Umum DASAR PEMIKIRAN, PERMASALAHAN, ANALISIS,

74

BAB IV DASAR PEMIKIRAN, PERMASALAHAN, ANALISIS,

DAN USUL PENYEMPURNAAN

4.1 Umum

Sebelum melakukan analisis atas setiap isu strategis yang menjadi substansi revisi dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, maka berikut ini adalah dasar-dasar pemikiran yang dikembangkan dalam revisi dan yang melatar belakangi analisis dan usulan perubahan yang akan dilakukan dalam revisi tersebut. 1 Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintahan Daerah Pengaturan ketata-negaraan Negara Kesatuan Republik Indonesia mengacu kepada UUD 1945 sebagai hukum dasar yang mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintahan daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi seluas- luasnya kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Disamping itu melalui otonomi luas, dalam lingkungan strategis globalisasi, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Merujuk kepada Pembukaan UUD 1945, hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintahan Daerah dapat dirunut dari alinea 75 ketiga dan alenia keempat. Alinea ketiga memuat pernyataan bahwa bangsa Indonesia atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa menyatakan kemerdekaannya. Sedangkan alinea keempat memuat pernyataan bahwa setelah menyatakan kemerdekaannya, yang pertama kali dibentuk adalah Pemerintah Negara Indonesia yaitu Pemerintah Nasional yang bertanggung jawab mengelola bangsa Indonesia yang baru menyatakan kemerdekaannya. Lebih lanjut dinyatakan bahwa tugas Pemerintah Negara Indonesia adalah melindungi seluruh bangsa dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut memelihara ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan kedilan sosial. Alinea keempat mengindikasikan dianutnya paham negara kesatuan dengan dibentuknya Pemerintah Negara Indonesia sebagai langkah awal dari Negara Indonesia yang baru merdeka tersebut. Dalam konteks negara kesatuan, Pemerintah Nasional atau Pemerintah Pusat yang dibentuk terlebih dahulu baru kemudian Pemerintah Pusat membentuk pemerintah daerah. Konsekuensi logis dari konsep negara kesatuan adalah kekuasaan pemerintahan ada ditangan Pemerintah Pusat. Karena UUD 1945 juga mengamanatkan dianutnya kebijakan desentralisasi, maka sebagian kekuasaan pemerintahan tersebut diserahkan ke daerah dengan semangat otonomi yang seluas- luasnya. Namun betapapun luasnya otonomi yang diberikan ke daerah, tanggung jawab akhir dari penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan tetap ada ditangan Pemerintah Pusat. Dalam konsep Negara Kesatuan, kekuasaan Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif secara komprehensif menjadi kewenangan 76 penyelenggara pemerintahan negara di tingkat pusat. Kekuasaan eksekutif dalam arti kekuasaan pemerintahan ada ditangan Presiden sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 4 ayat 1 UUD 1945. Kekuasaan pemerintahan yang ada ditangan Presiden tersebut yang kemudian sebagian diserahkan ke daerah. Dengan demikian pemerintah daerah menyelenggarakan sebagian kekuasaan pemerintahan yang menjadi domain kewenangan Presiden. Mengingat tanggung jawab penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan ada ditangan Presiden, maka pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya berada dibawah pembinaan dan pengawasan Presiden agar pemerintah daerah berjalan secara harmonis, selaras dan sinergis dengan kebijakan nasional yang menjadi tanggung jawab Presiden sebagai kepala pemerintahan nasional. Dalam konteks negara kesatuan hubungan Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah adalah hirarkhis. Artinya pemerintah daerah dalam melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi domain kewenangan Presiden berada dibawah pengawasan dan pembinaan Presiden. Presiden dibantu oleh menteri-menteri yang berdasarkan UUD 1945 mendapat pelimpahan dari Presiden untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan tertentu. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan menteri tersebut yang kemudian sebagian diserahkan ke daerah untuk menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk mengatur dan mengurusnya. Dalam konteks negara kesatuan betapapun luasnya otonomi daerah atau urusan pemerintahan yang diserahkan ke daerah, kewenangan pemerintahan daerah untuk mengatur dan mengurus tetap dalam batas-batas koridor kebijakan nasional 77 yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Pemerintahan daerah dalam merumuskan kebijakan daerah tidak boleh bertentangan dengan kebijakan nasional. Hal ini dimaksudkan agar tercipta sinergi dan keserasian antara kebijakan Pemerintah Pusat dengan pemerintahan daerah. Agar tercipta sinergi penyelenggaraan urusan pemerintahan antara kementerian dengan pemerintahan daerah, Presiden melimpahkan kewenangan kepada Menteri Dalam Negeri untuk bertindak selaku kordinator dari kementerian atau lembaga pemerintah non kementerian yang sebagian urusannya diserahkan ke daerah. Kementerian yang kewenangannya diserahkan kepada daerah berkewajiban untuk melakukan pembinaan dan pengawasan yang bersifat teknis kepada pemerintahan daerah, sedangkan Kementerian Dalam Negeri melaksanakan pembinaan dan pengawasan yang bersifat umum. Mekanisme tersebut diharapkan mampu menciptakan harmonisasi dan sinergi antara Pemerintah Pusat dengan pemerintahan daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan secara keseluruhan. 2 Pemerintahan Daerah Langkah pertama dalam pelaksanaan kebijakan desentralisasi adalah dibentuknya daerah otonom dan langkah berikutnya adalah diserahkannya sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden untuk menjadi urusan pemerintahan dari daerah otonom tersebut. Pada dasarnya otonomi daerah diberikan kepada rakyat daerah sebagai satu kesatuan masyarakat hukum yang menempati suatu wilayah dengan batas-batas tertentu yang ditetapkan berdasarkan 78 hukum yang berhak mengatur dan mengurus kepentingannya sendiri sesuai dengan aspirasi masyarakat setempat. Rakyat daerah kemudian memilih kepala daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD untuk mewakili kepentingan rakyat yang bersangkutan untuk mengelola urusan pemerintahan tersebut. Berbeda dengan penyelenggaraan pemerintahan di pusat yang terdiri dari lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif, penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh kepala daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang masing- masing direkrut melalui proses pemilihan. Kepala daerah dipilih rakyat melalui proses Pemilihan Kepala Daerah Pilkada sedangkan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD dipilih rakyat melalui proses Pemilihan Umum. Kepala daerah dan DPRD yang kemudian menjalankan mandat rakyat daerah tersebut untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang diserahkan oleh Pemerintah Pusat kepada rakyat daerah. Dengan demikian baik kepala daerah maupun DPRD sama-sama berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Dengan dibantu oleh pegawai negeri sipil yang bertugas di daerah yang tergabung dalam perangkat daerah, Kepala daerah dan DPRD mengatur dan mengurus urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Kepala daerah menjalankan fungsi eksekutif yaitu melakukan eksekusi atau pelaksanaan atas peraturan-peraturan daerah yang dibuat atas persetujuan bersama dengan DPRD yang menjalankan fungsi legislatif daerah. Disamping mempunyai fungsi legislatif daerah, DPRD juga melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kepala daerah dalam melaksanakan peraturan daerah dan kebijakan daerah lainnya. Disamping melaksanakan fungsi legislatif daerah dan fungsi pengawasan, DPRD juga 79 melaksanakan fungsi anggaran yaitu membahas dan menetapkan rancangan anggaran daerah yang dibuat oleh pihak eksekutif daerah. Melalui mekanisme tersebut terbentuk hubungan kemitraan yang seimbang atau mekanisme checks and balances antara kepala daerah dan DPRD. 3 Pembagian Urusan Pemerintahan Dalam pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah Pusat dan pemerintahan daerah, sebagaimana ditentukan dalam UUD 1945, ada urusan pemerintahan yang sepenuhnya harus tetap ditangan Pemerintah Pusat yaitu urusan pemerintahan yang menyangkut eksistensi bangsa dan Negara yang kalau diserahkan ke daerah berpotensi menimbulkan dis-integrasi bangsa dan negara. Urusan yang tidak di desentralisasikan ke daerah adalah urusan pertahanan, keamanan, politik luar negeri, moneter dan fiskal nasional, yustisi serta agama. Keenam urusan pemerintahan tersebut merupakan urusan nasional yang secara keseluruhan menjadi kewenangan Pemerintah Pusat. Urusan pemerintahan lainnya diluar keenam urusan pemerintahan tersebut pada dasarnya dapat dibagi antara Pemerintah Pusat dengan pemerintahan daerah. Dalam konteks otonomi daerah yang seluas-luasnya, konsekuensi logisnya adalah bahwa semua urusan pemerintahan selain keenam urusan pemerintahan yang absolut menjadi kewenangan Pemerintah Pusat, pada dasarnya di desentralisasikan ke daerah. Namun dalam konteks negara kesatuan tidak ada satu urusanpun yang sepenuhnya dapat diserahkan ke daerah. Akan selalu terdapat bagian urusan pemerintahan yang masih tetap menjadi kewenangan Pemerintah Pusat, dan ada bagian urusan 80 pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupatenkota. Ada prinsip konkurensi yang dianut dalam pelaksanaan setiap urusan pemerintahan yang di desentralisasikan. Adapun yang membedakannya adalah pada skala wilayah dimana urusan pemerintahan tersebut dilaksanakan. Pemerintah Pusat berwenang melaksanakan urusan pemerintahan tersebut pada skala wilayah nasional dan internasional; Pemerintahan daerah provinsi pada skala wilayah provinsi atau lintas kabupatenkota dalam wilayah provinsi yang bersangkutan. Sedangkan Pemerintahan daerah kabupatenkota berwenang melaksanakan urusan pemerintahan tersebut pada skala wilayah kabupatenkota yang bersangkutan. Pemerintah Pusat bertanggung jawab dalam penetapan kebijakan nasional untuk menjaga harmonisasi, sinkronisasi dan sinergi antara Pemerintah Pusat dengan pemerintahan daerah dan antara pemerintahan daerah provinsi dengan pemerintahan daerah kabupatenkota sebagai satu kesatuan dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Disamping menetapkan kebijakan nasional, dalam urusan pemerintahan yang di desentralisasikan, Pemerintah Pusat juga masih berwenang untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang menimbulkan dampak atau eksternalitas yang bersifat nasional lintas provinsi dan internasional lintas negara. Ada tiga kriteria yang dijadikan pedoman dalam pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah Pusat dengan pemerintahan daerah yaitu ekternalitas, akuntabilitas dan efisiensi. Pengertian eksternalitas terkait dengan dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan suatu urusan pemerintahan. Ini 81 berarti bahwa tingkatan pemerintahan yang terkena dampak dari urusan pemerintahan tersebut yang berwenang atas urusan tersebut. Sedangkan kriteria akuntabilitas dimaksudkan untuk menentukan bahwa tingkatan pemerintahan yang paling dekat dengan dampak tersebutlah yang berwenang atas urusan pemerintahan termaksud. Kriteria akuntabilitas dimaksudkan untuk menjawab tuntutan demokrasi yaitu mendekatkan pemerintah kepada rakyat sehingga meningkatkan akuntabilitas pemerintah kepada rakyat. Kriteria efisiensi ditujukan untuk mengakomodasikan tuntutan globalisasi yaitu mendorong pemerintahan yang efisien dan berdaya saing. Kriteria eksternalitas dan akuntabilitas dimaksudkan untuk mengakomodasikan tuntutan demokrasi sedangkan kriteria efisiensi untuk memenuhi tuntutan ekonomis yaitu menciptakan pemerintahan yang efisien dan berdaya saing. Selama satu dekade pelaksanaan otonomi daerah, ternyata pembagian urusan pemerintahan yang berdampak ekologis sulit untuk dibagi khususnya antara daerah provinsi dengan daerah kabupatenkota. Urusan pemerintahan seperti kehutanan dan kelautan sering dalam praktek dibagi berdasarkan batas-batas administrasi pemerintahan sedangkan urusan-urusan pemerintahan tersebut pengelolaannya akan lebih efektif dan efisien dikelola berdasarkan pendekatan ekologis yang sering tidak sesuai dengan batas-batas administrasi pemerintahan. Demikian juga halnya dalam pengelolaan laut yang berbasis 4 mil untuk kabupatenkota dan 4 mil sampai 12 mil untuk provinsi, dalam realitas sering banyak menimbulkan permasalahan sehingga mengganggu efektifitas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang kelautan. Untuk kelancaran jalannya pemerintahan daerah, maka kewenangan pengelolaan 82 urusan pemerintahan yang berdampak ekologis akan lebih efektif diserahkan ke tingkat provinsi. Namun untuk menjamin keadilan, kabupatenkota mendapatkan bagi hasil dari penerimaan yang dihasilkan dari penyelenggaraan urusan tersebut. 4 Urusan Pemerintahan Umum Disamping urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat absolut dan urusan pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dengan pemerintahan daerah konkuren, dalam realitas penyelenggaraan pemerintahan di daerah, kepala daerah sebagai pimpinan pemerintahan daerah dihadapkan juga dengan urusan-urusan pemerintahan yang berkaitan dengan empat pilar bernegara untuk kepentingan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa di tingkat daerah, memelihara ideologi Pancasila, menjaga NKRI, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika. Menjaga kebhinekaan akan terkait dengan menjaga kerukunan beragama, memfasilitasi berkembangnya kehidupan yang demokratis. Disamping itu terdapat kebutuhan untuk menyelenggarakan koordinasi dengan semua instansi pemerintahan yang ada di daerah. Urusan pemerintahan tersebut masuk dalam kategori urusan pemerintahan umum. Urusan pemerintahan umum tersebut nyata ada di daerah namun bukan termasuk dalam otonomi daerah atau tugas suatu instansi Pemerintah Pusat yang ada di daerah. Urusan pemerintahan umum tersebut merupakan domain kewenangan Pemerintah Pusat yang tidak di desentralisasikan. Di tingkat nasional Presiden adalah penanggung jawab dari urusan pemerintahan umum tersebut 83 selaku pemegang kekuasaan pemerintahan sebagaimana dinyatakan dalam konstitusi. Presiden sebagai Kepala Pemerintahan di tingkat nasional mendelegasikan atau melimpahkan pelaksanaan urusan umum di daerah kepada kepala daerah. Melalui delegasi atau pelimpahan dari Presiden tersebut, di tingkat daerah urusan pemerintahan umum menjadi tanggung jawab dari kepala daerah sebagai kepala pemerintahan daerah. Di tingkat provinsi menjadi tanggung jawab gubernur sedangkan di tingkat kabupatenkota menjadi tanggung jawab bupatiwalikota. Dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum tersebut, untuk kelancaran kordinasi dengan seluruh pimpinan instansi pemerintahan di daerah, dapat dibentuk Forum Musyawarah Pimpinan Pemerintahan di Daerah dan kepala daerah selaku kepala pemerintahan daerah bertindak sebagai koordinatornya. Karena urusan pemerintahan umum merupakan urusan pemerintahan yang tidak di desentralisasikan, maka biaya penyelenggaraan urusan pemerintahan umum tersebut di daerah menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat. 5 Hubungan Pemerintahan Daerah Provinsi dengan Pemerintahan Daerah KabupatenKota Berdasarkan UUD 1945 ada dua tingkatan daerah yang bersifat otonom yaitu daerah provinsi dan daerah kabupaten atau kota dan masing-masing mempunyai pemerintahan daerah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan yang diserahkan oleh Pemerintah Pusat kepada daerah otonom tersebut. Daerah otonom provinsi diserahi urusan-urusan pemerintahan yang berskala provinsi atau lintas daerah kabupatenkota sedangkan daerah otonom 84 kabupatenkota diserahi urusan-urusan pemerintahan skala kabupatenkota. Pemerintah Pusat tetap mempunyai kewenangan untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang di otonomikan tersebut namun terbatas pada yang berskala nasional atau lintas daerah provinsi dan berskala internasional atau yang bersifat lintas negara. Pemerintah Pusat bertugas untuk menetapkan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria NSPK yang dijadikan pedoman bagi pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupatenkota dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah tersebut. NSPK tersebut sekaligus juga mengatur hubungan antara Pemerintah Pusat dengan pemerintahan daerah dan juga antara pemerintahan daerah provinsi dengan pemerintahan daerah kabupatenkota dalam mengatur dan mengurus urusan pemerintahan tersebut sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Melalui penetapan NSPK dari Pemerintah Pusat yang ditetapkan oleh masing-masing kementerian atau lembaga Negara non kementerian akan tercipta kejelasan tugas pokok dan fungsi masing-masing tingkatan pemerintahan, hubungan antar tingkatan pemerintahan dan akan terjadi sinerji antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintahan Daerah serta antara Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah KabupatenKota dalam pelaksanaan suatu urusan pemerintahan yang di-otonomikan. Dengan demikian akan tercipta harmonisasi dan sinkronisasi serta terhindar terjadinya tumpang tindih dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan antara Pusat dengan Daerah dan antara Provinsi dengan KabupatenKota. 85 6 Pengawasan dan Pembinaan terhadap Pemerintahan Daerah dan Peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat Pemerintah Pusat berkewajiban melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap pemerintahan daerah agar urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintahan daerah dapat berjalan secara optimal dalam koridor NSPK yang ditetapkan Pemerintah Pusat. Pembinaan terhadap pemerintahan daerah provinsi dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Pusat. Seharusnya Pemerintah Pusat juga berkewajiban melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pemerintahan daerah kabupatenkota. Namun mengingat luasnya wilayah Indonesia, maka sulit bagi Pemerintah Pusat untuk melakukan pembinaan dan pengawasan secara berdayaguna dan berhasilguna terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupatenkota. Untuk itu maka Pemerintah Pusat melimpahkan kewenangan untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan tersebut kepada gubernur. Dengan demikian Gubernur memegang dua peran yaitu sebagai kepala daerah otonom provinsi dan sebagai wakil Pemerintah Pusat di daerah. Sebagai kepala daerah provinsi, gubernur memegang kewenangan memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi sesuai dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi. Sedangkan sebagai wakil Pemerintah Pusat di daerah, gubernur menjalankan peran Pemerintah Pusat melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pemerintahan daerah kabupatenkota. Dalam konteks melaksanakan peran sebagai wakil Pemerintah Pusat, hubungan gubernur dengan pemerintahan daerah kabupatenkota bersifat hirarkhis. 86 Berikut adalah analisis permasalahan dari setiap isu strategis dimulai dari dasar pemikiran yang melatar belakangi, analisis dan usulan perubahan yang akan diatur dalam revisi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.

4.2 Pembentukan dan Penataan Daerah