Analisis Urusan Pemerintahan Umum dan Muspida 1. Dasar Pemikiran

123 pemerintah daerah ketika pemda dihadapkan pada kegiatan- kegiatan yang bersifat “cross cutting” yang melibatkan kewenangan pemda dan kewenagan instansi-instansi diluar pemda.

4.3.3.3. Analisis

Dalam era transisi demokrasi seperti sekarang ini, perlu adanya pengaturan yang jelas dan tegas siapa unit pemerintahan yang bertanggung jawab atas urusan pemerintahan umum di tingkat daerah. Tanpa kejelasan tersebut akan sulit meminta pertanggung jawaban manakala terjadi kerusuhan atau tindakan- tindakan yang mengarah kea rah anarkhis di daerah. Kepolisian sebagai aparat keamanan hanya mampu bertindak setelah terjadi peristiwa. Tanpa adanya payung hukum yang tegas dan jelas, akan sulit bagi pemerintah daerah untuk melakukan kegiatan- kegiatan pembinaan dan pemantauan untuk mencegah kegiatan- kegiatan yang berpotensi memecah belah bangsa. Di tingkat nasional Presiden sebagai kepala pemerintahan negara yang bertanggung jawab atau urusan pemerintahan umum tersebut. Sudah seyogyanya juga di tingkat provinsi urusan pemerintahan umum tersebut menjadi kewenangan Gubernur sebagai kepala pemerintahan provinsi dan di tingkat kabupatenkota menjadi tanggung jawab Bupatiwalikota sebagai kepala pemerintahan kabupatenkota. Urusan pemerintahan umum tersebut menjadi urusan pemerintahan yang menjadi domain pemerintah pusat dan oleh Presiden dilimpahkan pelaksanaannya kepada gubernur di tingkat provinsi dan oleh Presiden dilimpahkan kepada bupatiwalikota di tingkat KabupatenKota. 124 Pada tingkat kecamatan, mengingat camat adalah berstatus perangkat daerah kabupatenkota, maka bupatiwalikota melimpahkan pelaksanaan urusan pemerintahan umum di tingkat kecamatan kepada camat. Camat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan urusan pemerintahan umum di level paling bawah. Dari aspek kelembagaan adalah tidak mungkin kepala daerah melaksanalkan sendiri urusan pemerintahan umum tersebut. Mengingat kompleksitas dari urusan umum tersebut, maka kepala daerah harus dibantu oleh unit pemerintahan dalam aspek administrasi dan dukungan operasional. Karena rusan pemerintahan umum tersebut masuk dalam ranah urusan menjadi kewenangan pusat dalam hal ini Presiden selaku kepala pemerintahan Negara, maka unit pemerintahan yang membantu kepala daerah juga merupakan unit perpanjangan tangan pusat atau unit dekonsentrasi. Keberadaan unit Kesbangpol di tingkat daerah dengan berbagai macam nomenklatur yang dapat dialih fungsikan untuk membantu kepala daerah dalam pelaksanaan urusan pemerintahan umum tersebut. Di tingkat provinsi, gubernur akan dibantu kantor kesbangpol provinsi dan di tingkat kabupatenkota, bupati atau walikota akan dibantu oleh kantor kesbangpol kabupatenkota. Dari aspek pembiayaan, karena urusan pemerintahan umum tersebut adalah urusan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat maka pembiayaannya dibebankan kepada APBN baik untuk tingkat provinsi maupun kabupatenkota. BupatiWalikota yang melimpahkan tugas tersebut ke camat harus diikuti dengan pembiayaannya yang bersumber dana APBN yang dialokasikan ke kabupatenkota. Dari aspek kelembagaan maka kelembagaan kesbangpol yang ada di Kementerian Dalam 125 Negeri yang mebnjadi penanggung jawab di tingkat nasional, yang di tingkat daerah, gubernur, bupati dan walikota akan dibantu oleh kantor kesbangpol daerah yang merupakan perpanjangan kesbangpol pusat di daerah berdasarkan azas dekonsentrasi dan pembiayaannya atas beban APBN. Dalam konteks keberadaan muspida sebagai implikasi dari dilimpahkannya urusan pemerintahan umum dari Presiden kepada gubernur, bupati dan walikota sebagai kepala pemerintahan daerah, maka untuk efektifitas pemerintahan daerah, perlu dilakukan pengaturan tentang muspida dalam revisi UU 322004. Pengaturan tersebut juga menyangkut aspek pembiayaannya. Karena urusan merintahan umum tersebut adalah urusan pusat yang dilimpahkan kepada kepala daerah, maka konsekunsi logisnya pembiayaannya juga harus dari pusat yang bersumber dari APBN. Dengan fungsi yang jelas dari muspida dan pembiayaan yang jelas yang bersumber dari APBN akan menghilangkan keragu-raguan pemda dalam menjalin program dan kegiatan yang bersifat “cross cutting”.

4.3.3.4. Usul Penyempurnaan