143
pelayanan publik di daerahnya. Kemudahan interaksi akan dapat menghemat
energi pemerintah
daerah dan
warganya dalam
mengakses pelayanan publik dan kegiatan pemerintahan lainnya.
4.5.2 Identifikasi Permasalahan
Pengalaman dalam pelaksanaan otonomi daerah menunjukan kecenderungan daerah untuk membentuk organisasi perangkat
daerah yang banyak jumlahnya dan kurang didasarkan pada kebutuhan
nyata daerah
yang bersangkutan.
11
Besarnya organisasi perangkat daerah yang dimaksud dapat dilihat dari
banyaknya jumlah dinas daerah, jumlah badan dan jumlah kantor. Banyak daerah kabupaten dan kota yang mempunyai
dinas yang
sebenarnya kurang
relevan dengan
kebutuhan masyarakat atau potensi unggulan yang ada di daerah tersebut.
Masih banyak dijumpai adanya dinas pertanian atau bahkan kehutanan di daerah perkotaan. Berbagai studi menunjukan
bahwa para pemangku kepentingan di daerah menilai struktur birokrasi di daerah cenderung gemuk dan menyerap anggaran
yang besar. Akibatnya, banyak anggaran pemerintah yang terserap untuk
belanja pegawai
dan memenuhi
kebutuhan birokrasi
daripada yang
digunakan untuk
membiayai pelayanan
masyarakat. Disamping struktur birokrasi yang besar dan kompleks,
masalah lainnya adalah adanya orientasi pegawai daerah untuk menduduki jabatan struktural sangat tinggi dan berlebihan. Hal
ini disebabkan karena jabatan struktural dalam birokrasi publik memiliki fungsi yang multidimensional. Jabatan struktural bukan
hanya memberikan mereka kekuasaan, penghormatan, tetapi juga
11
Diskusi tentang hal ini dapat dibaca dalam Roy Salomo, “Pokok-Pokok Pemikiran Untuk Penyempurnaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004: Perangkat Daerah”,
paper tidak diterbitkan
144
tambahan penghasilan yang berarti. Semakin tinggi jabatan strukturalnya, semakin besar nilai yang diperoleh oleh pejabatnya.
Hal seperti ini mendorong birokrasi dan para pejabatnya untuk memperbesar
struktur birokrasi
di daerah
sehingga dapat
menyediakan banyak tempat bagi para pejabat birokrasi di daerah. Karenanya
tidak mengherankan
kalau banyak
daerah yang
mengembangkan struktur birokrasi yang besar dan kompleks. Orientasi yang berlebih pada jabatan struktural, membuat
pengembangan jabatan fungsional kurang berkembang di dalam birokrasi daerah. Banyak daerah yang belum mengembangkan
jabatan fungsional. Padahal jabatan fungsional tidak menuntut organisasi
yang besar,
bahkan dapat
memperbaiki kualitas
pelayanan pemerintah daerah melalui peningkatan kapasitas aparatur birokrasi. Penciptaan jabatan fungsional dalam birokrasi
pemerintah di
daerah penting
didorong agar
daerah dapat
mempercepat pengembangan kapasitas aparaturnya dengan baik dan cepat.
Belum adanya analisis jabatan dan analisis beban kerja membuat daerah tidak pernah tahu secara pasti berapa besar
organisasi yang dibutuhkan dan berapa banyak jumlah tenaga kerja
yang dibutuhkan.
Akibatnya, pengembangan
struktur birokrasi di daerah seringkali lebih banyak didasarkan atas
pertimbangan subyektif, jangka pendek, dan pemahaman yang kurang tepat terhadap kebutuhan dan tantangan yang dihadapi
oleh Daerah. Masalah
lainnya adalah
adanya kecenderungan
dari kementerianLPNK untuk mendesak daerah membuat struktur
organisasi sebagaimana yang ada di pusat dengan tawaran akan diberi bantuan. Disamping itu munculnya berbagai undang-
145
undang sektoral yang mengharuskan daerah untuk membentuk suatu organisasi yang sering relevansinya tidak ada di daerah
yang bersangkutan
seperti kewajiban
membuat organisasi
bencana walaupun daerah tersebut bukan berpotensi bencana. Sama halnya dengan diwajibkannya daerah membuat lembaga
penyuluhan pertanian di daerah perkotaan yang tidak ada petaninya. Pada akhirnya semua instruksi dan desakan tersebut
akan bermuara pada membengkaknya kelembagaan daerah yang sekaligus juga meningkatkan overhead cost dan mengurangi biaya
pelayanan publik.
4.5.3 Analisis