Kalau di ASEAN kita nomor berapa?
T: Kalau di ASEAN kita nomor berapa?
J: Paling buntut ya. Cina 5-6%, India yang rendah 5-6%. Kalau kita bicara Singapur sudah 30-40%, Malaysia sudah 30% . nah kita lah yang paling buntut. Saya tanya kepada mereka kenapa anda tertarik memberikan KPR secara disana kan bank-banknya sudah besar, asset mereka besar dan mereka banyak memberikan KPR. Saya tanya kenapa mereka tertarik memberikan KPR dan anda bisa survive dibisnis lain.
Dengan KPR dia bilang, saya akan tahu nasabah saya tinggal dimana karena rumah bapak yang ditinggali itu saya biayai. Nah dalam perjalanan saya bisa menawarkan berbagai produk ke bapak. Itulah cross selling. Dan itu tidak terjadi di nasabah lain. Nah inilah yang kita tidak menyadari, dan BTN sendiri belum optimal dan mencari potensi seperti itu. Inilah yang belum kita kembangkan. Jadi artinya orag kita harus tau, dan kita punya semua hanya saja belum melakukan.
T: Kalau saya lihat ada upaya dari BI untuk me-merger, ada insentif merger, karena bank efektif dan efisien hanya buku 3 dan 4 saja. Bagaimana melihat hal ini dalam konteks bank persero, posisi Bank BTN bagaimana?
J: Dulu kan mulaianya dari API (Arsitektur Perbankan Indonesia) tidak berjalan dengan baik dan mereka memasukkan suatu kebijakan yang sekarang ini buku 1,2,3 dan 4 evolusi dari API. Memang waktu itu seolah-olah API itu kan kita ingin memaksakan keaadan.
Saya waktu itu sempet menulis di koran bahwa bank itu tidak bisa dipaksa. Jadi kalau kebutuhan merger, konsolidasi itu kebutuhan natural. Mungkin bisa dipaksa, diatur misalnya BI bilang okey modal minimum saya Saya waktu itu sempet menulis di koran bahwa bank itu tidak bisa dipaksa. Jadi kalau kebutuhan merger, konsolidasi itu kebutuhan natural. Mungkin bisa dipaksa, diatur misalnya BI bilang okey modal minimum saya
Tetapi kalau kita kawin-kawinkan konsep API ya kita tidak jalan-jalan seperti sekarang ini sampai sekarang akhirnya dirubah menjadi buku 1,2,3, dan
4. Kita sebenarnya tidak melawan dari konsilidasi memang bank-bank Indonesia super kecil. Di Asia saja kita kecil banget apalagi kita di Brazil mandiri aja ada 10 bank, dengan masing-masing aset 10 kali bank Mandiri di Indonesia. Jadi Mandiri disana itu seperti BPD nah kita itu seperti BPR untuk size nya mereka. Artinya kan butuh session besar.
Tapi apa model merger ini efektif. Saya berpikir mungkin betul dna yang besar mungkin juga perlu konsilidasi tapi kalau khusus di bank BUMN saya melihat di Indonesia bank tidak imbang hanya ada beberapa 10 bank besar dan BTN no 9 saat ini. 10 bank besar ini memiliki aset yang cukup besar jadi kalau ini di merger lagi jadi satu, nanti hanya 6 bank yang menguasai. Ini kan bisa juga isu monopoli dan lain-lain.
Tapi yang saya lihat bahwa sebenarnya paling bagus itu kalau memang merger itu suatu kebutuhan. Misalnya BTN merger dengan Mandiri atau BNI, apakah kita butuh merger. Contohnya BTN punya bisnis yang benar-benar beda banget dengan Mandiri. Kalau dulu kan isunya mitchmatch apakah Mandiri itu memberikan solusi mitchmatch karena sumber dana mereka kan BPK juga. Itu harus dijawab itu.
Kalau memang alasanya mitchmatch tetapi kalau alasanya kemampuna mencari dana atau bisnis, apakah saya melihat pasar KPR ini kan belum tergarap. Perumahan di Indonesia ini masih kecil sekali. Ada sekitar 50 juta orang yang belum memiliki rumah. Dacklock rumah di Indonesia 14 juta artinya kalau dari sisi kelas menengah yang tumbuh dan artinya dari sisi pasar kita kan tidak masalah problemnya di finding. Mana yang memberi solusi finding? Tidak ada selain kita solusi sendiri. Solusinya bagaimana? Ya mengembangkan produk- produk pasar modal yang tadi saya bilang, securitisasi, mergerbone.
Nah itu yang saya lihat. Jadi seandainya isu ada pun mungkin alasanya tidak hanya untuk memebesarkan bank, tetapi apakah Mandiri atau 4 bank
BUMN itu bergabung bisa bersaing dengan bank asing? Belum tentu, karena yang saya lihat bahwa seperti Bank of America itu berkembangnya dari nasabah kecil kemudian tumbuh besar dan ada kebutuhan diakusisi ini. Tetapi itu ratusan tahun. Jadi dia kompetitif
Butuh ratusan tahun untuk dia bisa kompetitif dan bisa bersaing secara global. Nah apakah kita dengan penggabuingan-penggabungan seperti ini tetapi habbit karyawan kita tidak kompetitif. Bank Indonesia yang tidak terkenal sangat tidak efesien apakah bersaing dengan OCBC. Belum tentu loh.