211
4.13.3 Analisis
Pengaturan tentang
pengelolaan kawasan
perkotaan amat
diperlukan mengingat
perkembangan kawasan
perkotaan di
beberapa daerah di Indonesia dalam dekade terakhir ini sudah sangat cepat. Diperkirakan 10 tahun mendatang, 70 penduduk
Pulau Jawa tinggal di perkotaan. Dinamika kehidupan perkotaan yang sangat berbeda dengan kawasan lainnya menuntut adanya
pengaturan yang
berbeda dalam
berbagai aspek
kehidupan masyarakatnya. Keberadaan kawasan perkotaan memberi peluang
dan sekaligus tantangan yang perlu direspon dengan tepat oleh Pmerintah
Pusat. Kegagalan
merespon dengan
tepat perkembangan kawasan perkotaan dapat menimbulkan masalah
perkotaan yang kompleks yang merugikan penghuni kawasan perkotaan dan sekitarnya.
Tidak adanya pengaturan yang jelas tentang pengelolaan kawasan perkotaan membuat pemerintah cenderung mengelola
kawasan perkotaan secara adhoc dan reaktif, sesuai dengan masalah yang berkembang di kawasan tersebut. Tindakan yang
diambil cenderung sporadis dan reaktif, kurang visioner sehingga kebijakan
yang komprehensif
sangat sulit
dikembangkan. Akibatnya,
banyak masalah
yang muncul
terkait dengan
perkembangan kawasan
perkotaan tidak
dapat diselesaikan
dengan baik. Misalnya, dalam bidang kelembagaan dalam pengelolaan
kawasan perkotaan.
Sampai sekarang
baik Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 ataupun peraturan perundang-undangan lainnya
belum mengatur
tentang kelembagaan
pengelolaan kawasan
perkotaan. Dinamika
kehidupan perkotaan
sering melampaui
batas-batas wilayah
administratif. Kehidupan
212
perkotaan memiliki eksternalitas baik positif ataupun negatif melewati
batas-batas administratif.
Berbagai upaya
sudah dilakukan
di berbagai
daerah untuk
menyelenggarakan pengelolaan bersama berbagai masalah dan kebutuhan bersama
antar kota dan antar kota dengan kabupaten sekitarnya. Namun, karena pengelolaan bersama tersebut tidak memiliki landasan
perundang-undangan yang
kokoh, maka
seringkali penanganannya
kurang optimal.
Bentuk kelembagaan
yang berkembang juga sangat bervariasi dengan tingkat efektivitas yang
berbeda-beda tergantung dari kesungguhan dari masing-masing kepala daerah.
Masalah lain yang perlu diatur adalah pengelolaan kawasan kota
dalam satu
kabupatenkota. Selama
ini pengaturan
kehidupan perkotaan di kabupatenkota dilakukan seperti halnya kawasan
perdesaan. Sedangkan, kota
kecamatan atau
kota kabupaten yang memiliki ciri-ciri demografis, sosiologis, dan
ekonomis yang
berbeda sering
menuntut pengelolaan
yang berbeda. Kehidupan perkotaan juga menciptakan kebutuhan dan
dinamika kehidupan yang berbeda dengan kehidupan perdesaan. Kawasan
perkotaan tentu
membutuhkan manajemen
yang berbeda dengan kawasan perdesaan. Sayangnya, dalam struktur
kelembagaan yang ada, kabupatenkota memiliki keterbatasan untuk dapat merespon dinamika kehidupan yang berbeda karena
peluang untuk
mengembangkan inovasi
dalam pengelolaan
kawasan perkotaan belum diatur dalam peraturan-perundangan yang ada.
Kota kecamatan yang membutuhkan pelayanan berbeda tidak dapat direspon oleh camat sebagai perangkat daerah karena
keterbatasan wewenang dan sumber daya yang dimiliki oleh camat. Kewenangan dan sumber daya yang ada terkonsentrasi di
213
birokrasi kabupaten. Sedangkan lembaga kecamatan sebenarnya dapat
diberdayakan untuk
dapat merespon
dinamika dan
kebutuhan pelayanan masyarakat di kota kecamatan. Hal yang sama juga terjadi dalam pengelolaan kawasan kota kabupaten.
Jika dinamika seperti ini tidak diantisipasi dengan baik oleh pemerintah maka masalah perkotaan dimasa mendatang akan
menjadi semakin kompleks dan sulit diselesaikan dengan baik. Munculnya banyak kota baru di dalam satu kabupaten,
sebagai akibat dari dinamika ekonomi dan semakin maraknya industri real estate, telah menimbulkan masalah dan sekaligus
peluang bagi perkembangan daerah. Berbagai masalah muncul karena besarnya perbedaan status sosial ekonomi dan gaya hidup
penduduk kawasan kota baru dengan wilayah sekitarnya sering menimbulkan
kecemburuan sosial.
Pemerintahan kabupaten
sering mengalami
kesulitan untuk
mengintegrasikan kedua
kawasan tersebut. Tidak adanya pengaturan yang jelas tentang hak-hak
masyarakat pemilik
tanah yang
digunakan untuk
pengembangan kawasan baru tersebut juga sering membuat masyarakat yang tinggal di kawasan tergusur dan kehilangan
sumber kehidupan yang selama ini tergantung pada lahan yang dimilikinya. Banyak dari mereka yang kemudian mengalami
kesulitan ekonomi, sementara pengusaha pengembang kawasan tersebut memiliki keuntungan yang berlimpah.
Masalah lain dalam pengembangan kota baru biasanya terkait dengan pelanggaran tata ruang. Banyak terjadi pengalihan
peruntukan dari pertanian ke pemukiman atau dari jalur hijau dan
konservasi lingkungan
ke pemukiman
yang seringkali
menimbulkan banyak
masalah bagi
masyarakat luas.
Pengembangan kota
baru memerlukan
pertimbangan yang
menyeluruh sehingga keberadaannya sedapat mungkin memberi
214
kemanfaatan yang besar bagi pemerintah dan masyarakat luas dengan risiko yang minimal. Pertimbangan ekonomi yang selama
ini cenderung dominan dalam pengembangan kota baru mesti harus dilengkapi dengan pertimbangan sosial dan politik yang
masak sehingga keberadaan kota baru dapat memberi manfaat yang luas dan berkelanjutan.
4.13.4 Usul Penyempurnaan