabkan karena kurangnya latihan berjalan yang diberikan oleh orang tua pada masa pertumbuhan. Selain itu, anak tunanetra juga mengalami masalah perilaku, yakni kebiasaan untuk membuang benda-benda yang digunakan sebagai media pembelajaran di kelas, sehingga guru mengurangi penggunaan media-media berukuran kecil tersebut di dalam kelas. Keterampilan orientasi dan mobilitas perlu dikembangkan untuk membantu anak tunanetra dalam melakukan aktivitas sosial. Teori Denver II dalam Soedjatmiko 2005: 12 menyebutkan, bahwa anak pada perkembangan normal, dapat berjalan lancar pada usia 14,9 bulan. Pada anak tunanetra, kemampuan berjalan tersebut terhambat karena anak tidak dapat atau mengalami keterbatasan untuk melakukan gerakan atau aktivitas motorik, 167 sehingga mereka tidak dapat meniru gerakan-gerakan tersebut Sunanto, 2005: 47. Best dalam Nawawi, dkk, 2009: 9 menyampaikan bahwa, ”anak- anak tunanetra tidak dapat dengan mudah memantau gerakannya dan oleh karenanya dapat mengalami kesulitan dalam memahami apa yang terjadi apabila mereka menggerakkan atau merentangkan anggota tubuhnya, membungkukkan atau memutar tubuhnya.” Hal ini disebabkan karena mereka tidak dapat melihat cara orang lain menggerakkan dan menggunakan anggota tubuhnya dengan jelas, seperti proses orang duduk, berdiri, dan berjalan. Best dalam Nawawi, dkk, 2009: 9 juga menyampaikan bahwa, ”Anak tunanetra memiliki lebih sedikit kerangka acuan term of reference. Oleh karena itu, agar anak tunanetra bisa bergerak secara mudah, aman, dan efektif di lingkungannya, perlu diberi pelatihan keterampilan orientasi dan mobilitas”. Pendapat lain dari Clarke dan Clarke 1978: 405, juga menyampaikan bahwa beberapa aktivitas individu dapat berhasil dipelajari oleh anak tunanetra yang mampu menguasai keterampilan mobilitas fisik dan kemandirian, sehingga mereka dapat mencapai sukses yang luar biasa. Hal tersebut, semakin memperkuat landasan bahwa, latihan orientasi dan mobilitas penting untuk diberikan untuk anak tunanetra demi kesejahteraan hidup mereka. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa keterampilan orientasi dan mobilitas penting untuk diajarkan kepada anak tunanetra. Hal tersebut dikarenakan, tanpa orientasi dan mobilitas anak tunanetra mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sosial mereka. Oleh 168 karena itu, pada penelitian ini mengangkat penggunaan metode bermain dalam pembelajaran orientasi dan mobilitas. Keunggulan metode bermain dalam pembelajaran orientasi dan mobilitas dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Universitas Indonesia Tahun 1981. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa anak yang kebutuhan mainnya terpenuhi, makin tumbuh dengan memiliki keterampilan mental yang lebih tinggi Semiawan, 2008: 23. Hasil penelitian tersebut juga diperkuat oleh pendapat dari Kamtini dan Tanjung 2005: 54, yang menyatakan bahwa aktivitas bermain dapat bermanfaat untuk mengembangkan bermacam-macam aspek perkembangan anak, yaitu aspek fisik, motorik, sosial, emosi, kepribadian, kognisi, ketajaman penginderaan, keterampilan olahraga, dan menari. Berdasarkan indikator keberhasilan pada uji hipotesis, diperoleh hasil bahwa penggunaan metode bermain berpengaruh positif terhadap kemampuan orientasi dan mobilitas pada anak tunanetra kelas 1 di SLB A Yaketunis. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya kenaikan hasil pelaksanaan tes dan observasi, serta penurunan durasi waktu. Hasil analisis hasil pelaksanaan tes mengalami kenaikan pada fase Intervensi B dan Baseline A2. Data tersebut didukung oleh analisis perubahan level, yakni sebanding pada fase Baseline A1, meningkat sebanyak 33 poin pada fase Intervensi B, dan meningkat lagi 4 poin pada fase Baseline A2. Hasil analisis data pencatatan durasi waktu, membuktikan bahwa metode bermain mulai menunjukkan pengaruh positif pada sesi akhir fase

Dokumen yang terkait

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK SISWA TUNANETRA KELAS VI DI SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

1 16 173

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGEMBANGAN DIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRAKTIK SISWA TUNANETRA KELAS III SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

0 1 212

KEEFEKTIFAN METODE PERMAINAN DOMINO BRAILLE TERHADAP KEMAMPUAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA TUNANETRA KELAS 1 DI SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

7 32 165

i EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE MULTISENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN TULISAN AWAS PADA ANAK TUNANETRA LOW VISION KELAS I SDLB DI SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

0 16 267

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ORIENTASI DAN MOBILITAS MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA TUNANETRA KELAS 2 SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

1 4 159

PENERAPAN METODE BAGIAN DAN METODE KESELURUHAN (PART METHOD AND WHOLE METHOD) DALAM PEMBELAJARAN PENJAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONSEP GERAK ANAK TUNANETRA KELAS IV DI SLB-A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

2 4 287

EFEKTIVITAS PENERAPAN DIKTAT BRAILLE TENTANG TEKNIK MELAWAT DENGAN TONGKAT TERHADAP KEMAMPUAN ORIENTASI DAN MOBILITAS SISWA TUNANETRA KELAS V DI SLB-A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

0 4 235

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PERKALIAN MELALUI METODE JARIMATIKA PADA ANAK TUNANETRA KELAS VI AKSELERASI DI SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

9 134 241

PENINGKATAN KEMAMPUAN ORIENTASI DAN MOBILITAS ANAK TUNANETRA KELAS V DI SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA.

0 2 221

Pencapaian Kompetensi Guru Anak Tunanetra di SLb/A Yaketunis Yogyakarta

0 0 3