Betul sekali. Kebetulan saya sudah wawancara dengan DSDM dan bagian peraturan dan saya sedang menunggu konfirmasi bagian pengawasan.

T: Betul sekali. Kebetulan saya sudah wawancara dengan DSDM dan bagian peraturan dan saya sedang menunggu konfirmasi bagian pengawasan.

J: Iya mereka sudah tahu siapa calon pemimpin ke depan, maka di berikan cobaan, jadi leader itu butuh proses. Tidak muncul dari mana, dari mana, dia harus punya track record yang jelas. Bagusnya orsng dalam ada yaitu track recordnya jelas dan memahami. Jeleknya orang dalam ada dia bias mesuk ke dalam klik klik kelompok misalnya kl di bank itu biasanya angkatan manajemen trainingnya sangat menentukan seperti di militer dbs. Itu kelebihan dan kelemahan.

T: Kalau saya baca dari riwayatnya bank BTN kan sempat ada masa dimana rekrutmen itu aga k “berhenti” mungkin 10 tahun sehingga terjadi gap. Dan ini terjadi di perusahaan lain, bank lain yang masing2 beda, mungkin karena baru muncul, baru dibeli, baru merger, seperti dikatakan mandiri mungkin baru merger. Kl BRI masanya lain lagi, BNI lain lagi. Bagaiman upaya untuk menjembatani gep semacam ini secara system pak ?

J: Dulu BTN itu kasusnya lain karena itu bagian dari rekomendasi IMF yang tahun ‟98 untuk tidak ada rekrutmen dulu. Kalau teori orang tidak akan

tertarik lagi tapi pengalaman. 2 hari yang lalu kami berdiskusi di meja ini. Ada yng mengatakan buat apa kita rekrutmen pegawai toh kita sekarang ada….(menit

10.43) jadi kelebihan tenaga dan tidak tau harus berbuat apa. Maka kita efisiensi dengan mengurangi tenaga. Pemimpin itu proses tdk bisa disiapkan 1 atau 2 tahun. Pemimpin itu disiapkan 5, 10 sampai 15 tahun sehingga ke depan nanti yidak terjadi staknasi. Jadi jawabannya menurut saya harus ada proses. Dampak peran dr leader :

menentukan visi, menentukan bagaimana cara mencapai visi itu, melakukan roll model untuk mencapai visi dan kinerja yang baik.ciri pemimpin adalah komunikasi. Komunkasi adalah memberitahukan apa yang kita harapkan dan tau apa yang orang lain harapkan. Dalam komunikasi asa 2 yaitu conectifity dan conection. Conection lebih mengarah pada kedekatan2 individu untuk bermanfaat bagi perusahaan. Conectifity lebih mengarah pada hubungan ke stakeholder, dilihat dari pengalaman, akhirnya punya kekuatan. Seperti saya dulu di BTN saya berhubungan dengan kementrian2 yang pernah berhubungan dengan BTN, ketika saya pindah ke TASPEn jaringan yang saya miliki itu sangat bermanfaat untuk kepentingan taspen. Intinya adalah relationship. Yang jadi persoalan di perbankan adalah di perbankan kan bisnisnya hamper sama, target marketnya juga hamper sama. Bahayanya perpindahan orang dari satu bank ke bank lain, dia bias mengkopi produk dari bank sebelumnya. Relationshipnya termasuk customer juga di bawa. Itu tidak enaknya di kalangan perbankan.

T: Dalam perbankan ada buku inti yaitu buku 1-4. Bank BTN masuk buku 3 dan buku 4 ada 3 bank persero dan 1 swasta. Dari hasil saya wawancara dengan bagian perancanaan BI, sebenarnya BI mengharapkan ada merger, karena sebelumnya ada api kan di situ di arahkan 3 bank yang utama dan yang lain itu mendukung. Tapi itu semua gagal. Tentang fektifitas dan efesiansi BI hanya mengharapkan buku 3 dan buku 4 yang disyaratkan, sekitar 14-15 bank itu saja dan yang lainnya naik kelas atau menggabung.

J: Itu sangat menarik. Pendapat saya, di Indonesia itu sangat terasa efesiensi. Kantor itu bersebrangan2. Satu jalan, satu ruko ada 10 bank memang ada finansial inflution, tapi untuk mengatasi itu apa perlu ada 10 bank dalam jarak 100 meter. Tentu saja tidak. Ini kedudukan saya di luar system perbankan. Kenapa selalu terjadi masalah selama ini. Karena selalu dikatakan bahwa merger itu terjadi akan ada pengurangan pegawai. Itu akibat dari efesiensi. Kenapa juga merger terkesan negative, karena yang besar ingn me merg yang kecil, walaupun yang kecil itu belum tentu lebih jelek.

Di Indonesia orang itu ingin adanya spesialisasi. Spesialisasi sebenarnya benar, KPR itu BTN, Cuma di dalam prakteknya sekarang KPR itu bukan hanya BTN tapi bersaing dengan yang lain. Spesialisasi mesti ada tapi tidak sampe 100.

Bahkan sekarang 120. Yang suka diceritakan BI terkait dengan BOPO, di Indonesia BOPO memang tinggi, kenapa harus tinggi, karena jaringan di Indonesia itu memang mahal. Kita tdk seperti singapure dimana jaringan komunikasi itu pendek. kita harus buat cadangan hokum. Karena hokum di Indonesia itu tidak pasti. Kita benar pun bias kalah. Itu semua yang membuat inefesiensi di Indonesia. Kalo mau memperbaiki efesiensi tidak hanya tingkat perbankan yang ditingkatkan, sekarang itu menyelesaikan masalah, mekanisme perbankan itu sangat mudah dengan SPBI itu sudah bias diselesaikan. Sedangkan mekanisme2 di luar perbankan itu panjang, cenderung menyelesaikan masalan dengan yang praktis.