Manfaat Model pengelolaan perikanan melalui penentuan efektivitas dan zonasi berbasis ekosistem di kawasan konservasi Aru Tenggara, Kabupaten Kepulauan Aru

pengelolaan di kawasan?; serta 5 adakah konsep perencanaan dan pengelolaan perikanan yang ditetapkan berdasarkan fungsi ruang zonasi dengan tetap mempertimbangkan kepentingan masyarakat lokal kawasan? 1.3 Tujuan Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model pengelolaan perikanan melalui penentuan efektivitas dan zonasi berbasis ekosistem pada kawasan konservasi Aru Tenggara. Tujuan umum ini dapat terjawab melalui serangkaian implementasi dari beberapa tujuan khusus diantaranya: 1. Mengkaji karakteristik sumber daya perikanan kawasan konservasi; 2. Mengkaji karakteristik masyarakat perikanan kawasan konservasi; 3. Menganalisis kebijakan pembangunan perikanan di kawasan konservasi Aru Tenggara.

1.4 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dapat dicapai dari penelitian ini antara lain: 1 Menjadi informasi dasar bagi pengembangan kajian-kajian kawasan konservasi perairan berbasis ekosistem dan kearifan lokal; 2 Sebagai model dalam pengelolaan sumber daya perikanan di kawasan konservasi Aru Tenggara; 3 Sebagai informasi dasar bagi upaya perumusan kebijakan yang berhubungan dengan pengembangan kawasan konservasi perairan; 4 Terakomodasinya kepentingan masyarakat kawasan konservasi dalam pemanfaatan sumber daya perikanan yang berkelanjutan. 1.5 Kerangka Pemikiran Kawasan konservasi Aru Tenggara berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka ada 3 masalah utama yang perlu dikaji yakni pertama; permasalahan sumber daya perikanan yang semakin mengalami penurunan; kedua; permasalahan masyarakat kawasan yang sangat terisolir karena jauh dari akses, sehingga membutuhkan biaya yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, sehingga akibatnya lahan pemanfaatan terutama kawasan laut, pesisir dan pulau-pulau kecil menjadi daerah yang menjadi pilihan dan berdampak pada tingkat penekanan ekosistem dan sumber dayanya; Ketiga; permasalahan perhatian pemerintah terhadap pengembangan kawasan baik sebagai kawasan konservasi, kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil maupun status kawasan sebagai daerah perbatasan antara Indonesia dan Australia. Status kawasan sebagai daerah konservasi nasional, maka pengembangan diarahkan bagi kepentingan ekologi, sosial, dan ekonomi serta tata kelola; sedangkan untuk kawasan pulau kecil terluar perbatasan, karena menyangkut kedaulatan negara, maka ditambahkan lagi satu komponen yakni pertahanan dan keamanan Gambar 1. Selain 3 komponen yang telah dikemukakan, maka hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam pengelolaan kawasan adalah kebutuhan masyarakat dan aktivitasnya dalam pembangunan kawasan, karena komponen ini akan berdampak positif maupun negatif bagi kawasan. Perubahan terhadap kawasan baik sumber daya perikanan serta ekosistemnya, akan dilakukan melalui analisis data citra serta survei langsung di lapang. Hasilnya akan digunakan untuk mengevaluasi status sumber daya dan ekosistem bagi kepentingan pengelolaan, juga digunakan dalam penentuan efektivitas pengelolaan serta penyusunan kriteria zonasi yang akan dijadikan model dalam penelitian ini. Dalam upaya pengelolaan perlu ditetapkan kriteria-kriteria yang bertujuan untuk menganalisis dan menentukan tingkat efektivitas pengelolaan dan dampak konservasi serta mengarahkan kegiatan pembangunan kawasan sesuai dengan kapasitas ruang dan sumber daya yang ada. Selain menentukan tingkat efektivitas pengelolaan, maka pengembangan zonasi menjadi tahapan berikutnya untuk memetakan kesesuaian ruang pemanfaatan. Untuk keseluruhan tujuan yang ada maka diperlukan kajian dan penelaahan yang bersifat saling terkait dalam mencapai tujuan penelitian ini, yaitu: 1 menganalisis karakteristik masyarakat perikanan yang dikaitkan dengan persepsi atau sikap dan keinginan masyarakat berkaitan dengan kawasan dan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat; Gambar 1 Kerangka Pemikiran 2 Identifikasi potensi dan menganalisis karakteristik sumber daya perikanan dengan 3 skala peninjauan, yaitu: skala peninjauan ekosistem dimensi ekosistem, skala peninjauan setiap pulau dimensi pulau dan skala peninjauan kawasan dimensi kawasan yang akan dijadikan dasar di dalam penilaian dari ekosistem penyusun kawasan; 3 Analisis terhadap kebijakan tata kelola perikanan kawasan, melalui penelaahan kebijakan secara nasional, regional Provinsi Maluku dan Kabupaten Kepulauan Aru serta kebijakan lokal. 4 Analisis efektivitas pengelolaan dan dampak konservasi terhadap sumber daya perikanan, dan masyarakat kawasan melalui pendekatan ekologi, sosial dan tata kelola. 5 Hasil analisis sumber daya perikanan, karakteristik masyarakat dan kebijakan pembangunan serta tingkat efektivitas pengelolaan akan dipakai untuk mendukung analisis model pengelolaan perikanan berbasis ekosistem di kawasan konservasi Aru Tenggara. Setelah status tingkat pengelolaan diketahui dan zonasi kawasan dikembangkan, maka implikasi pengelolaan menjadi sangat penting untuk merumuskan berbagai kebijakan pengelolaan kawasan. 1.6 Kebaruan Penelitian Kebaruan atau novelti adalah kemampuan untuk menemukan hubungan- hubungan baru, untuk melihat suatu subjek dari perspektif baru, dan untuk membentuk kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang sudah ada dalam pikiran Evans, 1991. Selanjutnya Haylock, 1997, menyatakan bahwa agar dikatakan novelti, suatu produk atau respon harus berbeda dari yang ada sebelumnya dan juga harus layak, benar, berguna, bernilai atau berarti. Ciri-ciri keterampilan berpikir originil adalah mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, mampu membuat kombinasi yang tidak lazim dari bagian atau unsur-unsur Pehkonen, 1997. Baru tidak berarti dulu atau sebelumnya tidak ada, tetapi dapat berupa sesuatu yang belum dikenal sebelumnya atau kombinasi sesuatu yang sudah dikenal sebelumnya yang memenuhi kriteria tujuan dan nilai tertentu. Berdasarkan pandangan-pandangan di atas, maka penelitian ini memiliki kebaruan novelti yakni pada tujuan penelitian penentuan efektivitas pengelolaan kawasan. Nilai kebaruannya antara lain: 1. Metodekonsep, baru pertama kali digunakan untuk mengevaluasi kawasan konservasi Aru Tenggara. Metode yang dimaksudkan adalah berupa penetapan Indeks Efektivitas Ekologi IEE; Indeks Efektivitas Sosial IES dan Indeks Evektivitas Tata Kelola IETK yang akan menghasilkan Indeks Efektivitas Kawasan Konservasi Perairan IEKKP 2. Memiliki nilai sosial, karena berhubungan dengan evaluasi terhadap pengelolaan kawasan baik kondisi sumberdaya perikanan, masyarakat perikanan maupun kebijakan perikanan yang dimaksudkan untuk memperbaiki peengelola kawasan demi kesejahteraan masyarakat kawasan 3. Layak dilakukan, karena dalam penyusunan rencana pengelolaan dan zonasi, perlu dilakukan upaya evaluasi terhadap kondisi pengelolaan sebelumnya khusus bagi kawasan yang telah lama ditetapkan. 4. Benar, karena berbasis pada data dan informasi valid, terpercaya, dan melalui tahapan analisis ilmiah yang diyakini kebenarannya. 5. Berguna, karena akan memberikan nilai manfaat bagi keberlangsungan kelestarian sumber daya dan lingkungan juga bagi kepentingan kehidupan masyarakat. 6. Bernilai, karena mengandung nilai ilmiah dan memiliki arti bagi kelangsungan hidup masyarakat dan sumber dayanya. Selanjutnya kebaruan ke dua dari disertasi ini adalah pada tujuan pengembangan model zonasi berbasis ekosistem dengan pendekatan kolaborasi antara zona tradisional masyarakat dan zona hasil analisis kriteria berbasis ekosistem. Adapun kebaruannya adalah : 1. Metode yang digunakan adalah baru karena dirancang berdasarkan kriteria penetapan zonasi yakni Kepmen KKP No. 60 Tahun 2010 tentang tata cara penetapan kawasan konservasi perairan, yang selanjutnya diperbaharui dan dikembangkan lebih rinci berbasis eksositem pulau, ekosistem mangrove, ekosistem lamun, ekosistem terumbu karang dan ekosistem perairan terbuka. 2. Memiliki nilai sosial, karena berhubungan dengan upaya untuk mengelola kawasan demi kemaslahatan masyarakat banyak. 3. Layak, dilakukan, karena kawasan belum memiliki konsep zonasi, sehingga dapat digunakan sebagai model dalam penyusunan rencana zonasi pada kawasan. 4. Benar, karena berbasis pada data dan informasi valid, terpercaya, dan melalui tahapan analisis ilmiah yang diyakini kebenarannya. 5. Berguna, karena akan memberikan nilai manfaat bagi keberlangsungan kelestarian sumber daya dan lingkungan serta kesejahteraan masyarakat. 6. Bernilai, karena mengandung nilai ilmiah, sosial, ekonomi dan ekologi bagi kelangsungan hidup masyarakat dan sumber dayanya 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kawasan Konservasi Aru Tenggara

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, pasal 1 ayat 8 mendefinisikan kawasan adalah bagian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki fungsi tertentu yang ditetapkan berdasarkan kriteria karakteristik fisik, biologi, sosial, dan ekonomi untuk dipertahankan keberadaannya. Sedangkan pada ayat 19 mengartikan konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta ekosistemnya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai keanekaragamannya. Kawasan konservasi Aru Tenggara ditetapkan oleh pemerintah pusat dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor 27Kpts-II1991 dengan status sebagai Cagar Alam Laut Aru Tenggara dengan luas 114.000 ha. Kawasan ini ditetapkan karena memiliki potensi sumber daya endemik yang harus dilindungi. Selain pertimbangan biofisik yang telah dijelaskan di atas, maka pertimbangan lain yang juga dipakai dalam menentukan kawasan ini sebagai kawasan konservasi yakni: 1 Kawasan ini merupakan kawasan yang didalamnya terdapat 7 pulau, dimana 3 pulau diantaranya adalah pulau terluar perbatasan antara pemerintah Indonesia dan Australia. Tiga pulau yang dimaksudkan ialah Pulau Enu, Pulau Karang dan Pulau Kultubai Selatan. 2 Kawasan yang terdiri dari 7 pulau ini merupakan pulau-pulau dengan ukuran sangat kecil dan tidak berpenghuni. 3 Di antara ketujuh pulau ini, 2 diantaranya yakni Pulau Enu dan Pulau Karang merupakan pulau sejarah bagi seluruh masyarakat Aru karena merupakan tempat asal mereka dahulu ceritera sejarah masyarakat Aru sedangkan 5 pulau lainnya merupakan pulau sejarah bagi beberapa desa sekitar yakni Desa Longgar, Desa Apara Dan Desa Bemun. Kawasan konservasi Aru Tenggara pada saat ditetapkan sebagai Cagar Alam Laut CAL dikelola sepenuhnya oleh Departemen Kehutanan, selanjutnya dikembalikan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan pada Tahun 2009 dengan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 63Men2009 dengan perubahan status sebagai Suaka Alam Perairan SAP Aru Tenggara. 2.1.1 Pengertian, maksud dan tujuan kawasan konservasi Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, pengertian konservasi adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Konservasi dilakukan melalui kegiatan: a perlindungan sistem penyangga kehidupan; b pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; dan c pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya Pasal 5. Dalam UU No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan dijelaskan bahwa konservasi sumber daya ikan adalah upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumber daya ikan, termasuk ekosistem, jenis dan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan dan kesinambungannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumber daya ikan. Konservasi ekosistem sebagai bagian dari konservasi sumber daya ikan merupakan upaya melindungi, melestarikan dan memanfaatkan fungsi ekosistem sebagai habitat penyangga kehidupan biota perairan pada waktu sekarang dan akan datang. Kawasan Konservasi Laut KKL atau Marine Protected Area MPA adalah wilayah perairan yang termasuk pesisir dan pulau-pulau kecil yang mencakup tumbuhan dan hewan didalamnya, sertaatau termasuk bukti peninggalan sejarah dan sosial-budaya dibawahnya, yang melindungi secara hukum atau cara lain yang efektif baik dengan melindungi seluruh atau sebagian wilayah tersebut. Sementara itu dalam hal pengelolaan pesisir dan laut serta perikanan, lahirnya UU 272007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau- pulau Kecil PWP3K yang sedikit bersinggungan dengan pengaturan pengelolaan kawasan konservasi laut.