Usulan Penyempurnaan Organisasi Perangkat Daerah

147 memenuhi kebutuhan masyarakat menjadi semakin kecil. Hal ini menjelaskan mengapa desentralisasi di Indonesia belum banyak memperbaiki kesejahteraan rakyat di daerah. Pembengkakan organisasi juga berdampak pada melebarnya rentang kendali span of control dan menimbulkan masalah inkoherensi institusional karena fungsi yang seharusnya ditangani dalam satu kesatuan unit harus diderivasi ke beberapa unit organisasi sehingga pada akhirnya mengarah pada proliferasi birokrasi. Kondisi tersebut lebih jauh juga berpotensi menimbulkan dis-harmoni atau bahkan friksi antar unit organisasi sebagai akibat tarik-menarik kewenangan. Untuk itu pengaturan bagi perangkat daerah yang efektif harus menjadi perhatian penting dalam penyempurnaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.

4.5.4 Usulan Penyempurnaan

1 Perlu ada pengaturan tentang norma, kriteria, dan standar dalam pengembangan Organisasi perangkat daerah. Pengaturan harus mendorong daerah untuk dapat membentuk organisasi perangkat yang sesuai dengan kewenangan yang dimiliki; karakteristik potensi dan kebutuhan daerah; kemampuan keuangan daerah; ketersediaan sumber daya aparatur; dan pengembangan pola kemitraan antar daerah serta dengan pihak ketiga. 2 Perlu adanya pengetatan struktur organisasi daerah agar mempunyai struktur organisasi sesuai dengan prioritas kebutuhan pelayanan dasar serta sektor unggulan yang potensial dikembangkan di daerah yang bersangkutan. Untuk itu perlu adanya pemetaan atau mapping dari kementerianLPNK di pusat untuk memetakan daerah-daerah dengan potensi unggulan atau prioritas pelayanan dasar sesuai 148 dengan kewenangan kementerianLPNK terkait. Dengan cara tersebut setiap kementerianLPNK akan mempunyai stakeholders yang jelas yang akan dilibatkan dalam pencapaian target nasional dari kementerianLPNK tersebut. Cara tersebut akan menghilangkan pola instruksi yang memaksakan daerah untuk membuat organisasi yang seragam di seluruh daerah, tapi akan sesuai dengan sektor unggulan dan prioritas pelayanan dasar dari daerah tersebut. Pendekatan tersebut akan menciptakan pola asimetris antar daerah dalam menerapkan organisasi perangkat daerah. 3 Perlu juga disusun pengaturan yang mendorong daerah melakukan analisis jabatan dan menjadikannya sebagai dasar dalam mereformasi perangkat pemerintahannya yang dimilikinya. Analisis jabatan harus dapat memberi informasi kepada daerah tentang kebutuhan jabatan, klasifikasi jabatan, standar kompetensi jabatan, sistem renumerasi, dan sistem informasi kepegawaian. 4 Pengaturan organisasi perangkat daerah perlu memikirkan pengembangan jabatan fungsional secara signifikan. Jika daerah mampu untuk mengembangkan jabatan fungsional secara signifikan maka daerah dapat mengurangi tekanan yang ada padanya untuk membuat struktur gemuk demi menampung tenaga kerja yang jumlahnya cukup besar. Selain itu pengembangan jabatan fungsional juga dapat membantu pengembangan profesionalisme pegawai daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan daerah. 5 Perlu juga disusun pengaturan tentang insentif berbasis kinerja sehingga orientasi pegawai daerah yang cenderung untuk menduduki jabatan struktural dapat berubah. Dengan 149 mengembangkan ukuran kinerja yang jelas dan memberikan insentif berbasis pada kinerja, maka minat aparat daerah untuk menduduki jabatan fungsional dapat ditingkatkan dan pengembangan profesionalisme aparat di daerah dapat dipercepat dan mengurangi tekanan birokrasi atas jabatan struktural yang cenderung akan memicu penggembungan struktur organisasi pemerintah daerah. 6 Perlu ada pengaturan yang membatasi besaran anggaran untuk belanja pegawai. Pengaturan tentang hal ini dapat dilakukan dengan menentukan besaran proporsi anggaran belanja pegawai terhadap APBD. Besaran belanja pegawai yang sekarang ini berkisar 70-90 APBD sudah amat merugikan kepentingan publik di daerah. Anggaran untuk belanja pegawai setidak-tidaknya tidak boleh melebihi besaran anggaran yang disediakan untuk pelayanan publik. Pengaturan tentang masa transisi untuk mendorong daerah agar dapat memperkecil proporsi anggaran untuk belanja pegawai sangat diperlukan.

4.6 Kecamatan