209
Pengaturan kawasan perkotaan perlu dibuat agar dapat mengakomodasi tantangan yang dihadapi dalam perkembangan
yang sangat cepat, baik dari sisi teknologi, sosial, ekonomi, dan lingkungan. Pengaturan yang dibuat harus dapat mengakomodasi
kebutuhan daerah dalam mengembangkan kawasan perkotaan, tetapi juga harus dapat melindungi kepentingan lainnya seperti
kebutuhan konservasi lingkungan, kehidupan sosial yang sehat, dan terwujudnya tata pemerintahan yang baik.
4.13.2 Identifikasi Permasalahan
Di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 telah terdapat pengaturan mengenai kawasan perkotaan, namun pengaturan
tersebut belum cukup mengatur berbagai isu yang terkait dengan isu kawasan perkotaan. Berbagai aspek kelembagaan, pelayanan,
dan pengaturan tentang pengembangan kawasan perkotaan belum banyak diatur dalam undang-undang yang ada.
31
Akibatnya, muncul banyak masalah dalam pengelolaan kawasan perkotaan.
Salah satu masalah yang banyak dijumpai di banyak daerah adalah seringnya terjadi pelanggaran terhadap rencana tata ruang
dalam rangka mengakomodasi munculnya kawasan perkotaan
dan segala implikasinya. Rencana tata ruang yang ada di banyak daerah sering
mengalami konversi karena tekanan kepentingan ekonomi.
Tidak jarang perubahan rencana tata ruang memiliki dampak ekologis yang dapat merugikan kepentingan publik.
Sayangnya, pengaturan mengenai hal ini dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 belum dilakukan secara memadai. Untuk
memberi landasan yang kuat kepada daerah untuk mengelola pertumbuhan kawasan perkotaan dan mengarahkannya untuk
31
Berbagai masalah dalam pengembangan perkotaan yang belum diatur dalam UU 322004 dan memerlukan pengaturan dalam revisi sebagian telah dijelaskan dalam
Diamar, Ibid.
210
kesejahteraan masyarakat maka pengaturan tentang pengelolaan kawasan
perkotaan perlu
diatur dalam
undang-undang pemerintahan daerah.
Masalah lain adalah kurangnya integrasi perkembangan kawasan perkotaan dengan wilayah lainya. Ada banyak daerah
yang memiliki pertumbuhan kawasan perkotaan yang sangat pesat namun belum terintegrasi dengan baik secara kelembagaan, fisik,
dan lingkungan dengan kawasan lainnya. Akibatnya seringkali muncul ketimpangan dalam berbagai aspek kehidupan ekonomi,
sosial, dan
kelembagaan antar
kawasan dalam
satu kabupatenkota. Munculnya kawasan kota mandiri yang memiliki
kehidupan kota yang sangat modern sementara pemerintah daerah yang
membawahinya masih
memiliki pola
manajemen yang
tradisional sering menimbulkan masalah baru dalam pengelolaan kawasan perkotaan. Upaya pemerintah daerah untuk merespon
kebutuhan kawasan
kota mandiri
perlu didukung
dengan perangkat perundang-undangan yang memadai.
Untuk dapat
mengembangkan managemen
pengelolaan kawasan perkotaan yang modern, daerah perlu diberi peluang
untuk memberdayakan lembaga dan aparaturnya untuk dapat mengelola kawasan perkotaan modern, seperti kota mandiri,
dengan baik. Manajemen kota mandiri perlu diberi kewenangan- kewenangan untuk mengelola kawasan tersebut sebagaimana
yang dimiliki oleh kota atau daerah induk. Hal seperti ini belum diatur dengan baik dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
Pengaturan tentang pengelolaan kota perlu dibuat dalam undang- undang pemerintahan daerah.
211
4.13.3 Analisis