26 Bringing strength to bear on opportunities and challenges

Gambar 2.26 Bringing strength to bear on opportunities and challenges

Sumber: Carr, 2004, 301

Kekuatan dikelompokkan dalam: kekuatan sejarah emosi (historical strength), kekuatan emosi personal (personal strength), dan kekuatan emosi kontekstual (contextual strength). Kekuatan sejarah emosi dipengaruhi oleh rasa aman (secure), pengasuhan (parenting), masa prasekolah, pengalaman dan keberhasilan mengatasi kesulitan ketika usia di bawah sepuluh tahun. Kekuatan sejarah emosi ini menjadi pondasi karakter individu selanjutnya.

Kekuatan emosi individu berkembang di masa yang cukup panjang dari usia akil balik sampai usai masa studi. Kelompok kekuatan ini meliputi karakter, kecerdasan, kreativitas, kebijakan, dan kecerdasan emosi. Kelenturan (easy temperament ), pandangan positif ciri pribadi (traits), alasan tindakan (motive) menumbuhkan harga diri (self esteem) dan daya diri yang dibutuhkan lingkungan (self efficacy). Pertahanan yang positif (positive defence) dan kemampuan menduplikasi strategi membuat individu memiliki kompetensi sistemik yang tahan terhadap perubahan lingkungan.

Keakraban (engaging) dalam menghadapi peluang dan ancaman memberikan hasil (outcome) fisik yang sehat, psikologi citra diri yang baik, aliran

pengalaman, dan pencapaian kekuatan (enhancement of strengths). Untuk memperoleh hal tersebut banyak digunakan pelatihan motivasi, pembentukan tim (team building), manajemen tim (team management), kepemimpinan (leadership) melalui kegiatan di dalam ruang maupun kegiatan luar ruang.

Di samping itu, individu sebagai sasaran perubahan (change target) maupun pada tahap selanjutnya sebagai agen perubahan (change agent) mampu menjadi

model peran (role model) dalam transformasi individu dan organisasi. 155 Kegiatan alam terbuka (outbond) banyak dilakukan sebagai eksplorasi pengembangan

kompetensi, sedangkan sebagai upaya pelatihan manajerial digunakan neuro linguistic programming (NLP).

Prinsip neuro lingustic programming (NLP) 156 sejalan dengan psikologi positif (positive psychology). 157 NLP merupakan pengembangan komunikasi, psikologi, dan manajemen. Definisi ringkas oleh Burn 158 membantu secara praktis.

Dengan neuro, NLP mendasarkan teknik-tekniknya pada fakta bahwa syaraf memegang peran sentral bagi seseorang dalam menyerap pengalaman. ―The use of your senses to interpret the world around you. Neurological processes affect your thoughts and emotions, your physiology , and subsequent behaviour.‖

Dengan linguistic, NLP menunjukkan bahwa syaraf (neuro) dapat dipengaruhi oleh bahasa dalam menafsirkan suatu pengalaman. “How you use language to

communicate with others and influence your experience.‖ Bahasa di sini lebih

155 Dave Ulrich, 1997, Human Resources Champion, Boston Massachusetts: Harvard Business School Press., pp 2-14. 156 NLP, or Neuro-Linguistic Programming, originated in California in the 1970s. This fact alone creates suspicion in the eyes of many British managers, who often have a strongly developed

scepticism about anything ‗psychological‘, and even more particularly about anything Californian and psychological. The originators were Richard Bandler, a mathematician, and John Grinder, a linguistics professor. Originally, they looked at the communications skills used by a selection of outstandingly successful therapists, with a view to establishing specifically how they were able to achieve success in helping clients to make positive changes in their lives…. Nevertheless even the experts and founders of NLP offer different definitions: NLP is an accelerated learning strategy for the detection and utilization of patterns in the world. (John Grinder) NLP is whatever works. (Robert Dilts) NLP is an attitude and a methodology, which leaves behind a trail of techniques. (Richard Bandler) NLP is the systematic study of human communication. (Alex von Uhde) The actual term ‗Neuro-Linguistic Programming‘ arises from three main areas of study: 1. Neurology: the mind and how we think. 2. Linguistics: how we use language and how it affects us. 3. Programming: how we sequence our actions.

157 Martin Seligman dan Mihaly Csikzentmihalyi, 2000, Positive Psychology An Introducti on, America Psychologist. 158 Gillian Burn, 2005, The NLP Pocketbook, United Kingdom: Alresford.

diartikan secara luas sebagai language daripada langue. Secara popular disingkat VAKGO, meliputi bahasa visual (penglihatan), audio (pendengaran) , kinesthetik (gerakan), gustatory (pencecapan), dan olfactory (penciuman).

Dengan programming, NLP memberi kesempatan kepada kita untuk mengambil prakarsa mengendalikan cara otak/neuro dalam menafsirkan

pengalaman melalui pengaturan rangsang bahasa. ” Internal thoughts and patterns

of behaviour that help you evaluate situations, solve problems and make decision s.‖ Secara ringkas Burn menjelaskan sebagai berikut, “Neuro-Linguistic Programming (NLP) provides the tools and techniques to help you at home and in the workplace to communicate effectively, motivate yourself and others, think positively, create actions to make a difference .”

NLP dapat digunakan di semua bisnis pada organisasi kecil atau multinasional. Keterampilan yang berguna dalam komunikasi, pengelolaan tim, manajemen proyek, berurusan dengan situasi yang menantang dan pada setiap kesempatan ketika pekerjaan melibatkan interaksi dengan orang-orang. NLP dapat digunakan dalam semua tahapan bisnis dan pendidikan. Sebuah alat yang membantu untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang pola perilaku dan bagaimana individu merespon berbagai situasi. NLP membantu pekerjaan lebih efisien dan efektif. Keterampilan ini berguna untuk orang-orang bisnis, olahragawan, aktor, mahasiswa, tokoh, politisi, dan pelatih.

Prinsip NLP adalah penyadaran, pengenalan, dan pengelolaan kesadaran diri. Dalam kaitan inilah NLP digunakan sebagai metode pembelajaran (learning method) dalam pengembangan kompetensi. Untuk itulah dalam NLP, proses pembelajaran dapat dijelaskan dalam lima tahapan: a) tidak menyadari kalau tidak kompeten (unconscious incompetence), b) menyadari kalau tidak kompeten (conscious incompetence),