182
kontinuitas perencanaan dan pembangunan di daerah dan pada gilirannya akan menganggu pencapaian target pembangunan
nasional secara keseluruhan. Keenam, kebingungan
sering terjadi
di daerah
terkait dengan sumber legitimasi dari RPJMD. Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 menentukan bahwa RPJMD harus disahkan melalui Perda sementara Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
perencanaan pembangunan nasional mengatakan bahwa RPJMD cukup disahkan melalui peraturan kepala daerah. Perbedaan
konsep RKPD di dalam kedua undang-undang tersebut, dimana Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 mendefinisikan RKPD
sebagai rencana kerja pembangunan daerah sementara Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 mendefinisikan RKPD sebagai
rencana kerja pemerintah daerah.
4.9.3 Analisis
Kesulitan pemerintah dalam menjaga konsistensi perencanaan pembangunan daerah dengan nasional dan antar daerah telah
lama dirasakan oleh banyak pihak.
21
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 telah
mengatur perlunya daerah membuat RPJPD, RJPMD, RKPD, dan Renja SKPD namun keduanya memiliki pengaturan yang berbeda
terkait dengan basis legalitas dari dokumen perencanaan dan definisi dari konsep yang dipergunakan. Perbedaan tersebut sering
membuat kebingungan aparat di daerah. Revisi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 diharapkan dapat memberi solusi terhadap
perbedaaan tersebut
sehingga daerah
dapat memiliki
dasar hukum yang jelas dalam menyiapkan dokumen perencanaan.
21
Jeremias T. Keban, “Perencanaan Pembangunan Daerah”, paper tidak diterbitkan.
183
Tidak adanya pengaturan yang jelas tentang keterkaitan antara rencana pembangunan dengan rencana tata ruang juga
sering menjadi sumber dari keengganan daerah untuk mengisi rencana tata ruang daerah. Akibatnya, kegiatan pembangunan
daerah dengan
rencana tata
ruang yang
ada sering
tidak nyambung dan menghasilkan masalah baru yang merugikan
kepentingan publik
di daerah.
Adanya pengaturan
yang mengamanatkan daerah untuk mengisi perencanaan tata ruang
dengan kegiatan pembangunan sosial ekonomi yang relevan akan dapat mendorong daerah untuk tunduk pada dokumen tata ruang
yang dimilikinya.
Pengaturan ini
diharapkan dapat
juga mendorong terintegrasinya pembangunan daerah bukan hanya
dengan rencana
tata ruang
tetapi juga
dengan rencana
pembangunan nasional. Terbatasnya informasi dan data yang valid dan terbarukan
menjadi salah
satu penyebab
dari rendahnya
kualitas perencanaan pembangunan daerah. Tidak tersedianya data yang
mengukur hasil
pembangunan yang
diharapkan outcomes,
keluaran, dan masukan sering membuat para pelaksana dan pemangku kepentingan mengalami kesulitan untuk memahami
rasionalitas dari kegiatan pembangunan daerah. Hal ini juga memberi
peluang kepada
para perencana
dan pelaku
pembangunan untuk melakukan praktik KKN dengan menitipkan proyek-proyek pembangunan yang relevansinya dengan prioritas
pembangunan daerah amat rendah. Untuk mengurangi praktik KKN
dalam perencanaan
maka perlu
pengaturan yang
mengharuskan dokumen rencana pembangunan daerah memuat ketiga komponen tersebut diatas. Pemuatan data tersebut akan
dapat membuat
para pemangku
kepentingan memahami
rasionalitas kegiatan pembangunan daerah.
184
Disamping itu, pengaturan perlu dibuat untuk memastikan bahwa daerah memperhitungkan masukan diluar pendanaan
dalam kegiatan pembangunan daerah. Selama ini banyak daerah yang mengabaikan pentingnya inventarisasi dan penilaian aset
dalam merencanakan kegiatan pembangunan daerah. Aset daerah atau aset negara yang dikuasakan pengelolaannya kepada daerah
kurang diperhitungkan dalam pembangunan daerah. Aset tersebut sering dianggap sebagai given dan karenanya penilaian yang wajar
dari aset tersebut dan kontribusinya terhadap pembangunan daerah
belum dihargai
secara wajar.
Akibatnya, banyak
pemanfaatan aset daerah berupa tanah, sumber daya alam, dan barang daerah yang kemudian dimanfaatkan oleh pihak swasta
yang manfaatnya bagi kepentingan publik belum dapat dirasakan secara meluas.
Untuk mendorong daerah melakukan berbagai perubahan dan perbaikan sebagaimana tersebut diatas, maka daerah harus
didorong untuk melakukan dokumentasi data yang penting bagi kegiatan perencanaan pembangunan. Data tentang indikator
pencapaian hasil
pembangunan, keluaran,
masukan baik
pendanaan ataupun diluar pendanaan seperti barang daerah, sumber daya alam, dan aset-aset lainnya yang pengelolaannya
dikuasakan pada
daerah sangat
penting didokumentasikan
dengan baik. Data-data tersebut perlu dikumpulkan secara
berkala dan bersifat terbuka bagi pemangku kepentingan. Dengan adanya data dasar yang lengkap, relevan, dan terbarukan secara
berkala maka kualitas perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan akan menjadi semakin baik.
Untuk menciptakan sinergi pembangunan pusat dengan daerah dapat dimulai dari mapping urusan dan kelembagaan yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan pemerintahan daerah.
185
Setiap kementerianLPNK akan melakukan pemetaan daerah provinsi atau kabupatenkota yang mempunyai sektor unggulan
sesuai bidang kerja kementerianLPNK terkait. Analisis terhadap PDRB dan mata pencaharian penduduk serta pemanfaatan lahan
dapat dijadikan acuan dalam menentukan sektor unggulan daerah tersebut. Demikian juga dengan urusan pemerintahan yang
bersifat wajib
yang terkait
dengan pelayanan
dasar. KementerianLPNK terkait dapat memetakan daerah-daerah mana
yang mempunyai masalah mendasar dalam arti dibawah rata-rata nasional
atau dibawah
SPM dalam
pencapaian pelayanan
dasarnya. Hasil
pemetaan tersebut
akan diikuti
dengan pembentukan kelembagaan daerah yang akan mewadahi urusan
yang terkait
dengan sektor
unggulan dan
pelayanan dasar
prioritas di daerah tersebut. Dengan
cara demikian
setiap kementerianLPNK
akan mengetahui
secara pasti
daerah-daerah yang
akan menjadi
stakeholders utamanya.
Melalui mekanisme
musyawarah pembangunan
nasional, masing-masing
kementerianLPNK membuat perencanaan strategis di bidangnya masing-masing
dengan melibatkan stakeholders utamanya. Dalam Renstranas ditentukan peran masing-masing tingkatan pemerintahan dalam
perencanaan pembangunan termaksud. Dengan cara tersebut akan tercipta sinergi dan harmonisasi perencanaan pembangunan
antara pusat dan daerah dalam pencapaian target nasional dalam bidang pembangunan tertentu.
4.9.4 Usulan Penyempurnaan