Pengelolaan kawasan konservasi Kawasan Konservasi Aru Tenggara

Pasal 7 ayat 5 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan menyatakan bahwa dalam rangka mendukung kebijakan pengelolaan sumber daya ikan, Menteri menetapkan jenis ikan dan kawasan perairan yang masing-masing dilindungi, termasuk taman nasional laut, untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, pariwisata, danatau kelestarian sumber daya ikan danatau lingkungannya. Penjelasan Pasal 7 ayat 5, yang dimaksud dengan jenis ikan adalah Pisces ikan bersirip; Crustacea udang, rajungan, kepiting, dan sebangsanya; Mollusca kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput, dan sebangsanya; Coelenterata ubur-ubur dan sebangsanya; Echinodermata teripang, bulu babi dan sebangsanya; Amphibia kodok dan sebangsanya; buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air dan sebangsanya; Mamalia paus, lumba-lumba, pesut, duyung dan sebangsanya; Algae rumput laut dan tumbuhan lain yang hidupnya di dalam air; dan biota perairan lainnya yang ada kaitannya dengan jenis-jenis tersebut di atas, semuanya termasuk bagian ikan yang dilindungi. Selanjutnya Pasal 13 ayat 1 menyatakan bahwa dalam rangka pengelolaan sumber daya ikan, dilakukan upaya konservasi ekosistem, konservasi jenis ikan, dan konservasi genetika ikan. Sedangkan kewajiban pemerintah maupun masyarakat untuk melestarikan sumber daya ikan diatur pada Pasal 14 ayat 1 dan 2 bahwa pemerintah dan masyarakat mengatur dan atau mengembangkan pemanfaatan plasma nutfah yang berkaitan dengan sumber daya ikan dalam rangka pelestarian ekosistem dan pemuliaan sumber daya ikan. Alternatif pengelolaan perikanan sebagai pelengkap dari pendekatan MSY yang banyak diterapkan akhir-akhir ini adalah pengelolaan berbasis ekosistem melalui pembentukan suatu jejaring KKP Gell Roberts, 2002; National Research Council, 2001; Roberts Hawkins, 2000; Ward, Heinemann Evans, 2001. Definisi IUCN tentang KKP adalah suatu wilayah perairan pasang surut bersama badan air dibawahnya dan terkait dengan flora, fauna, dan penampakan sejarah serta budaya, dilindungi secara hukum atau cara lain yang efektif, untuk melindungi sebagian atau seluruh lingkungan disekitarnya. Selain fungsinya sebagai alat untuk konservasi keanekaragaman hayati, KKP juga banyak dinyatakan sebagai alat pengelolaan perikanan tangkap yang diintegrasikan ke dalam perencanaan pengelolaan pesisir terpadu Gell Roberts, 2002; National Research Council, 2001; Roberts Hawkins, 2000; Heinemann Evans, 2001. Sebagai sarana pengelolaan perikanan, kawasan konservasi laut memiliki dua fungsi: 1 limpahan ikan komoditi pasar dari wilayah perlindungan ke dalam wilayah penangkapan. 2 ekspor telur dan larva ikan dari wilayah perlindungan ke wilayah penangkapan yang dapat meningkatkan kuantitas penangkapan di wilayah penangkapan. Selain itu, sebagai sarana pengelolaan, kawasan konservasi laut memberikan manfaat tidak langsung untuk melindungi habitat yang sangat penting bagi perkembangbiakan jenis ikan komersial, dan memberikan tempat berlindung ikan yang tidak dapat diberikan oleh sarana pengelolaan lainnya sehingga dapat mencegah penurunan secara drastis persediaan ikan komersial. Kawasan konservasi perairan yang terlindungi dengan baik, secara ekologis akan mengakibatkan beberapa hal berikut terkait dengan perikanan antara lain: 1 habitat yang lebih cocok dan tidak terganggu untuk pemijahan induk; 2 meningkatnya jumlah stok induk; 3 ukuran body size dari stok induk yang lebih besar; 4 larva dan recruit hasil reproduksi lebih banyak. Sebagai akibatnya, terjadi kepastian dan keberhasilan pemijahan pada wilayah kawasan konservasi. Keberhasilan pemijahan di dalam wilayah kawasan konservasi perairan dibuktikan memberikan dampak langsung pada perbaikan stok sumber daya perikanan di luar wilayah kawasan konservasi laut Gell Robert, 2002; Pisco, 2002. Peran Kawasan Konservasi perairan adalah melalui: 1 ekspor telur dan larva ke luar wilayah KKP yang menjadi daerah penangkapan fishing ground nelayan; 2 kelompok recruit; 3 penambahan stok yang siap ambil di dalam wilayah penangkapan. Indikator keberhasilan yang bisa dilihat adalah peningkatan hasil tangkapan nelayan di luar kawasan konservasi beberapa saat setelah dilakukan penerapan KKP secara konsisten. Seberapa jauh efektivitas kawasan konservasi perairan mampu memenuhi fungsi tersebut akan sangat tergantung pada pembatasan yang diterapkan pada kegiatan perikanan dan jenis pemanfaatan lainnya, model, bentuk maupun posisiletak wilayahnya, khususnya ukuran zonawilayah yang dijadikan perlindungan no take area dibandingkan dengan zona pemanfaatan penangkapan. Seberapa jauh efektivitas kawasan konservasi laut dapat memenuhi keempat fungsi tersebut akan sangat tergantung pada pembatasan yang diterapkan pada kegiatan perikanan dan jenis pemanfaatan lainnya maupun bentuk dan posisinya, khususnya ukuran wilayah yang dilindungi bila dibandingkan dengan wilayah penangkapan.

2.1.4 Efektivitas dan dampak pengelolaan kawasan konservasi

Pengertian efektivitas secara umum menunjukkan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektivitas menurut Hidayat 1986 yang menjelaskan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target kuantitas, kualitas dan waktu telah tercapai, dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya. Pelindungan berbasis luasan melalui KKL ini dapat membantu memelihara kesehatan dan produktivitas ekosistem, di samping menjamin keberlanjutan pembangunan sosial dan ekonomi. Keberadaan KKL juga dapat membantu memelihara kisaran penuh variasi genetik yang sangat penting untuk mengamankan populasi-populasi spesies kunci, keberlanjutkan proses-proses evolusi dan menjamin daya-pulih resilience mereka dalam menghadapi gangguan alami dan pemanfaatan oleh manusia IUCN, 1999; NRC, 2001; Agardy Wolfe, 2002; Agardy Staub, 2006; Mora et al., 2006; Parks et al., 2006; IUCN-WCPA, 2008. Kawasan konservasi bila dirancang dengan benar dan dikelola secara efektif, maka kawasan tersebut akan berperan penting dalam melindungi ekosistem dan sumber dayanya IUCN-WCPA, 2008. Karena peran ini, beragam lembaga dan badan pemerintah dan publik meletakkan harapan yang tinggi kepada KKL dalam memelihara atau memulihkan fungsi-fungsi ekosistem dan keanekaragaman hayati laut, di samping untuk meningkatkan kondisi sosio- ekonomi sebagai hasil dari peningkatan produksi perikanan yang meningkatkan pendapatan dan ketahanan pangan Parks et al., 2006. Meskipun demikian, seringkali harapan badan-badan pemerintah dan publik tentang apa yang bisa diberikan oleh KKL tidak realistis, dikarenakan oleh pemberitaan sensasional tentang manfaat KKL bagi masyarakat pesisir Agardy Wolfe, 2002; Parks et al., 2006. Efektivitas pengelolaan adalah “tingkat sejauh mana kegiatan pengelolaan mencapai tujuan-tujuan yang dinyatakan oleh suatu KKL Hockings et al., 2000, 2006. Pada setiap KKL, ada beragam hal seperti faktor-faktor biofisik, tata-kelola dan sosio-ekonomi, yang dapat secara langsung maupun tidak-langsung mempengaruhi kinerja pengelolaan secara menyeluruh, dan tingkat sejauh mana KKL yang sedang dikelola, dapat mempengaruhi perubahan pada beberapa atau semua faktor terkait Parks et al., 2006. Jadi, proses untuk mengevaluasi efektivitas pengelolaan melibatkan tinjauan terhadap tiga faktor biofisik, sosio- ekonomi dan tata-kelola yang mempengaruhi pengelolaan kawasan Gambar 2. Gambar 2. Kerangka kerja konseptual efektivitas pengelolaan kawasan konservasi laut EPKKL Tinjauan berulang terhadap efektivitas pengelolaan juga dapat membantu para pengelola untuk mendokumentasikan kinerja upaya-upaya pengelolaan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan KKL dan memberikan gambaran tentang kemajuannya kepada para pengambil keputusan dan pemangku kepentingan Pomeroy et al., 2004. Lebih jauh lagi, pelibatan masyarakat dalam proses tinjauan, juga akan memperkuat dukungan publik dan membangun rasa saling percaya. Suatu tinjauan yang baik adalah tinjauan yang secara maksimum mengidentifikasi semua kendala untuk melakukan pengelolaan secara efektif dimana badan pengelola dapat menggunakannya untuk menjawab tantangan atau kendala yang dihadapinya.