Sumber daya perikanan Metode Pengambilan Data
menurut Gomez dan Yap, 1988. Kondisi terumbu karang dinilai dengan mengikuti kriteria yang dikemukakan Wilkinson et. al., 1992.
Pendugaan stok ikan melalui metode sensus visual di bawah air dengan menggunakan perhitungan kelimpahan dan total areal transek yang digunakan.
Jumlah individu ikan dihitung untuk menduga kelimpahan dengan menggunakan formula menurut Labrosse. at al., 2002. Hasil perhitungan kepadatan ikan yang
kemudian diperoleh dan dikonversi ke dalam satuan luas ha untuk mendapatkan gambaran tentang sediaan cadang sumber daya ikan karang di perairan pesisir
lokasi penelitian indm
2
x 1000. Untuk menghitung potensi besaran biomass ikan konsumsi perairan karang digunakan nilai konstanta yang direkomendasikan
oleh Komisi Nasional Pengkajian Stok Ikan Djamali dan Mubarak, 1999, di mana biomassa tiap individu yang di konsumsi setara dengan 250 gram,
selanjutnya dikonversi ke dalam satuan kg atau tonunit area ha. Data hidroakustik diperoleh melalui teknik echo-integration dan
pengukuran luas penampang tubuh ikan secara akustik dengan kecepatan pengambilan data 3 kali per detik di sepanjang track pelayaran cruise track.
Kepadatan ikan diperoleh dengan formula BioSonics, 2004;2010. 3.4.2 Karakteristik masyarakat perikanan
Analisis potensi masyarakat perikanan kawasan mencakup Aspek kependudukan jumlah, pertumbuhan, kepadatan, persepsi, struktur umur,
pendidikan, agama, rasio beban tanggungan dan rasio jenis kelamin. aspek sosial ekonomi mata pencaharian, tingkat pendapatan dan pengeluaran serta sarana dan
prasarana perekonomian dan aspek sosial budaya persepsi, struktur sosial, sarana
benda dan nilai budaya masyarakat
3.4.3 Kebijakan pembangunan perikanan Data yang terkumpul dari lapangan diinventarisasi dan diklasifikasikan
berdasarkan kategori pemenuhan karakteristik data yang sudah ditentukan terlebih dahulu dilakukan editing dan seterusnya ditabulasi berdasarkan klasifikasi yang
ditetapkan. Terhadap hasil tabulasi kemudian dilakukan pengecekan ulang untuk memastikan keakuratan dan kelogisan penyajiannya. Untuk data yang tidak valid
dan tidak merepresentasikan keadaan sebenarnya dari responden akan dibuang.
Entri data akan dilakukan setelah data divalidasi dan sudah layak untuk diolah. Data diolah dalam bentuk spreadsheet agar mudah dilakukan pengolahan lebih
lanjut dengan berbagai program aplikasi statistik. 3.3.4 Efektivitas pengelolaan kawasan konservasi
Untuk menentukan Tingkat Pengelolaan KKL seperti yang disinggung sebelumnya, dilakukan penghitungan dengan cara berikut:
1 Pertama-tama kita menentukan skor setiap tabel dalam bentuk persentase atau proporsi dari hasil pengisian kartu skor dan penjumlahan yang sesuai. Sebagai
contoh, dari 14 pertanyaan yang tercantum pada Tabel A: 11 memperoleh jawaban ‘Ya’ Y;
1 memperoleh jawaban ‘Tidak’ T; 1 memperoleh jawaban ‘Tidak Tahu’ TT; dan
1 memperoleh jawaban ‘Tidak Berlaku’ TA lihat Tabel 3;
maka hasil yang diperoleh b ukanlah persentase atau proporsi 11 jawaban ‘Ya’
terhadap semua 14 pertanyaan yang tercantum, tetapi persentase atau proporsi 1
1 jawaban ‘Ya’ terhadap 13 pertanyaan. Hal ini dikarenakan 1 pertanyaan memperoleh jawaban ‘Tidak Berlaku’ sehingga dari 14 pertanyaan yang
tercantum harus dikurangi 1 agar pertanyaan yang relevan dapat digunakan dalam perhitungan.
2 Selanjutnya setiap tabel juga mengalami proses yang sama untuk memperoleh persentase skor dari masing-masing tabel tersebut. Perlu ditekankan di sini
bahwa semua pertanyaan harus dijawab dengan salah satu jawaban yang tersedia, apakah ‘Ya’, ‘Tidak’, ‘Tidak Tahu’ atau ‘Tidak Berlaku’. Bila ada
yang tidak dijawab, ini akan mengganggu penghitungan yang dilakukan. 3 Hasil yang disajikan kemudian ditampilkan ke dalam bentuk grafik
histogram. 4 Tingkat Pengelolaan KKL ditentukan berdasarkan persentase skor manapun
yang sama atau lebih dari 75 persen. Tingkat ambang 75 ini dipilih berdasarkan asumsi bahwa bila suatu KKL sudah mencapai atau lebih dari
tingkatan ini maka KKL tersebut dianggap telah mencapai hasil-hasil positif yang diinginkan atau, ringkasnya, memang layak untuk disebut memiliki
efektivitas pengelolaan setingkat tersebut.