190
daya alam, dan lahan yang dimanfaatkan oleh para pelaku usaha sering
justru menghasilkan
kerugian bagi
masyarakat luas. Kerusakan lingkungan dan ketidakseimbangan ekosistem sebagai
akibat dari pengelolaan aset yang kurang bertanggungjawab menimbulkan
kerugian yang
sangat besar
bagi masyarakat
generasi sekarang dan mendatang.
25
Banyak aset lahan yang dikuasai oleh pelaku usaha yang diubah menjadi kawasan
pemukiman yang memiliki nilai tambah yang berlipat ganda, yang keuntungannya hanya dinikmati oleh para pelaku usaha.
4.10.3 Analisis
Tidak adanya pagu yang jelas tentang berapa banyak anggaran dapat dialokasikan untuk biaya belanja pegawai dan operasional
birokrasi pemerintah membuat daerah menghabiskan sebagian besar anggarannya untuk membiaya dirinya sendiri, bukan untuk
biaya melayani warganya. Banyak daerah yang menghabiskan sekitar 90 dari APBD-nya untuk belanja pegawai dan kegiatan
operasional satuan birokrasinya. Hal ini disebabkan karena tidak ada insentif yang efektif bagi daerah untuk merampingkan satuan
organisasinya. Tidak
adanya pagu
anggaran untuk
belanja pegawai dan biaya operasional pemerintah dan insentif untuk
merampingkan birokrasinya memberi ruang yang besar bagi daerah untuk mengembangkan birokrasinya.
Kecenderungan daerah untuk mengembangkan struktur birokrasi yang gemuk juga menjadi salah satu penyebab dari
25
Penambangan liar di Provinsi Bangka Belitung dapat dijadikan misal. Pemerintah setempat tidak mampu mengendalikan penambangan liar yang dilakukan masyarakat.
Berdasarkan data dari Bapedalda Provinsi bangka Belitung, luas daerah yang rusak berbentuk kawah dengan lebar 2-50 Hektar dan kedalaman sampai dengan 9 meter
adalah 400.000 hektar. Butuh dana triliunan untuk mereklamasinya. Ironisnya lagi, hasil penambangan cenderung diselundupkan ke luar negeri melalui kerjasama gelap
dengan aparat keamanan laut dan birokrasi-peradilan. Sumber: AMCA: The Spirit Of Budak Bangka. Timah Bangka: Antara Dendam Sejarah dan Perjuangan Mendapatkan
Akses. Dan Erwiza Erman peneliti LIPI. Politik Penguasaan Sumber Daya Timah di Bangka Belitung.
191
besaran jumlah anggaran yang digunakan untuk membiayai birokrasi. Mengurangi jumlah biaya belanja pegawai hanya dapat
dilakukan dengan
mendorong daerah
untuk merampingkan
struktur birokrasinya. Adanya pagu anggaran untuk belanja birokrasi dan pegawai akan dapat mendorong daerah melakukan
rasionalisasi dan rightsizing. Namun, rasionalisasi dan rightsizing memiliki implikasi
sosial dan politik yang cukup besar yang mesti diperhitungkan. Keresahan dan protes dari kalangan aparat di daerah tentu sangat
besar dan dapat menimbulkan risiko politik bagi Pemerintah Pusat. Pembatasan pagu anggaran untuk belanja pegawai harus
dilakukan dengan hati-hati dan dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kemampuan daerah.
Mendorong daerah lebih peduli kepada kepentingan publik juga dapat dilakukan dengan membuat proses penganggaran
menjadi lebih
terbuka, transparan,
dan partisipatif.
Kecenderungan yang umum terjadi di daerah, dimana praktik penganggaran sangat tertutup dan elitis, harus segera dihentikan.
Salah satu
caranya adalah
dengan mendorong
partisipasi pemangku kepentingan dan masyarakat luas untuk terlibat dalam
proses penganggaran.
Proses penganggaran
yang cenderung
ekslusif harus dirubah menjadi inklusif, partisipatif, dan terbuka sehingga para pemangku kepentingan dapat mengetahui berapa
banyak pagu anggaran yang ada dan untuk apa saja anggaran tersebut dialokasikan dan berapa besarannya. Cara seperti ini
dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah.
Dalam penggunaan aset daerah, yang sekarang cenderung kurang menguntungkan masyarakat dan sering menjadi arena
192
KKN, Pemerintah Pusat perlu membuat pengaturan yang lebih jelas. Tidak adanya pengaturan yang melindungi kepentigan warga
dalam penggunaan aset daerah sering membuat pemanfaatan aset daerah lebih menguntungkan pelaku usaha dan kurang dapat
dirasakan manfaatnya
oleh warga
dan pemerintah
daerah. Penguatan terhadap pengaturan yang ada dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang aset daerah diperlukan agar dapat menjadi
pegangan yang
efektif bagi
daerah untuk
mendayagunakan aset
daerah secara
lebih produktif
dan bermanfaat bagi kepentingan warga di daerah.
Dalam pemanfaatan uang daerah, alokasi melalui DAU sebagai subsidi umum Block Grant telah memberikan ruang yang
luas bagi elit lokal untuk memanfaatkannya sesuai dengan kepentingan mereka. Pada satu sisi anggaran banyak dihabiskan
untuk biaya opearsional birokrasi daerah termasuk elite politiknya kepala daerah dan DPRD, pada sisi yang lain anggaran pelayanan
publik cenderung menurun terus. Apalagi menjelang Pilkada, banyak anggaran dialokasikan dengan dalih bantuan sosial yang
ditujukan kepada kelompok-kelompok masyarakat tertentu untuk mendapatkan dukungan politik dalam Pilkada. Untuk mengatasi
hal tersebut diperlukan pengaturan yang bersifat affirmative dalam undang-undang yang mengatur pemanfaatan DAU agar jangan
disalah gunakan untuk kepentingan sempit dari birokrasi daerah. Sudah waktunya DAU diarahkan untuk pembiayaan pelayanan
dasar yang masih jauh dari harapan sekalipun yang bersifat minimal.
4.10.4 Usulan Penyempurnaan