Usulan Penyempurnaan Aparatur Daerah

167 Berdasarkan pendekatan manpower planning, mensyaratkan bahwa pemda harus mempunyai pegawai dalam jumlah dan kualifikasi yang memadai untuk menyelenggarakan pemerintahan daerah. Dengan adanya pengaturan ratio dan juga kompetensi diharapkan pemda akan mempunyai pegawai dengan kompetensi yang memadai.

4.7.4 Usulan Penyempurnaan

Penyempurnaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 seyogyanya diarahkan pada pengembangan sistem kepegawaian daerah yang menghargai profesionalisme dan menjauhkan birokrasi pemerintah dari intervensi politik yang berorientasi pada kepentingan politik sempit dari aktor-aktor politik daerah, seperti gubernurbupatiwalikota dan para anggota DPRD. Penyempurnaan juga dilakukan untuk mencegah para pejabat karir memanfaatkan peluang politik yang terbuka dengan adanya Pilkada untuk membangun akses terhadap kekuasaan. Kecenderungan para pejabat karir menjadi tim sukses gubernurbupatiwalikota dalam Pilkada baik secara terang- terangan atau diam-diam dan menggunakan sumber daya publik untuk memenangkan calon yang didukungnya harus dihindari. Untuk itu ada beberapa pengaturan yang perlu dibuat: 1 Membuat pengaturan yang jelas dan tegas tentang hubungan antara pejabat politik dan aparat birokrasi di daerah yang mampu menjamin terwujudnya aparatur daerah yang profesional. Penggunaan hak-hak politik yang dimiliki oleh gubernur, bupatiwalikota tidak boleh dilakukan untuk kepentingan politik yang sempit, seperti kepentingan partai, kelompok, dan pribadi tetapi harus dilakukan dalam rangka 168 mewujudkan aparatur daerah yang profesional, peduli kepada kepentingan publik, dan berwawasan kebangsaan. 2 Mengembangkan konsep sistem pengembangan aparatur daerah yang terintegrasi secara nasional. Aparatur daerah adalah bagian yang tak terpisahkan dari aparatur negara. Untuk itu, perlu ada pengaturan yang memungkinkan pemerintah mengendalikan pengembangan dan distribusi aparatur daerah dengan klasifikasi dan jabatan tertentu. Pemerintah Pusat merekrut PNS dalam golongan pangkat IVc dan mendistribusikan menjadi sekda di daerah atas permintaan daerah. 3 Perlu ada pengaturan tentang klasifikasi jabatan fungsional yang dinilai strategis dan dapat dimobilisasi untuk menyeimbangkan penyebarannya secara nasional. Pemerintah Pusat dapat mendistribusikan pegawai profesional strategis tertentu, seperti: dokter spesialis, akuntan, perencana, dan keahlian langka lainnya. 4 Perlunya pengaturan mengenai standar kompetensi dalam jabatan-jabatan dalam jajaran birokrasi pemerintah daerah, terutama untuk jabatan yang strategis. Ukuran kompetensi yang diperlukan untuk menduduki jabatan strategis tertentu harus didefinisikan dengan jelas. Definisi ukuran kompetensi penting dalam perencanaan dan pengembangan karir pejabat birokrasi pemerintah. Ukuran ini juga dapat mendorong para pegawai untuk mengembangkan kompetensinya sesuai dengan aspirasi karir masing-masing. Sedikitnya ada tiga kompetensi yang perlu diatur dalam penentuan promosi untuk suatu jabatan. Pertama, kompetensi administratif atau manajerial yang terkait dengan pemenuhan persyaratan 169 pangkatgolongan dari jabatan dan pendidikan penjenjangan yang harus dimiliki. Kedua, kompetensi teknis yang terkait dengan persyaratan teknis yang terkait dengan jabatan tersebut. Persyaratan teknis harus dibuktikan dengan sertifikasi yang dikeluarkan oleh kementerian teknis yang membidangi urusan tersebut. Ketiga, kompetensi pemerintahan yang terkait pemahaman tentang dasar-dasar pemerintahan termasuk kebijakan desentralisasi, hubungan pusat dan daerah, dan hal-hal lain terkait dengan pemerintahan daerah. 5 Rekrutmen dilakukan secara terbuka, kompetitif, berbasis pada kompetensi. Perlu pengaturan mengenai ratio jumlah pegawai dikaitkan dengan jumlah penduduk dengan mempertimbangkan kondisi geografis daerah. Dengan cara demikian tidak lagi terjadi pengangkatan pegawai diluar jumlah yang telah ditentukan berdasarkan ratio dan pertimbangan geografis tersebut. 6 Mendorong daerah mengembangkan manajemen kepegawaian yang mampu mendorong adanya profesionalisme, terbuka, kompetitif, dan politis. Daerah didorong untuk mampu mengembangkan sistim insentif berbasis pada kinerja.

4.8 Peraturan Daerah Perda