Siklus Modifikasi pada Soft System Methodology

3.3 Siklus Modifikasi pada Soft System Methodology

SSM melakukan kajian terhadap masalah yang tidak beraturan (ill-defined) pada hakikatnya merupakan sebuah pembelajaran, yakni suatu pembelajaran untuk mengenali sesuatu yang oleh para pihak terkait situasinya dianggap problematis. Masalah yang tidak beraturan dan melibatkan sejumlah orang tersebut, dapat dipecahkan dan diganti dengan debat dialektis yang memungkinkan tumbuhnya gagasan-gagsan baru tentang situasi dunia nyata yang dianggap problematis dalam suatu proses pembelajaran yang berlanjut tanpa akhir.

Secara ringkas, Checkland dan Poulter 58 mengemukakan pengertian SSM sebagai berikut:

“SSM adalah proses mencari tahu yang berorientasi aksi atas situasi problematis dari kehidupan nyata sehari-hari. Para pengguna SSM

melakukan pembelajaran yang dimulai dari menemukan situasi sampai merumuskan dan atau mengambil tindakan guna memperbaiki situasi problemastis tersebut. Proses pembelajaran terjadi melalui proses yang terorganisir dimana situasi nyata dieksplorasi, dengan menggunakan alat intelektual−yang memungkinkan terjadinya diskusi yang terarah−yang

disebut sejumlah model aktivitas yang punya maksud yang dibangun berdasarkan sejumlah sudut pandang (worldviews ) yang murni.”

Mengacu pengertian tersebut, sebagai disertasi ilmiah, disain penelitian ini memandang research interest mengikuti problem interest di Bank BTN dalam mengatasi permasalahan kinerja dan kesiapan menghadapi era MEA Desember 2015 dan integrasi finansial ASEAN 2020. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa penelitian ini berfokus pada research interest-cycle melalui proses diskusi dan interview mendalam dengan expert human capital perbankan. Hasilnya didiskusikan dengan promotor dan copromotor untuk menemukan root definition dan membangun model konseptual. Ini sejalan dengan kebutuhan ilmiah yang

58 Sudarsono Hardjosoekarto. Op.Cit., 17

lebih besar bobotnya untuk penulisan disertasi. Walau demikian, situasi problematik yang ditelusuri sebagai informasi awal untuk penelusuran situasi yaitu problem solving terutama dalam rich picture sangat berperan dalam mengerucutkan penelitian kepada subjek penelitian di Bank BTN.

Dalam praktiknya, pembuatan rich picture dilakukan terlebih dahulu daripada analisis situasi permasalahan (unstructured problem situation). Hasil yang diperoleh dari beberapa diskusi kelompok terpimpin dari beberapa tingkatan manajerial dan fungsi dirangkum oleh peneliti untuk dikonfirmasi pada tahap lima. Sehingga pada hasil penelitian disajikan rich picture terlebih dahulu baru penjelasan analisisnya.

3.3.1 Siklus Bagian Pertama: Finding Out Situasi Permasalahan ( unstructured problem situation considered problematic )

Untuk menggambarkan situasi problematik penelitian SSM salah satu cirinya adalah illstructure systems. Penggambaran pada latar belakang masalah dan kerangka berpikir tentang kompetensi perbankan menunjukkan hal tersebut, yaitu ada beberapa aktor yang berperan dengan masing-masing weltanshauung masing-masing. Checkland meminjam istilah “weltanschauung” yang lebih kaya makna d an filsofis seperti dijelaskannya,”This concept of worldview (the German Weltanschauung being the best technical word for it) is the most important concept in understanding the complexity of human situations, and indeed, the

nature and form of SSM 59

60 Menurut Checkland , berpikir serba sistem dimulai dengan pengamat atau pemerhati dari dunia luar yang ingin menjelaskan sistem secara holistik. Dalam

arti keseluruhan entitas terkait dalam sebuah hierarki dengan keseluruhan yang lain. Tahap ini adalah proses penetapan situasi dunia nyata yang dianggap problematis. Proses pada tahap ini sangat penting karena terkait dengan keputusan oleh siapapun, baik peneliti maupun pihak-pihak tertentu di dalam organisasi, berkenaan dengan situasi problematis yang mengundang keterampilan untuk

59 Peter Checkland, 1981, Systems Thinking, Systems Practice, Chichester: Wiley.Checkland, p 202

60 Peter Checkland, 1999, Soft Systems Methodology: A 30-year Retrospective, Chichester: Wiley.

melakukan suatu tindakan perubahan, perbaikan, atau penyempurnaan atas situasi problematis tersebut.

Ciri situasi problematik di Bank BTN dalam penelitian menggunakan SSM, yaitu illstructure system terlihat pada saat pengambilan data di kantor pusat dan di kantor cabang yang tidak selaras, cenderung membuat bingung nara sumber di cabang. Tahap ini dikelompokkan menjadi empat: pembuatan rich picture yang merupakan hasil dari pengenalan, pemahaman, dan pencarian informasi dasar situasi dunia nyata yang dianggap problematis. Kedua, modeling, tahap pembuatan model atau sejumlah model dari sistem aktivitas manusia yang bertujuan (purposeful activity models). Ketiga, using models to structure debate, penggunaan model untuk melakukan pembahasan, diskusi, dan debat tentang situasi dunia nyata yang diteliti. Keempat, defining/taking action, yaitu tahap perumusan perbaikan teori dan tindakan terhadap dunia nyata yang diteliti.

Untuk tahap pertama, pembuatan rich picture, dalam penelitian ini dilakukan beberapa kegiatan analisis yang lazim dikategorikan sebagai analisis

satu, analisis dua, dan analisis tiga. 61 Checkland dan Poulter menyarankan dilakukannya tiga jenis analisis yang dilakukan dalam rangka memahami situasi

nyata, yaitu analisis intervensi (satu), analisis sosial (dua), dan analisis politik (tiga).

Penggambaran pada latar belakang masalah dan kerangka berfikir tentang peranan kompetensi SDM dalam people development. Bagaimana kesepakatan para pihak terkait dalam meningkatkan kinerja organisasi, yaitu aktor pada industri perbankan serta organisasi yang berperan dengan ideology masing- masing. Sementara problem solving yang dihadapi, yaitu disain ulang (redesign)

peran kompetensi SDM melalui people development di dalam divisi HC dengan HC Development sebagai situasi nyata (real world situation) memilik beberapa system holons. Sistem dan subsistem tersebut antara lain Kantor pusat dengan sub-system holons yaitu divisi Human Capital Management dan susbsistem

Human Capital Development.

61 Peter Checkland & John Poulter, 2006, Learning for Action: A Short Definitive Account of Soft Systems Methodology and its use for Practitioners, Teachers, and Students . England: John

Wiley & Sons Ltd.

3.3.1.1 Analisis Satu: Analisis Intervensi

62 Checkland dan Scholes 63 serta Checkland dan Poulter menyarankan bahwa dalam langkah awal pengenalan situasi problematis (Analisis Satu)

dilakukan penetapan 3 (tiga) pihak yang berperan sangat penting dalam kaitannya dengan situasi problematis yang menjadi kajian. Ketiga pihak itu adalah: Pihak pertama, yang berperan sebagai klien/Clients (C), yaitu orang atau sekelompok orang yang menyebabkan terjadinya intervensi terkait situasi problematis yang sedang dikaji. Sesuai dengan tujuan disertasi, C adalah peneliti (Stefanus MS Sadana), pembimbing (promotor: Martani Huseini dan copromotor: Sudarsono Hardjosoekarto), serta karyawan PT. Bank BTN kantor pusat, cabang, dan unit usaha syariah.

Pihak kedua, yang berperan sebagai Praktisi/Practitioners (P), yaitu orang atau sekelompok orang yang melakukan kajian dengan menggunakan SSM; dalam penelitian ini P (praktisi) adalah peneliti (Stefanus MS Sadana) dan pembimbing (Martani Huseini, Sudarsono Hardjosoekarto, Ferdinand Saragih).

Pihak ketiga, Pihak yang berperan sebagai pemilik isu/Owner of the issues addressed (O ), yaitu orang atau sekelompok orang yang berkepentingan atau terkena dampak dari situasi atau dampak dari hasil upaya perbaikan atas situasi problematis. Aplikasi SSM untuk keperluan pemecahan masalah, O dapat segera diidentifikasi, yaitu semua pihak yang langsung terkait dengan permasalahan dunia nyata. Sementara dalam aplikasi SSM untuk keperluan riset, pihak yang berkepentingan terhadap permasalahan sesungguhnya adalah peneliti itu sendiri. Dialah yang memiliki kepentingan untuk melakukan eksplorasi terhadap pertanyaan penelitian tertentu. Akan tetapi, karena untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut, peneliti perlu meminjam dunia nyata P, maka O yang diidentifikasi melibatkan para pihak yang terkait dengan dunia nyata P. Itulah sebabnya dalam hal ini O yang diidentifikasi meliputi divisi Human Capital PT. Bank BTN tbk. dan semua pihak yang terkait dalam disain ulang (redesign) peranan kompetensi SDM dalam people development.

62 Peter Checkland & Scholes. , 1990, Soft Systems Methodology in Action. England: John Wiley & Sons Ltd., p. 1

63 Peter Checkland & John Poulter, Op. Cit., pp

Langkah pertama pengenalan situasi problematis dunia nyata kompetensi SDM dilakukan dengan analisis satu atau analisis intervensi. Tahap ini mengidentifikasi situasi organisasi perbankan Indonesia yang bersifat tak terstruktur (unstructured). Dalam penelitian organisasi perbankan sebagai C (clients) adalah peneliti (Stefanus Murti Sri Sadana), promotor dan kopromotor (Prof. Dr. Martani Huseini, Prof. Dr. Sudarsono Hardjosoekarto, dan Prof. Dr. Ferdinand Saragih) serta Program Pascasarjana Administrasi UI. Sementara itu, P (praktisi) adalah peneliti sendiri. Adapun O (owners of the issue addressed) adalah pihak-pihak yang memiliki permasalahan dan/atau terkait dengan situasi problematis dunia nyata. Dalam hal ini O untuk tujuan pemecahan masalah (problem solving) adalah para pihak terkait di Bank BTN: komisaris, direktur kepatuhan, kepala divisi HCD, Kepala divisi CMO.

Tahap analisis yang sering disebut Analisis Satu ini menetapkan tiga pihak yang berperan penting, karena intervensinya, dalam penelitian kompetensi SDM perbankan ini.

a. Para pihak yang menjadi alasan (caused the intervention to happen) penelitian yang berperan sebagai klien (clients), yaitu orang atau sekelompok orang yang menyebabkan terjadinya intervensi terkait situasi problematik yang sedang dikaji. Mereka adalah: peneliti, pembimbing (promotor dan kopromotor), Program Pascasarjana FISIP UI, dan academic reviewer.

b. Pihak yang berperan pemimpin penelitian (conducting the investigation) sebagai praktisi SSM, yaitu: peneliti, pembimbing dan penguji.

c. Para pihak yang terkait situasi permasalahan dan hasilnya (concerned about or affected by situation and the outcome ) berperan sebagai pemilik isu, yaitu:

a) Bank Indonesia (dan Otoritas Jasa Keuangan yang menjadi pengawas organisasi perbankan mulai 2014)

b) Institut Bankir Indonesia (IBI)

c) Lembaga Sertifikasi Profesi Perbankan (LSPP)

d) Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI)

e) Direktur Kepatuhan/HRD/HCD Bank BTN

f) Human Resources/Capital Division (HCD) PT Bank BTN

g) Organisasi bank di Indonesia, khususnya PT Bank BTN tbk.

h) Human Capital Development (HCD) PT Bank BTN

i) Masyarakat: nasabah perbankan, aktor, pelaku, dan pekerja pengembangan SDM terdiri atas direktur, manajer, staf konsultan, trainer, peneliti, penulis, dan akademisi bidang MSDM.

Situasi tidak terstruktur secara makro ditandai dengan peralihan pengawasan bank dari BI ke OJK. Meskipun demikian, pro dan kontra masalah ini silih berganti. Dari pengusul menjadi penentang pun sah-sah saja. Intervensi pada tahap ini menghasilkan sejumlah issue yang menggambarkan worldviews mereka untuk mengarahkan kepada sistem yang relevan.

3.3.1.2 Analisis Dua: Analisis Sosial

Checkland dan Poulter 64 menyarankan tiga elemen sosial yang menjadi fokus analisis pada tahap Analisis Dua. Dalam hal ini penggambaran hal tersebut

dalam industri perbankan digunakan untuk research interest dan yang dimiliki PT. Bank BTN tbk untuk problem solving. Ketiga hal tersebut yaitu elemen peran, norma, dan nilai-nilai.:

1. Peran: posisi sosial yang menandai perbedaan di antara anggota-anggota kelompok atau anggota-anggota organisasi.

2. Norma: perilaku yang diharapkan yang terkait dengan peran.

3. Nilai-nilai: standar atau kriteria ke dalam mana perilaku yang sesuai dengan peran (behavior-in-role) dinilai.

Pada langkah ini digunakan visi, misi, dan nilai Bank BTN.

3.3.1.3 Analisis Tiga: Analisis Politik

Checkland and Poulter 65 menyarankan, dalam analisis power ini digunakan metafora “komoditas” sebagai sinyal bahwa power yang dimiliki di dalam situasi.

Dengan demikian, fokus dalam analisis ini adalah mengkaji isu-isu mengenai power yang sangat berpengaruh dalam keberlangsungan perusahaan, yakni dengan menjabarkan bagaimana power terlihat dalam situasi. Isu-isu ini terbagi

64 Sudarsono Hardjosoekarto. Op.Cit. pp 65 Peter Checkland & John Poulter, Op. Cit., pp

dalam disposition of power dan nature of power. Diposition of Power adalah kekuasaan tertinggi bidang human capital di PT. Bank BTN berada di tangan direktur utama dan human capital division untuk kantor pusat, dan human capital support untuk kantor cabang yang bertanggung jawab atas seluruh karyawan yang berada di dalam strukturnya. Nature of Power adalah kemampuan seseorang untuk mengajak seluruh karyawan supaya mencapai tujuan dan visi-misi Human Capital di PT. Bank BTN dan kemampuan untuk memperbaiki dan terus meningkatkan kinerja.