Usul Penyempurnaan Pembentukan dan Penataan Daerah

94

4.2.4 Usul Penyempurnaan

Perlu adanya pengaturan yang jelas mengenai proses, kriteria, dan pentahapan pembentukan daerah baru yang jelas dan ketat. Pengaturan yang ada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dirasa masih terlalu longgar sehingga pembentukan daerah otonom baru lebih banyak didorong oleh kepentingan sempit dari elit di daerah. Pengaturan baru harus menjamin bahwa pembentukan daerah baru benar-benar dilakukan untuk kepentingan masyarakat luas di daerah dan keberadaan daerah otonom baru juga dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. 1 Perlu adanya pengaturan yang komprehensif mengenai penghapusan daerah kalau daerah tersebut memang tidak mampu melaksanakan otonominya untuk menciptakan kesejahteraan yang minimal. Daerah-daerah yang tidak mampu tersebut mungkin saja digabung dengan daerah- daerah lainnya atau dibawah pengelolaan Pemerintah Pusat. Untuk itu diperlukan pengaturan yang jelas dan instrumental bagi Pemerintah Pusat untuk melikuidasi daerah otonom dan menjadikannya daerah administratif atau menggabungkan dua atau lebih daerah otonom menjadi menjadi satu daerah otonom baru. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 telah mengatur mengenai evaluasi kinerja daerah otonom dan kemungkinan adanya penggabungan antar daerah otonom. Beberapa aspek yang terkandung dalam peraturan pemerintah tersebut dapat dimasukan dalam revisi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. 2 Perlu ada pengaturan yang jelas tentang persyaratan, kriteria, dan mekanisme pembentukan DOB dengan mengadopsi pengaturan yang ada di Peraturan Pemerintah Nomor 78 95 Tahun 2007. Dengan memasukan pengaturan yang ada dalam Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 kedalam revisi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 maka kedudukan pengaturan tersebut akan menjadi semakin kuat dan dapat menjadi pegangan bagi semua pemangku kepentingan dalam melakukan reformasi penataan daerah di Indonesia. Perlu ada pengaturan tentang jumlah penduduk minimal dari satu daerah otonom, mengingat beberapa DOB memiliki jumlah penduduk yang sangat kecil dan tidak memungkinkan terjadi penyelenggaraan pemerintahan daerah yang optimal. 3 Perlu adanya pengaturan mengenai daerah persiapan sebelum sebuah daerah menjadi daerah otonom penuh. Sebelum ditetapkan menjadi daerah otonom definitif harus ditetapkan terlebih dahulu menjadi calon daerah otonom dalam jangka waktu minimal 3 tiga tahun dan maksimum 5 lima tahun. Pembinaan, pengawasan dan pembiayaan daerah persiapan ini dilakukan oleh daerah induk. Bila dalam jangka waktu tersebut daerah persiapan dianggap tidak mampu maka harus kembali pada daerah asal. 4 Perlu diatur dengan jelas mengenai siapa yang memiliki kewenangan untuk mengusulkan daerah otonom baru. Karena pemekaran dan penggabungan daerah adalah domain dari eksekutif, maka seharusnya inisiatif pembentukan daerah berasal dari Pemerintah Pusat, baik pusat ataupun daerah. Atas pertimbangan strategik tertentu, Pemerintah Pusat dan daerah dapat mengusulkan pembentukan DOB. Pengaturan tentang proses pengusulan DOB oleh daerah dan Pemerintah Pusat, masing-masing perlu diatur dengan jelas agar proses pembentukan daerah otonom baru dilakukan secara terbuka dan akuntabel. 96 5 Perlu juga dipersiapkan mekanisme insentif dan dis-insentif bagi daerah untuk melakukan pemekaran atau penggabungan. Insentif perlu dibuat untuk mendorong daerah untuk menggabungkan daerahnya dengan daerah lainnya. Sebaliknya, dis-insentif perlu diciptakan bagi daerah untuk melakukan pemekaran. Pemerintah Pusat perlu meninjau kembali formula pembagian DAU dengan menciptakan dis- insentif bagi pembentukan DOB dan insentif bagi penggabungan satu daerah dengan daerah lainnya.

4.3 Pembagian