8. Perbandingan antara Kelas Konstruktivisme dan Tradisional
Brooks Suprijono, 2009 : 36 memberikan perbandingan antara kelas konstruktivisme dan tradisional sebagai berikut :
No. Konstruktivisme
Tradisional
1. Kegiatan belajar bersandar pada
materi hands on Kegiatan belajar bersandar pada
tex- books 2.
Presentasi materi dimulai dengan keseluruhan kemudian pindah ke
bagian-bagian Presentasi materi dimulai dengan
bagian-bagian, kemudian pindah ke keseluruhan
3. Menekankan pada ide-ide besar
Menekankan pada keterampilan- keterampilan dasar
4. Guru mengikuti pertanyaan peserta
didik Guru mengikuti kurikulum yang
pasti 5.
Guru menyiapkan lingkungan belajar di mana peserta didik dapat
menemukan pengetahuan Guru mempresentasikan informasi
ke peserta didik 6.
Guru berusaha membuat peserta didik mengungkapkan sudut
pandang dan pemahaman mereka sehingga mereka dapat memahami
pembelajaran mereka Guru berusaha membuat peserta
didik memberikan jawaban yang “benar”
9. Kelebihan
dan Kelemahan
Menggunakan Pembelajaran
Konstruktivisme
Menurut Yaya Sutisna 2013 pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konstruktivisme memiliki kelebihan, antara lain:
a. Berpikir : dalam proses membina pengetahuan baru, murid
berpikir untuk menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat keputusan.
b. Pemahaman : murid terlibat secara langsung dalam membina
pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan boleh mengaplikasikannya dalam semua situasi.
c. Mengingat murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka
akan ingat lebih lama semua konsep. Melalui pendekatan ini siswa membina sendiri pemahaman mereka, justru mereka lebih
yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru. d.
Kemahiran sosial : kemahiran sosial diperoleh apabila berinteraksi dengan rekan dan guru dalam membina pengetahuan
baru.
Menurut Yaya Sutisna 2013 pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konstruktivisme memiliki kelemahan, antara
lain: a.
Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan kaidah ilmu
pengetahuan sehingga menyebabkan miskonsepsi. b.
Membutuhkan waktu yang lama dan semua siswa membutuhkan penanganan yang berbeda-beda.
c. Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua
sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas siswa.
d. Meskipun guru hanya motivator dan memediasi jalannya proses
belajar, tetapi guru harus memiliki perilaku yang elegan dan arif sebagai spirit bagi siswa sehingga dibutuhkan pengajaran yang
mengapersepsi nilai-nilai kemanusiaan.
10. Peranan Guru dalam Kelas Berbasis Konstruktivisme