Siklus Kedua: Membuat Model Konseptual (Purposeful Activity Models)

3.6 Siklus Kedua: Membuat Model Konseptual (Purposeful Activity Models)

Inti dari system thinking dalam SSM adalah pembuatan model konseptual sebagai alat intelektual yang digunakan untuk membahas dan mendiskusikan situasi dunia nyata yang dianggap problematis. Model konseptual berkenaan dengan apa yang harus dilakukan oleh sistem yang telah disebutkan pada root definition supaya menjadi seperti tujuan yang disebutkan juga pada root definition . Menurut Checkland, conceptual model adalah model yang menggambarkan kegiatan sistem, dimana elemen-elemennya adalah kata kerja. Kegiatan tersebut dibuat berdasarkan root definition dan struktur kata kerja

mengacu pada logic base. 97 Dalam pembuatan model konseptual secara garis besar, Checkland dan

Poulter dan Wilson 98 menyarankan untuk melakukan sejumlah langkah. Pertama, susun garis besar pedoman: PQR, CATWOE, dan RD. Kedua, tulis tiga kelompok

95 Albert Bandura, 2009, 38 “Group achievements and social change are rooted in self- efficacy… People who have a sense of collective efficacy will mobilize their efforts and resources

to cope with external obstacles to the changes they seek. But those convinced of their collective powerlessness will cease trying even though changes are attainable through perseverant collective effort.”

96 Peter Checkland & John Poulter, Op. Cit., pp. 38-48 97 Peter Checkland, 1999, Soft Systems Methodology: A 30-year Retrospective,

Chichester: Wiley. 98 Brian Wilson, 2001, Soft Systems Methodology: Conceptual Model Building and Its

Contribution, Chichester: John Wiley and Sons Inc.;

aktivitas masing-masing, yaitu: 1) kelompok aktivitas yang terkait dengan sesuatu yang ditransformasikan; 2) kelompok aktivitas yang terkait pihak yang melakukan transformasi; 3) kelompok aktivitas yang terkait dengan entitas yang mengalami

transformasi. 99 Dalam kaitannya dengan cara pembuatan model konseptual, menurut

Wilson 100 menekankan beberapa aturan: Model konseptual harus dikonstruksikan dari kata-kata yang tertulis di dalam root definition; Peneliti harus menggunakan

kata-kata yang dapat menggambarkan secara tepat kegiatan-kegiatan dalam proses transformasi

bisa dipertanggungjawabkan. Selanjutnya tips operasional 101 yang disarankan adalah:

menggunakan pasangan kata kerja-kata benda, batasan aktivitas sistem sebanyak 7 ± 2 aktivitas, namun boleh pula lebih bila diperlukan. 102

Wilson 103 menambahkan bahwa setiap model bersifat relevan dengan situasi, namun model bukan mewakili situasi. Jika substansi root definition berkaitan

dengan apa itu sistem ( what the system ‗is‘), maka model konseptual berkaitan dengan apa yang harus sistem itu lakukan ( what the system must ‗do‘ to be the one defined ). Model konseptual dari sistem aktivitas yang punya maksud seperti

hanyalah alat yang memungkinkan diskusi yang terkelola dapat dilakukan. 104 Dari model yang sudah dibuat, dapat disusun berbagai daftar pertanyaan, misalnya: 1)

Apakah kegiatan-kegiatan di dalam model tersebut juga terjadi di dalam dunia nyata? 2) Siapa saja yang melakukan kegiatan-kegiatan tersebut? 3) Kapan kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan? 4) Siapa lagi yang dapat melakukan kegiatan-kegiatan tersebut? 5) Bagaimana cara lain yang mungkin untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut?

99 Sudarsono Hardjosoekarto. Op.Cit. pp. 100 Brian Wilson, 2001, Soft Systems Methodology: Conceptual Model Building and Its

Contribution, Chichester: John Wiley and Sons Inc.; 101 Peter Checkland & John Poulter, Op. Cit., pp

102 Sudarsono Hardjosoekarto. Op.Cit. pp. 106 103 Brian Wilson, 2001, Soft Systems Methodology: Conceptual Model Building and Its

Contribution, Chichester: John Wiley and Sons Inc. 104 Peter Checkland & John Poulter, Op. Cit., pp

Dengan berbagai pertanyaan yang muncul, model konseptual yang didasarkan pada satu sudut pandang yang dinyatakan (a declared pure worldview) tersebut akan merangsang terungkapnya sudut pandang yang lain, yang masih implisit. Sudut pandang yang terungkap ini, pada gilirannya akan mendorong dirumuskannya model konseptual dari sistem aktivitas manusia yang lain yang juga relevan. Munculnya sudut pandang yang lain itu juga dimaksudkan untuk mendorong munculnya kehendak untuk melakukan aktivtas-aktivitas yang punya maksud. Selanjutnya akan diwujudkan berupa formulasi perubahan, perbaikan, atau penyempurnaan atas situasi dunia nyata yang dianggap problematis.