Desain Penelitian

3.2 Desain Penelitian

Stacey 39 menyatakan penyelesaian situasi problematika SSM, yang dikembangkan oleh Checkland sejak tahun 1970-an yang terus menerus

diperbarui oleh peneliti selanjutnya, memberikan sumbangan untuk memprediksi dan mengontrol perubahan dalam sistem oleh stakeholder di dalamnya. Menurut

Checkland 40 inti dari konsep sistem adalah dua pasang gagasan, yaitu emergence dan hierarchy serta communication dan control. Berpikir serba sistem dimulai

dengan pengamat atau pemerhati dari dunia luar yang ingin menjelaskan sistem secara holistis, dalam arti keseluruhan entitas terkait dalam sebuah hierarki dengan keseluruhan yang lain. Manusia dapat melakukan aktivitas (human activity ) yang punya maksud (purposeful activity) atas pengalaman terhadap

realita. Checkland dan Scholes 41 membuat ilustrasi tentang aktivitas yang punya maksud itu dengan cara mengurainya ke dalam beberapa elemen. Element

tersebut masing-masing mencerminkan: a) pihak yang punya niat atau kehendak,

b) pihak yang melakukan tindakan, c) pihak yang terkena dampak dari tindakan,

d) tempat tindakan itu dilakukan, e) kendala terkait dengan tempat dan lingkungan dari tempat ini, f) pihak yang dapat menghentikan dilakukannya tindakan itu.

38 John C. Creswell, 1994, Research Design Qualitative & Quantitative Approaches, London: Sage Publications

39 Ralph D Stacey, 2011, Strategic Management and Organisational Dynamics, Essex: Pearson Education Ltd., p. 206

40 Peter Checkland, 1999, Soft Systems Methodology: A 30-year Retrospective, Chichester: Wiley.

41 Peter. Checkland & Jim Scholes, 1990, Soft Systems Methodology in Action, England: John Wiley & Sons Ltd.

Tujuh tahap dalam siklus SSM dimodifikasi sesuai penggunaannya dalam praktik menjadi empat tahap. Siklus modifikasi tersebut terdiri atas tahap: finding out, modeling, using model to structure debate, dan tahap defining/taking action.

Siklus modifikasi SSM 42 tidak mudah dilakukan di industri perbankan karena kesulitan mempertemukan para pihak yang terlibat untuk tujuan penelitian. Untuk

itu, pertama-tama digunakan data sekunder laporan tahunan (annual report 2012 dan 2013 masing-masing bank ) sebagai data awal.

Selanjutnya, metode penelitian SSM dilaksanakan dalam kegiatan internal dan eksternal industri perbankan terkait. Kegiatan itu antara lain: seminar Indonesia Banking Expo (Perbanas), Ikatan Bankir Indonesia (IBI), Lembaga Sertifikasi Profesi Perbankan (LSPP), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI). Pada kegiatan yang memiliki cakupan nasional tersebut, peneliti terlibat sebagai peserta, pembicara, trainer /fasilitator. Selanjutnya, keterlibatan sebagai juri penilaian kinerja bank bidang human capital dan CEO (chief executive officer) dalam Indonesia Banking Award 2013, memberikan pemahaman lebih lengkap dan menyeluruh. Dari proses tersebut ditemukan gambaran industri perbankan dengan kegiatan penelitian yang memerlukan interaksi intensif daripada sekadar laporan tahunan yang bersifat formal. Keterbatasan ini memberikan gambaran kesediaan komunikasi untuk penelitian industri perbankan pada 52 bank yang bersedia dinilai dan akhirnya dipilih satu bank, yaitu Bank BTN yang memberikan kesempatan paling luas.

Melalui upaya lebih lanjut dalam interaksi penelitian dengan promotor dan kesanggupan yang diberikan subjek penelitian, akhirnya peneliti memutuskan fokus pada sebuah bank yang memberikan kesempatan untuk tujuan problem solving, yaitu PT Bank BTN Tbk. Peneliti mendapat izin akses dan terus- menerus dilibatkan dalam proses tindakan perbaikan bidang human capital development. Kesempatan ini menjadi daya dorong untuk melakukan aktivitas penelitian selanjutnya di Bank BTN baik untuk tahap finding out maupun tahap- tahap selanjutnya selama 2012-2014. Interaksi tersebut diperoleh baik di kantor pusat maupun cabang-cabang, baik perbankan konvensional maupun syariah

42 Peter Checkland & John Poulter, 2006, Op. Cit., pp

memberikan kesempatan untuk mempertajam desain penelitian serta melakukan perulangan pada cabang lain bila diperlukan.

Perulangan-perulangan tersebut memberi kesempatan peneliti dan subjek penelitian melakukan pembelajaran. Sehingga penekanan pembelajaran dalam empat siklus tindakan menjadi salah satu kekuatan yang dirasakan peneliti dari desain penelitian SSM berbasis riset tindakan ini. Berikut desain yang dilaksanakan dalam penelitian.