5 Desain Riset Desain Ulang Kompetensi Organisasi Perbankan

Gambar 3.5 Desain Riset Desain Ulang Kompetensi Organisasi Perbankan

Sumber: Peneliti dari berbagai sumber

Situasi dunia nyata yang sedang menjadi perhatian atau yang sedang dieksplorasi merupakan serba sistem aktivitas manusia, yang di dalamnya bisa memilih satu atau beberapa sistem aktivitas manusia yang relevan. Atas dasar pilihan sistem yang relevan ini kita dapat membandingkan dan mendiskusikan antara sistem aktivitas manusia dengan dunia nyata. Melalui perbandingan dan diskusi ini diharapkan akan timbul gagasan tentang aktivitas yang punya maksud (purposeful activities), aktivitas-aktivitas yang selanjutnya akan menjadi dasar

diambilnya langkah atau tindakan di dalam dunia nyata tersebut. Pada penelitian ini, siklus modifikasi SSM masih disesuaikan dengan tuntutan dan kesulitan di lapangan di Bank BTN menjadi empat tahap dengan pemanfaatan NLP dan positive psychology . Pengunaan NLP digunakan pada tahap siklus satu untuk memahami situasi masalah dan menggambarkan situasi masalah. Sedangkan positive psychology digunakan pada siklus tiga: tahap debate dan defining/taking action .

Dalam kaitan ini, Checkland dan Scholes 43 menegaskan bahwa SSM menggunakan konsep serba sistem dalam dua hal. Pertama, proses antara

pengamatan terhadap situasi dunia nyata, pemilihan sistem yang relevan, pembandingan dan diskusi, serta pilihan tindakan untuk mengatasi situasi dunia nyata itu merupakan proses siklus yang dapat dikategorikan sebagai sistem pembelajaran (learning system). Kedua, dalam beberapa tahapan proses siklus tersebut, yaitu saat pemilihan sistem aktivitas manusia yang relevan dan pembanding antara sistem yang relevan ini dengan anggapan dunia nyata, juga mengunakan konsep serba sistem, yaitu sistem aktivitas manusia.

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa SSM merupakan sistem yang berorientasi aksi atas kehidupan nyata. Berdasarkan pandangan ini, dapat dikatakan bahwa SSM dekat dengan paradigma dan konsep disiplin belajar yang

diungkapkan oleh Senge. 44 Kendati disadari juga, terdapat perbedaan dalam memperlakukan pembelajaran dari sudut pandang serba sistem. Dunia nyata

dalam SSM tetap dianggap misterius, kompleks, terus berubah, terus dikreasi dan dikreasi kembali oleh pikiran, pembicaraan, dan tindakan orang-orang yang memiliki aktivitas yang punya maksud dan memiliki sudut pandang (worldviews) yang berbeda-beda.

1) compexity, 2) never static, 3) contain multiple interacting perceptions of ‘reality’, 4) Different people have different taken-as-given (and often unexamined) assumptions about the world, 5) Contain people who have different worldviews, 6) contain people who are trying to act purposefully,

with intention, not simple acting by instinct or randomly. 45

43 Peter Checkland & Jim Scholes, 1990, Soft Systems Methodology in Action, England: John Wiley & Sons Ltd., pp 44 Peter M. Senge, 1990. The Fifth Discipline: The Art and Practice of The Learning Organization , . New York: Divison of Bantam Doubleday DellPublishing Group.Inc. 45 Peter Checkland & Jim Scholes, 1990, Soft Systems Methodology in Action. England:

Sejalan dengan hal tersebut Checkland & Scholes menyatakan, “They can take pursposeful action in response to their experience of the world. By

purposeful action we mean deliberate, dicided, willed action, wether by an individual or by a group.‖ Segenap anggota organisasi mengelola aktivitas yang

punya maksud (purposeful activities) yang dibedakan dengan tindakan yang didasarkan pada naluri semata (purposive actions). Hardjosoekarto 46 menulis,

“Situasi pada dunia nyata apapun ditandai oleh jalinan aktivitas yang punya maksud yang saling berhubungan dan koheren, yang dikonstruksikan sebagai serba sistem aktivitas manusia (human activity systems) atau holons .”

SSM yang digambarkan sebagai aliran pemikiran dan debat logis menggunakan juga istilah 47 ―purposeful holon‖ sebagai ―logical machine‖ untuk

mempertanyakan kompleksitas situasi nyata. Upaya para pihak terkait (stakeholder)

memahami situasi dunia-nyata (real-world situation ) pengembangan manajemen sumber daya manusia (MSDM) perbankan dan mencapai kesepakatan dapat dikatakan sebagai ―purposeful holon‖ sekaligus ―human activity systems‖ juga. Keduanya dapat menstimulasi analisis logis dan debat bertujuan memahami sistem lebih luas yang memerlukan tindakan nyata. 48

Dalam berpikir serba sistem (systems thinking), holon atau sistem-sistem dibuat sebagai sebuah sistem aktivitas manusia yang bermakna (purposeful human

activity systems 49 ). Pengertian “sistem” yang dimaksud dalam SSM terkait erat dengan sistem pembelajaran berulang (cyclic learning system ) “model sistem”

yang digunakan untuk mengorkestrasi komunikasi (debate) tentang perubahan yang dikehendaki bersama (purposeful activity change). Sistem tersebut mengandung paling tidak empat syarat: 1) proses komunikasi, 2) proses kontrol,

(3) lapisan struktur, dan 4) “emergent properties‖ dari keseluruhan system. 50

John Wiley & Sons Ltd., p. 2 46 Sudarsono Hardjosoekarto, Op.Cit. pp

47 Peter Checkland & Jim Scholes. 1990, Soft Systems Methodology in Action. England: John Wiley & Sons Ltd., p. 30 48 ibid. p.56 49 ibid. p. 287

50 Peter Checkland & John Poulter, Op. Cit., p. 7

Para manajer dalam organisasi melakukan berbagai upaya transformasi dan perubahan yang sedang dan terus berlangsung ini. Situasi „perubahan‟ dapat sebagai digambarkan sebagai aliran (flux) pemikiran dan peristiwa merupakan aliran interaksi kompleks (complex interacting flux) peristiwa-peristiwa yang berubah (changing events) dan pemikiran atas perubahan (ideas) tersebut

mengakibatkan situasi ruwet (messy situation). 51 Situasi organisasi Bank BTN dan bisa jadi organisasi perbankan di Indonesia lainnya menurut peneliti sesuai

dengan penggambaran situasi tersebut. Sebagai solusi alternatif, Checkland dan kawan-kawan 52 memberikan sumbangan pemikiran menggunakan soft systems

methodology untuk memberikan pemahaman situasi tersebut seperti diyatakannya, ”Soft Systems Methodology (SSM) helps such managers, of all kinds at all levels,

to cope with their task. It is an organized way of tackling messy situation in the real world 53 .”

Sejak awal proses penggunaan SSM telah diupayakan melibatkan clients maupun owner dan penekanan metodologi SSM sebagai pembelajaran. Oleh karena itu, tindakan perbaikan situasi bukan lagi menjadi suatu proses yang mesti diinisiasi oleh peneliti, namun menjadi systematically empowerment plus.

Regardless of whether any changes are implemented or not, each completed cycle of this process will transform the original problem situation into a new one. The new situation should find the stakeholders with a shift in perception and at a higher level of understanding. That new situation becomes then the starting point for another learning cycle, i.e., the methodology cycles back to step 1. By involving all stakeholders in the process, it is hoped that change or implementation (stage 7) is

facilitated. 54

Di samping itu, sebagai research interest, perbaikan situasi juga diharapkan memberikan hasil pengetahuan, yaitu experience-based knowledge. Peneliti dapat mendata perubahan yang terjadi dalam tabel-tabel yang merupakan

51 Peter Checkland & Scholes, 1998, 1; Peter Checkland & Poulter, Peter., & John Poulter, 2006, Learning for Action: A Short Definitive Account of Soft Systems Methodology and

its use for Practitioners, Teachers, and Students . England: John Wiley & Sons Ltd., xv 52 Kambiz E. Maani dan Robert Cavana, 2000, Sytems Thinking and Modelling- Understanding Change and Complexity, New Zealand: Prentice Hall, p. 6 53 Peter Checkland & Jim Scholes. 1990, Soft Systems Methodology in Action. England: John Wiley & Sons Ltd., p. 1 54 Hans G. Daelenbach, 1994, Op.Cit., 537

rangkuman langkah lima dan enam SSM dengan melihat aktivitas (activities), variabel (variables), indikator (indicators), dan kriteria perubahan (change criteria ).

Perlu dan mendesaknya pemikiran baru dapat dipahami karena SSM memberikan siklus pembelajaran yang berulang-ulang. Pembelajaran dan perubahan tersebut terjadi melalui sistem dan subsistem-subsistem yang dikontrol. Untuk menggambarkan situasi problematik penelitian SSM salah satu cirinya adalah illstructure systems. Masalah yang berada dalam beberapa level dan kerangka berpikir kompetensi SDM menunjukkan hal tersebut. Beberapa aktor

berperan dengan masing-masing weltanshauung masing-masing. Dengan penjelasan yang p anjang lebar Checkland meminjam istilah “weltanschauung”

yang lebih kaya makna dan filsofis . 55