Dasar Pemikiran Inovasi Daerah dan Tindakan Hukum terhadap Aparat Daerah

235 oleh aparatur daerah provinsi dan juga aparatur pusat yang ada di daerah.

4.17 Inovasi Daerah dan Tindakan Hukum terhadap Aparat Daerah

4.17.1 Dasar Pemikiran

Majunya suatu bangsa banyak ditentukan oleh kemampuan bangsa tersebut membuat terobosan pemikiran dalam menangani persoalan-persoalan yang dihadapi serta menciptakan ide-ide baru dalam pembangunan bangsanya. Upaya untuk menjaga keseimbangan antara keinginan menciptakan kepastian hukum dengan pemberian kewenangan diskresi bagi para penyelenggara pemerintahan daerah perlu dilakukan. Maraknya berbagai bentuk penyalahgunaan wewenang yang dilakukan para penyelenggara pemerintahan daerah mengharuskan pemerintah mereformasi peraturan perundangan agar peluang penyalahgunaan kekuasaan dapat dikurangi. Namun, di sisi lain Pemerintah Pusat perlu memberi ruang yang memadai bagi pejabat publik untuk mengambil diskresi dalam penyelenggaraan pemerintahan. Dinamika sosial, politik, dan ekonomi di daerah yang sangat tinggi sering menuntut para pejabat publik mengambil diskresi dan menciptakan inovasi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dua kepentingan ini, mengurangi peluang untuk penyalahgunaan kekuasaan dan memberi ruang untuk mengambil diskresi, sering bersifat dilematis, tetapi pilihan harus diambil oleh Pemerintah Pusat. Dalam menghadapi pilihan dilematis seperti ini, Pemerintah Pusat harus dapat mengambil pilihan yang menjaga keseimbangan dari kedua kepentingan tersebut. Upaya untuk menegakan 236 kepastian hukum perlu dilakukan tetapi perlindungan terhadap inovasi yang dilakukan oleh pejabat publik dalam rangka meningkatkan kesejahteraan warganya dan memenuhi kepentingan umum juga harus dilakukan. Jika hal ini tidak dilakukan maka para pejabat publik akan takut melakukan inovasi dalam penyelenggaraan pemerintahan. Keduanya, penegakan dan perlindungan hukum bagi pejabat publik dalam mengembangkan inovasi harus ditempatkan sebagai upaya penguatan kepastian hukum itu sendiri. Pada sisi lain aparat daerah sekarang ini sering mengalami kegamangan manakala menemukan daerah abu-abu karena peraturan perundang-undangan yang bermasalah. Sudah menjadi rahasia umum bahwa peraturan perundang-undangan sektor sering masih belum harmonis dengan peraturan perundang- undangan otonomi daerah. Kondisi tersebut sering bermuara pada terjadinya pelanggaran hukum dan bermuara pada tuduhan tindak pidana. Menghadapi hal tersebut, muncul kecenderungan aparat daerah menghindari hal-hal yang abu-abu namun keputusan harus diambil manakala menyangkut kepentingan masyarakat daerah tersebut. Untuk itu diperlukan kejelasan dan ketegasan, hal-hal mana yang masuk dalam ranah administratif dan hal-hal mana yang masuk ranah pidana manakala diduga terjadi pelanggaran oleh aparat pemerintahan daerah. Aparat pengawas pemerintah seperti Badan Pengawasan dan Pemeriksa Pembangunan BPKP dapat dimanfaatkan sebagai salah satu instrumen untuk menentukan apakah suatu pelanggaran masuk kedalam pelanggaran yang bersifat administratif non yustisia atau masuk ke ranah pidana pro yustisia. Hasil pemeriksaan yang dilakukan BPKP yang kemudian ditindak lanjuti oleh aparat penegak hukum manakala 237 terbukti bahwa yang disangkakan tersebut bersifat pelanggaran pidana.

4.17.2 Identifikasi Permasalahan