33 belajar dengan cara menghafal sejak usia muda, maka hal tersebut akan
berdampak negatif terhadap fungsi belahan otak kanan. Aktivitas pembelajaran yang diterapkan pada anak sebaiknya berupa aktivitas-
aktivitas yang mendukung perkembangan fungsi belahan otak kanan dan menggunakan lambang atau gambar yang bermakna secara fungsional,
salah satunya yakni aktivitas bermain. Pendapat tersebut juga dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Universitas Indonesia Tahun 1981.
Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa “anak yang kebutuhan mainnya terpenuhi, makin tumbuh dengan memiliki keterampilan mental
yang lebih tinggi” Semiawan, 2008: 23. Pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa seorang anak yang pada masa bermainnya terpenuhi,
memiliki kecenderungan keterampilan mental yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang kebutuhan bermainnya tidak
terpenuhi. Penelitian ini menggunakan metode bermain Scavenger Hunt.
Kelebihan metode
bermain Scavenger
Hunt yakni
mampu mengembangkan kemampuan motorik, afektif, dan, kognitif Sugar dan
Sugar, 2002: 289. Kemampuan motorik didukung dari aktivitas-aktivitas dalam permainan tersebut yang memberikan motivasi kepada anak
tunanetra agar bergerak dan berusaha mengumpulkan semua item yang ada dalam daftar pencarian. Kemampuan afektif didukung dari sikap siswa
yang mentaati tata tertib selama pelaksanaan permainan. Kemampuan kognitif didukung dari upaya siswa dalam memecahkan permasalahan
34 dalam permainan, mencari jalur yang harus ditempuh, dan menggunakan
reward yang agar dapat mempermudah dalam menyelesaikan permainan.
4. Kelemahan Metode Bermain
Setiap metode pembelajaran memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Beberapa kelemahan yang ada pada metode bermain adalah
sebagai berikut: a.
Tidak semua topik dapat disajikan dengan metode permainan. b.
Dapat memakan waktu yang lama dalam proses pembelajaran. c.
Permainan dapat mengakibatkan kelas gaduh sehingga dapat mengganggu ketenangan kelas sekitarnya Nikmah, 2012: 8.
Wardah 2014: 1, menyampaikan bahwa metode bermain juga memiliki kelemahan sebagai berikut.
a. Apabila metode ini dilakukan tanpa persiapan yang matang, maka
ada kemungkinan tujuan-tujuan pembelajaran tidak tercapai secara maksimal sebab anak terlalu larut dalam proses bermain apabila
misalnya guru
kurang memperhatikan
tahapan-tahapan pembelajaran melalui metode ini.
b. Metode ini biasanya memerlukan strategi dan media pembelajaran
yang disiapkan secara baik. Oleh karena itu ketersediaan media bermain merupakan syarat diterapkannya metode ini.
Dari kedua pendapat tersebut dapat ditegaskan kembali bahwa,
penggunaan metode bermain selain memiliki manfaat yang banyak, metode tersebut juga memiliki kelemahan dalam proses pelaksanaannya. Apabila
metode tersebut tidak direncanakan dengan matang dan tidak disesuaikan dengan baik, maka hasil yang diperoleh dari pembelajaran dengan metode
tersebut juga tidak akan maksimal.
35
5. Fungsi Metode Bermain
Bermain memiliki peran penting dalam perkembangan anak. Beberapa bidang perkembangan dapat dikembangkan dengan menggunakan metode
bermain, yakni perkembangan fisik-motorik, bahasa, intelektual, moral, sosial, maupun emosional Suyanto, 2005: 124. Penjelasan dari setiap
aspek perkembangan tersebut adalah sebagai berikut. a.
Bermain mengembangkan kemampuan motorik Kegiatan bermain memungkinkan seseorang untuk dapat bergerak
secara bebas. Piaget dalam Suyanto, 2005: 124 menyampaikan bahwa, “anak terlahir dengan kemampuan refleks, kemudian ia belajar
menggabungkan dua atau lebih gerak reflek, dan pada akhirnya ia mampu mengontrol gerakannya. Melalui bermain anak belajar
mengontrol gerakannya menjadi terkoordinasi.” Dari penjelasan tersebut, dapat ditegaskan bahwa, dengan menggunakan metode bermain dalam
pembelajaran, anak dapat melakukan gerakan secara aktif dan mampu mengkoordinasi gerakan-gerakan tersebut agar lebih terkoordinasi.
b. Bermain mengembangkan kemampuan kognitif
Penggunaan metode bermain memungkinkan anak tunanetra untuk menggunakan semua indra sensorisnya untuk memperoleh fakta-fakta
dan informasi yang dapat membantu mereka untuk merubah pola pikir dari yang konkrit ke abstrak. Penggunaan metode bermain juga berperan
untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis, imajinatif, dan kreatif Suyanto, 2005: 125.
36 c.
Bermain mengembangkan kemampuan afektif Sebelum pelaksanaan permainan, biasanya guru pendamping
memberikan penjelasan awal berkaitan tentang aturan dan tata cara permainan. Suyanto 2005: 125, menyampaikan bahwa:
Setiap permainan memiliki aturan. Aturan akan diperkenalkan oleh teman bermain sedikit demi sedikit, tahap demi tahap sampai setiap
anak memahami aturan mainnya. Oleh karena itu bermain akan melatih anak dalam menyadari akan adanya aturan dan pentingnya
mematuhi aturan. Hal ini merupakan tahap awal dari perkembangan moral.
Dari penjelasan tersebut dapat ditegaskan bahwa, dengan bermain secara tidak langsung, anak berlatih untuk memperoleh pembelajaran moral
melalui kepatuhan terhadap tata tertib dalam permainan tersebut. d.
Bermain mengembangkan kemampuan bahasa Pada pembahasan sebelumnya, disebutkan bahwa kegiatan bermain
dapat dilakukan secara kelompok maupun individu. Menurut Vygotsky dalam Suyanto, 2005: 125, “ketika anak bermain dengan temannya
mereka saling berkomunikasi dengan menggunakan bahasa anak, dan itu berarti secara tidak langsung anak belajar bahasa.” Bermain yang
dilakukan secara kelompok memungkinkan anak untuk melakukan komunikasi dengan teman sepermainan. Bermain yang dilakukan secara
soliter, juga memungkinkan anak untuk melakukan komunikasi dengan guru pendamping, sehingga dalam kegiatan bermain tersebut tercipta
komunikasi lisan yang dapat membantu anak untuk dapat meningkatkan kemampuan bahasa.
37 e.
Bermain mengembangkan kemampuan sosial Bermain dapat membimbing anak untuk dapat melakukan interaksi
dengan teman sepermainan mereka. Pada penelitian ini, bentuk interaksi yang ada yakni interaksi anak tunanetra dengan guru pendamping.
Menurut Suyanto 2005: 126, “interaksi mengajarkan anak bagaimana merespon, memberi, dan menerima, menolak atau setuju ide dan perilaku
anak yang lain. Hal itu sedikit demi sedikit akan mengurangi rasa egosentrisme pada anak dan mengembangkan kemampuan sosialnya.”
Dari penjelasan tersebut, dapat ditegaskan bahwa dengan bermain, anak dapat memberikan aksi dan respon terhadap kegiatan bermain yang
dilakukan, serta mengungkapkan pendapat mereka terhadap permainan yang dilakukan.
6. Prinsip-Prinsip Metode Bermain
Prinsip-prinsip metode bermain menurut Hadfield dalam Saniyati, dkk, 2013: 4, adalah sebagai berikut:
a. Bermain yang dikembangkan hendaknya yang terkait langsung
dengan konteks keseharian peserta didik. b.
Bermain diterapkan untuk merangsang daya pikir, mengakses informasi dan menciptakan makna-makna baru.
c. Bermain yang dikembangkan harusnya menyenangkan dan
mengasyikkan bagi peserta didik. d.
Bermain dilaksanakan dengan landasan kebebasan menjalin kerja sama dengan peserta didik lain.
e. Bermain hendaknya menantang dan mengandung unsur kompetisi
yang memungkinkan peserta didik semakin termotivasi menjalani proses tersebut.
f. Penekanan permainan linguistik pada akurasi isinya, sedangkan
permainan komunikatif lebih menekankan pada kelancaran dan suksesnya komunikasi.
g. Bermain dapat dipergunakan untuk semua tingkatan dan berbagai
keterampilan berbahasa sekaligus.