Diskusi dan Perbandingan Hasil Penelitian
4.7 Diskusi dan Perbandingan Hasil Penelitian
Diskusi pada bagian akhir ini difokuskan pada refleksi teori kompetensi dan membandingkannya dengan kebaruan penelitian ini. Untuk itu beberapa hal mendasar terkait model SDM seperti “Harvard map” dari Beer, “Strategic change and Human Resources Managemen t” dari Hendry dan Pettigrew, “Contingency Model of HRM Stretegies” Ackermann serta “The Human
Resource Cycle of the Michigan Model dari Formbrun 146 menjadi asumsi yang mendasari diskusi kompetensi SDM ini.
Benang merah dari asumsi tersebut adalah outcome Harvard map: commitment, competence, congruence, dan cost effectiveness dan konsekuensi jangka panjangnya: individual wellbeing, organizational effectiveness, dan societal wellbeing. Sementara pada “Strategic Change and Human Resources Management” penekanannya adalah strategic flow dan work systems. Penekanan dan perhatian Ackerman “Contingency Model of HRM Stretegies” pada efektivitas dan efisiensi organisasi mirip dengan Formbrun yang mengutamakan kinerja (performance).
Ditinjau dari asumsi-asumsi tersebut, Bank BTN sudah menjalankan proses transformasi sebagai respon perubahan lingkungan dan kompleksitas lingkungan. Namun demikian, dampak dari transformasi SDM tersebut terhadap kinerja belum menunjukkan hasil optimal seperti yang diharapkan. Hal tersebut tercermin dari efisiensi (BOPO) dan kualitas kredit (NPL) yang tergolong tinggi. Kinerja bisnis sebagai hasil proses transformasi SDM cenderung berada dalam zona nyaman.
Pertumbuhan masih belum sesuai ekspektasi shareholder dan stakeholder. Oleh karena itu, soluasi alternatif desain ulang kompetensi SDM dapat menjadi langkah “akomodasi”, khususnya pembelajaran empat siklus melalui kontrol 5 E
(efikasi, efisien, efektif, elegan dan etik) dijalankan. Salah satu temuan yang menjadi akar permasalahan (root definition) adalah pemahaman dan kesadaran serba sistem kompetensi SDM (HR competency) yang kurang. Hal tersebut, ditambah pula dengan perkembangan lingkungan yang menuntut penyesuaian dan
146 Abdul Hamid Abdullah dan Ilham Sentosa, (2012), “Human Resource Competency Models: Changing Evolutionary T rends”, Interdisciplinary Journal of Research in Business Vol.
1, No. 11; November 2012., p 11-15 1, No. 11; November 2012., p 11-15
Salah satu temuan riset ini diperkuat oleh ketidakmampuan Bank BTN memahami harapan pemilik saham mayoritas, yaitu pemerintah maupun otoritas pengawasan moneter (BI dan OJK). Hal tersebut, tercermin dalam seleksi, pembentukan, pengelolaan, dan pemodelan kepemimpinan dan perilaku kerja yang belum membentuk merek “brand”. Sebagai pemosisi strategik dan aktivis kredibel, Bank BTN seharusnya memiliki karakter sebagai perusahaan terbuka yaitu: transparan, tanggung jawab, governance yang lebih menyeluruh (holistic) dan akuntabel di bidang perbankan, khususnya perbankan penyedia perumahan (mortgage bank).
Untuk menjalankan peran tersebut pemimpin bank harus berani mengambil risiko, antusias dan kreatif, cenderung oportunis dan cepat bertindak, serta tidak menyukai hirarki dan birokrasi. Sikap oportunis sering menjadi bumerang ketika bank memiliki tugas khusus seperti Bank BTN. Hal ini menjadi alasan penolakan karyawan atas top manajemen dalam kasus rencana akuisisi di Bank BTN. Demikian pula pelanggaran atas hirarki dalam proses akuisisi tersebut menjadi alasan pemegang saham untuk menghentikan rencana tersebut.
Hal yang perlu digarisbawahi terkait dengan peran pemimpin yang mendorong tumbuh berkembangnya kepemimpinan wirausaha di perbankan adalah visi dan hasil kerja. Perspektif visioner dan orientasi hasil mendorong pemimpin lebih menyukai aktivitas membangun hubungan dengan external customer untuk memahami kebutuhannya. Kedua alasan ini, menjadi daya dorong yang luar biasa dalam membentuk karakter dan keputusan. Pemimpin dan hasil yang diharapkan customer menjadi mata rantai komunikasi yang harus selalu dikelola dan dikontrol.
Seluruh proses dan hasil penelitian di Bank BTN seiring dengan refleksi teori dengan sejumlah hal baru dibandingkan penelitian terdahulu, khususnya model kompetensi SDM RBL 2012. Untuk lebih memahami dan menajamkan diskusi, disajikan penelitian terdahulu dan selanjutnya dibandingkan dengan temuan penelitian ini.
Tabel 4.19 Ringkasan Penelitian Terdahulu dan Hasil Penelitian Kompetensi SDM
Peneliti, Tahun, Judul
Hasil
Catatan
Model ini menghasilkan best fit antara Manager: a model for effective
Boyatzis, 1982, The Competent
Kompetensi manajer dengan orientasi efisiensi, inovatif, inisiatif, detil, kesadaran, empati,
job demands, dan performance
persuasive, komunikasi (oral dan tertulis), negosiasi,mengembangkan orang lain, manajemen
individu,
kelompok , perencanaan, penggunaan teknologi, sef confidence, self control, fleksibilitas,
organizational environment
social, dan penilaian diri yang akurat.
Peralihan dari SDM tradisional ke arah 1987
Ulrich, 1987, HR competency Model
Business knowledge, HR delivery, change
fungsi bisnis memahami turbulensi. ASTD, 1988, American Sociaty
Ada 16 keterampilan mendesak Training and
Learn to learn, communication (speaking and listening), academic basics (reading writing,
khususnya: pembelajarn, kereativitas Development/Departement of Labor
computational skills), adabtability (problem solving and creativity skills), personal development
dan personal development. Model of “generic” Competencies
(self esteem, mativatio and goal setting, personal and career development skills), influencing
skills (organizational effectiveness adn leadership skills), group effectiveness (interpersonal, negotiation, and teamwork skills)
Roda SDM dalam manajemen dan wheel:
McLagan, 1989, Human resources
Training & development focus, organization development, career development focus,
compensation & job design focus, human resources planning focus, performance management pengembangan SDM dengan focus Productivity, quality, innovation, HR
hasil: produktifitas, kualitas, inovasi, HR fulfillment, readiness for change
systems focus, selection & staffing focus, compensation & benefit focus, employee assistance
fulfillment, dan kesiapan berubah Ulrich, 1992, HR competency Model
focus, labor relations focus
Model pertama dari Ulrich ini mendapat 1992
Business knowledge, personal credibility, HR delivery, change
perhatian yang cukup luas menekankan pada personal credibility
Model ini membedakan tangible dan Competence at Work
Spencer dan Spencer, 1993,
Kompetensi mnanajer berorientasi prestasi, inisiatif, keteraturan dan kualitas, pemahaman
antarpribadi, orientasi customer service, kerja tim dan kooperasi, impact dan pengetruh,
intangible competencies, mulai: skill,
awareness organisasi, membangun relatsi, directiveness, mengembangkan orang lain,
knoeledge, self-cognition, traits, dan
kepemimpinan tim, berpikir analitis, percaya diri, fleksibel, berkomitmen terhdap organisasi,
motives
dan memiliki integritas
Universitas Indonesia Universitas Indonesia
Blancero, Boroski,& Dyer, 1995,
Kompetensi staf mengubah secara signifikan transformasi organisasi. Hasil penelitian
Penelitian
kompetensi: questioning, Organizations: A Field Study of
menunjukkan model kompetensi dengan tiga bagian: kompetensi inti yang berlaku dalam
sebelas
creativity, organizational Future Competency Requirements
peran sebagai sumber daya belajar, kompetensi leverage, dan kompetensi spesifik. Leverage
influence,
dan peran spesifik digabungkan menjadi profil kompetensi untuk seleksi, pengembangan,
astuteness, organizational analysis,
problem solving, kompetensi spesifik dan implikasinya memungkinkan situasi tertentu dapat segera direplikasi di organizational behavior, anticipatice hampir semua organisasi.
dan kemajuan karir dari manajer SDM di masa depan dan profesional. Sementara model
collaborative
thinking, presentation, objectivity, dan conceptual
Kekuatan model terdahulu dilpertajam Champion
Ulrih, 1997, Human Resources
Employee advocate – focuses on the needs of today‟s employees through listening,
understanding and empathizing.
dengan manajemen budaya hasil dari
Human capital developer – focuses on managing and developing human capital, preparing
pengetahuan kolektif, pola-pola, dan
employees to be successful in the future.
tindakan terintegrasi.
Functional expert – concerned with the HR practices which are central to HR value, acting with insight on the basis of the body of knowledge they possess. Some are delivered through administrative efficiency (such as technology or process design), and others through policies, menus and interventions. Strategic partner – consists of multiple dimensions: business expert, change agent, strategic HR planner, knowledge manager and consultant, combining them to align HR systems to help accomplish the organization‟s vision and mission, helping managers to get things done, and
disseminating learning across the organization. Leader – leading the HR function, collaborating with other functions and providing leadership to them, setting and enhancing the standards for strategic thinking and ensuring corporate governance.
Universitas Indonesia
Brockbank dkk, 1999, Key 1. Personal credibility : live the firm‟s values, maintain relationships founded on trust, act with Tekanan dalam model ini adalah: HR specialist competency model
an „attitude‟ (a point of view about how the business can win, backing up opinion with
personally credible, courage to change,
evidence).
dan roel model
2. Ability to manage change/Drive change: ability to diagnose problems, build relationships with clients, articulate a vision, set a leadership agenda, solve problems, and implement goals. 3. Ability to manage culture: Act as „keepers of the culture‟, identify the culture required to meet the firm‟s business strategy, frame culture in a way that excites employees, translates
desired culture into specific behaviours, encourages executives to behave consistently with the desired culture. 4. Delivery of human resource practices: expert in the speciality, able to deliver state-of-the- art innovative HR practices in such areas as recruitment, employee development, compensation and communication. 5. Understanding of the business: strategy, organization, competitors, finance, marketing, sales, operations and IT.
Kearns, 2001, United Nations Core values: integrity, professionalism, respect of diversity Penekanan model ini pada value yang Competency Model
Core competencies: communication, teamwork, planning &organization, accountability,
dikaitkan dengan pengukuran dampak
creativity, client orientation, commitment to continuous learning, technology awaraness
bisnis dari SDM, yang disebut sebagai
Managerial competencies: leadership, vision, empowering others, building trust, managing
human capital mangement
performance, judgement/decision making
Salim, 2001, Fungsi dan Kompetensi profesional SDM: kompetensi teknis SDM dalam bidang perencanaan, pengadaan Studi Mengenai Praktisi SDM di Kompetensi Praktisi Sumber Daya
Jabotabek ini menggunakan Manusia
dan pengembangan tenaga kerja; kompetensi strategik SDM; kompetensi pengelolaan imbal
jasa; kompetensi hubungan antarmanusia atau pengeloaan tim; dan kompetensi pendukung
pendekatan regresi berganda (stepwise
dalam kemampuan menyusun dan mengembangkan program keselamatan dan Kesehatan
multiple regression)
Kerja (K3) serta kemampuan mengembangkan program kesetaraan kesempatan kerja (equal employment opportunity).
Model ini dan model sebelumnya dari Competency Model RBL 2002
Ulrich, 2002, HR
Business knowledge, strategic contribution, personal credibility, HR delivery, HR technology
1987 menekankan business yang efektif Boselie dan Paauwe, 2005
A collection of multiple discrete practices with no explicit or discernible link between them. The Model ini menekankan entrepreneurship more strategically minded systems approach views HRM as an integrated and coherent bundle khususnya: risiko, orientasi customer, of mutually reinforcing practices.
pengetahuan bisnis, dan pengetahuan SDM yang spesifik
Universitas Indonesia
Chen, 2005, Human Business competency group: ability to see the “big picture, knowledge capital, project Model ini dikembangkan dari model Resources Function Competencies in management;
ASTD di Taiwan terdiri atas enam European Companies.
Analytical competency group: knowledge management, systems thinking, analitcal thinking; kelompok. Leadership competency group: visioning, goal implementation, leadership; Technical competency group: feedback, facilitations, questioning; Interpersonal competency: communication interpersonal relationship building, communication networks; Technological competency group: computer mediated communication, technological literacy, electronic performance support systems.
Ulrich, Brockbank, Johnson, Organization capabilities: talent manager/organization designer, culture & change steward, Model ini mulai mengenalkan enam Sandholtz, and Younger, 2008, HR
kompetensi dengan kredible aktivis Competency Model RBL 2007
strategy architect;
sebagai muaranya. Soetjipto, 2008, HR
systems & process: operational executor, business ally; rekationship: credible activist
Metode perseptual kuesioner dan Excellence 2007,Kisah Sukses Para
a. Analisis persepsi hasil penelitian:
b. training & development (T&D) dengan skor 4,8 dari skala lima. Analisis kebutuhan dokumen pelengkap dengan responden Kampiun SDM,
training (training need analysis) kurang melibatkan karyawan (4,53) dan evaluasi dinilai masing para profesional dari bagian human kurang terkait dengan kebutuhan pekerjaan (4,5). Di samping itu, T&D kurang dipersenjatai resource development (HRD) dengan system informasi yang andal (4,5) dan penentuan target unit kerja masih up-down dan berlandaskan teori Ulrich (1997). belum memaksimalkan bottom-up (3, 78). Penentuan target individu masih up-down (3,84).
c. T&D dipersepsikan lebih baik dibandingkan dengan performance management (4,62) dan mentoring (3,94). Hal ini terkait dengan lemahnya proses umpan balik T&D terhadap strategi perusahaan terkait dengan tuntutan dinamika bisnis (4,47).
CIPD, 2009, The CIPD‟s HR Curious; decisive thinker; skilled influencer; driven to deliver; collaborative; personallu credible; Kunci spesialis SDM dalam kompetensi: Prefession map
courage to challenge; and role model.
personal credibility, ability to manage change, ability to manage culture, delivery of human resource practice, dan understanding of the business.
Studi literature kompetensi SDM dari Resource Competency Models:
Abdullah, 2012, Human
Pada penelitian tersebut HR Practitioner Competency Model dibagi menjadi: generic/
1082 sampai 2008 Changing Evolutionary Trends
behavioural competency category, business competency category, dan technical HR
competency category. Di dalam kategori generic/behavioural competency dimaksukkan 30 competency factor. Untuk kategori technical HR competencies didukung 25 competency factors. Selanjutnya 25 competency factors mewakili business competencies category.
Universitas Indonesia
Ulrich,Younger, Brockbank, Strategic positioner, credible activist, capability builder, HR innovator and integrator, change Model ini mulai mengenalkan istilah and Ulrich, 2012 , HR Competency champion, dan technology proponent.
pemosisi strategik karena kompleksitas Model RBL 2012 bisnis local perlu lebih dipahami dari sisi: keuangan, strategi, stakeholder, dan konteks.
Kecenderungan pada lima tahun dan Ulrich, 2013,
Ulrich, Brockbank, Younger,
Strategic positioner, credible activist, capability builder, HR innovator and integrator, change
champion, dan technology proponent pada beberapa belahan dunia.
mendatang yang menyebar di berbagai reginal belahan dunia perlu dipersiapkan dengan telaah awal praktik SDM saat ini. Penelitian ini menyajikan sembilan wilayah utama terkait dengan regionalitas tersebut.
Disain ulang kompetensi SDM dengan Ulang Kompetensi
Sadana, 2015, Mendisain
Integrasi vertikal (vertical integration): pemosisi strategic (strategic positioner), proaktivis
metode soft systems methodology based Sumber Daya Manusia Organisasi
kredibel (proactivist credible);
Integrasi horisontal (horizontal integration): pembangun kapabilitas (capability builder), inovator action research memulai penelitian Perbankan
dan integrator SDM (HR innovator & integrator), kampiun perubahan (change champion), dan
regionalitas di Asia Tenggara,
proponen teknologi (technology proponen).
khususnya wilayah ASEAN dengan kasus pada organisasi bank.
Sumber: Pengolahan data dari berbagai sumber
Universitas Indonesia
Pimpinan organisasi bisnis perbankan mulai menyadari bahwa untuk bisa beradaptasi dengan kondisi bisnis yang terus berkembang, ekspektasi pelanggan maupun pemangku kepentingan yang beragam harus diperhatikan. Mereka telah mulai memikirkan strategi yang berorientasi pada masa depan sekaligus menggali dan mentransformasi aspirasi menjadi aksi nyata. Aksi tersebut telah mulai diupayakan pengukuran efektivitasnya. Ini didukung oleh teori dan pernyataan
Ulrich 147 tentang tiga faktor sukses transformasi.