126
3. Perlu pengaturan mengenai kejelasan
pembiayaan dan
perangkat pembantu gubernur, bupati dan walikota dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum.
4. Perlu adanya pengaturan mengenai keberadaan muspida sebagai forum kordinasi antara pimpinan daerah dengan
pimpinan instansi
vertical yang
ada di
daerah dan
pengaturan aspek pembiayaannya yang bersumber dari APBN sebagai refleksi dari urusan pusat yang dilimpahkan
oleh Presiden kepada kepala daerah. 5. Perlu adanya pengaturan mengenai unit pemerintahan yang
membantu kepala daerah dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum mengingat kompleksitas dari urusan
tersebut di daerah. Instansi kebangpol yang ada selama ini di daerah dapat dialih fungsikan sebagai unit pembantu
kepala daerah
tersebut dengan
status menjadi
unit dekonsentrasi.
4.4 Penyelenggara Pemerintahan Daerah
4.4.1 Implikasi Pilkada dan Hubungan Kepala Daerah dengan DPRD
4.4.1.1 Dasar Pemikiran
Berbagai permasalahan muncul dalam pemilihan kepala daerah Pilkada di Indonesia. Permasalahan yang berasal dari Pilkada
kemudian akan mempengaruhi efektifitas pemerintahan daerah. Beberapa
diantara permasalahan
tersebut adalah
terjadinya money politics yang sering sulit dibuktikan tapi sangat dirasakan
oleh masyarakat. Munculnya dinasti elit penguasa lokal yang ditandai oleh diusulkannya sanak famili kepala daerah baik anak,
127
istri, menantu, saudara untuk menjadi calon kepala daerah. Persoalan etika juga sering disepelekan yaitu terjadinya beberapa
kasus kepala daerah yang sudah menjabat dua kali kemudian mencalonkan dirinya sebagai wakil kepala daerah. Memang secara
legal tidak menyalahi karena tidak ada hukum positif yang dilanggar tapi dari segi etika pemerintahan dan kepantasan sulit
untuk diterima akal sehat. Persoalan moral juga mewarnai beberapa calon kepala daerah dimana calon yang sudah diketahui
secara meluas melakukan perbuatan asusila yang nampak dalam video tapi karena tidak menjadi kasus hukum menjadi tidak
melanggar persyaratan
sehingga yang
bersangkutan tetap
mencalonkan diri. Kondisi tersebut menunjukkan kepada kita memang semua
permasalahan tersebut diatas harus dituangkan dalam peraturan perundang-undangan agar menjadi syarat normatif yang selama
ini tidak ada sehingga tidak ada hukum positif yang dilanggar. Kita menyadari bahwa disamping hukum yang tertulis ada juga
hukum yang tidak tertulis namun dihormati keberadaannya khususnya yang terkait dengan persoalan etika dan kepantasan.
Namun persoalan muncul ketika etika dan kepantasan tersebut tidak diatur secara tertulis, maka pelanggaran atas etika tersebut
dianggap hal-hal yang wajar saja dilakukan dalam masa transisi demokrasi sekarang ini untuk mendukung ambisi pribadi.
Persoalan lain yang timbul adalah dalam sistem politik yang demokratis ketegangan hubungan antara
kepala daerah dengan DPRD menjadi isu politik yang jamak dijumpai di daerah.
Diberlakukannya Pilkada
langsung untuk
gubernurbupatiwalikota dan anggota DPRD membuat masing- masing pihak sama-sama memiliki legitimasi politik yang sangat
kuat. Sebagai
unsur penyelenggara
pemerintahan daerah
128
keduanya memiliki kedudukan yang setara, dimana masing- masing tidak dapat menjatuhkan yang lainnya. Karena hubungan
keduanya tidak diatur dengan jelas maka ketegangan dan konflik sering terjadi antara kepala daerah dan DPRD. Dalam banyak hal
konflik diantara
mereka sering
mengganggu efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hubungan antara
kepala daerah dengan DPRD harus dikembangkan sebagai upaya penegakan prinsip-prinsip checks
and balances. Sebagai institusi yang berfungsi mengawasi kepala daerah dan perangkatnya dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah, DPRD harus memiliki kapasitas yang memadai untuk menjalankan fungsi tersebut. Juga dalam menjalankan fungsi
legislasi dalam konteks membuat peraturan daerah bersama dengan kepala daerah, para anggota DPRD harus memiliki
dukungan sumber daya yang memadai agar mereka dapat menjadi mitra yang setara dan sejajar kapasitasnya dengan kepala daerah.
Kegagalan dalam membangun kapasitas DPRD dapat membuat fungsi DPRD dalam melakukan check and balance tidak efektif.
Untuk membuat hubungan antara kepala daerah dan DPRD menjadi dinamis maka pengaturan tentang hubungan antara
kepala daerah dan DPRD harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Prinsip checks and balances DPRD
adalah unsur
penyelenggara pemerintahan
dan sekaligus lembaga perwakilan rakyat di daerah yang memiliki
fungsi melakukan pengawasan terhadap kepala daerah. b. Prinsip negara hukum
Kedudukan, hak, dan kewajiban dari kepala daerah dan DPRD harus secara jelas diatur dalam peraturan perundangan dan
129
masing-masing pihak
harus bertindak
sesuai dengan
ketentuan perundangan yang berlaku. c. Prinsip Kesetaraan
Keduanya memiliki kedudukan yang setara, dimana kepala daerah dan DPRD tidak dapat saling menjatuhkan satu sama
lainnya. d. Kemitraan
Sebagai sesama unsur penyelenggara pemerintahan daerah keduanya harus dapat bekerjasama dan bermitra dalam
mewujudkan kesejahteraan masyarakat di daerahnya.
4.4.1.2 Identifikasi Permasalahan