Oseanografi pesisir dan laut

2 Batimetri Batimetri perairan kawasan mengacu pada Peta Lingkungan Laut Nasional Skala 1 : 500.000 Peta LLN-40 yang dikeluarkan oleh DIHIDROS tahun 1993 menunjukkan bahwa kedalaman perairan kawasan konservasi Aru Tenggara dikategorikan sebagai perairan dangkal. Kelandaian perairan yang dihitung terhadap kontur kedalaman referensi 200 meter menunjukkan bahwa kelandaian perairan kawasan adalah yang paling rendah dari kawasan lainnya, berkisar antara 0,03 – 0,18 dapat dikategorikan sebagai perairan yang landai. Kelandaian minimum dijumpai pada kawasan perairan bagian Barat dan Selatan sementara maksimum berada pada perairan pantai Timur Gambar 16. 3 Transparansi perairan Transparansi atau kecerahan perairan adalah kemampuan perairan untuk meloloskan cahaya matahari ke dalam kolom air sangat bergantung dari kandungan padatan tersuspensi, sudut matahari dan jenis awan. Tingkat kecerahan perairan dikategorikan atas : 1 Buruk 0 – 5 m ; 2 Sedang 6 – 10 m dan 3 ; Tinggi 11 m. Berdasarkan kategori tersebut maka tingkat kecerahan perairan Kecamatan Aru Selatan dapat dikategorikan sebagai kecerahan rendahburuk sampai sedang. Kandungan padatan tersuspensi TSS di perairan berkisar antara 0,34 – 0,47 mgl dengan nilai rerata sebesar 0,39 mgl. Nilai TSS minimum dijumpai pada perairan pesisir Pulau Enu dan Karang sementara konsentrasi maksimum berada di perairan pesisir Pulau Jeh, P. Mar, P. Marjinjin, P. Jeudin dan P. Kultubai Selatan. 4 Arus Berdasarkan katakteristik perairan, maka perairan bagian barat dan timur Kabupaten Aru memiliki dinamika yang berbeda. Perairan bagian barat merupakan perairan dalam dan sangat dipengaruhi oleh sirkulasi perairan sekitarnya termasuk perairan laut Banda sedangkan perairan bagian timur umumnya dangkal dan mendapat pengaruh dari daratan Papua. Gambar 16 Pe ta batim etr i k awasan k on se rva si Ar u T en ggar a Pola pergerakan massa air permukaan di perairan kawasan sangat tergantung kepada kekuatan dan pola angin yang bertiup di wilayah tersebut. Dengan demikian pola gerakan arus dan kekuatannya bervariasi secara musiman. Pada bulan Januari musim barat kecepatan arus Ekman yang dibangkitkan oleh tiupan angin di perairan kawasan konservasi Aru Tenggara berkisar antara 0,33 – 0,70 mdet dengan arah gerakan ke arah timur. Pada bulan April dan Oktober yang merupakan bagian dari musim pancaroba I dan II, kecepatan arus Ekman masing- masing berkisar antara 0,11 – 0,54 mdet dan 1,36 – 1,42 mdet, sedangkan pada bulan Juli musim timur arus Ekman cenderung bergerak ke arah barat hingga barat laut dengan kecepatan berkisar antara 2,33 – 2,46 mdet. Kuatnya arus Ekman pada musim timur disebabkan karena angin muson tenggara bertiup dengan kekuatan maksimum pada bulan Juli-Agustus. Berdasarkan hasil pengukuran arus pada bulan Mei 2010 dengan menggunakan Acoustic Doppler Current Profile ADCP Frekwensi 75 khz pada bagian selatan perairan diperoleh bahwa pada permukaan perairan 0 m rata-rata kecepatan arus adalah 0,40 – 0,67 mdet. Di kedalaman sekitar 25 m, arus umumnya bergerak ke arah tenggara hingga barat daya dengan rata-rata kecepatan antara 0,42 – 0,50 sedangkan pada kedalaman 40 m kecepatannya berkisar antara 0,37 mdet Gambar 17 dan 18. Gambar 17 Pola arus pada kedalaman 15, 20 dan 24 m pada bulan Mei di perairan Aru bagian Timur Posisi 07 o 02’ 44,58’ LS; 134 o 29’ 32,874’ BT pada tanggal 22 Mei 2010 15 20 24 Kecepatan arus 1000 13:34:32 PM 14:14:10 PM 07 08,750 LS; 135 10,350 BT o o 07 o ’ , ’ LS; o ’ , ’ BT Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan diperoleh bahwa kecepatan arus pasut bervariasi antara 0,11 – 1,15 mdet dengan kecepatan rerata 0,50 mdet. Kecepatan arus minimum berada di perairan Kultubai Selatan sementara kecepatan maksimum dijumpai pada perairan sekitar Pulau Enu, Pulau Karang serta Pulau Batu Goyang. Gambar 18 Pola arus pada kedalaman 15, 25, 30, 35, dan 40 m pada bulan Mei di perairan Aru bagian Timur Posisi 06 o 53’13,782”LS; 134 o 34’44,572”BT pada tanggal 23 Mei 2010 5 Gelombang Energi angin sebagai pembangkit gelombang utama di laut pada bulan Agustus dapat mencapai kecepatan maksimum 24 knot dan diestimasi mampu menghasilkan tinggi gelombang signifikan maksimum setinggi 4,5 meter dengan periode T 7,9 detik dan durasi 15 jam di perairan Kabupaten Kepulauan Aru termasuk perairan Kecamatan Aru Selatan. Besarnya energi gelombang yang dihasilkan dapat mencapai 12,697 Nm atau setara dengan daya sebesar 78.237 N.ms per meter. Berdasarkan gambar pola sebaran tinggi gelombang signifikan berdasarkan data Citra Satelit TopexPoisedon terlihat bahwa tinggi gelombang di perairan ini cenderung tinggi pada musim barat Januari dan timur Juli dimana rata-rata tinggi gelombang dapat mencapai 1,2 m dan umumnya lebih tinggi dari perairan Aru Utara dan Tengah. Pada bulan musim pancaroba I dan II, laut cenderung lebih tenang dengan tinggi gelombang kurang dari 0,5 m Gambar 19. Gambar 19 T in ggi gelom b an g si gn ifik an p ad a tanggal 8 Jan u ar i, 16 Mar et, 28 Ju li , d an 25 Ok tober 2010 Berdasarkan letak posisi kawasan terhadap arah datangnya angin maka perairan sepanjang pantai Timur dan Selatan kawasan mengalami tekanan gelombang yang intensif sementara di bagian teluk dan selat serta perairan bagian Barat relatif terlindung dari terjangan gelombang. 6 Suhu dan Salinitas 1 Suhu Berdasarkan pola sebaran suhu permukaan terlihat bahwa massa air perairan kawasan konservasi umumnya lebih dingin pada musim timur dan musim pancaroba II bila dibandingkan dengan musim barat dan musim pancaroba I. Pada bulan Agustus dan Oktober, rata-rata bulanan suhu permukaan laut masing-masing berkisar antara 26,2 - 26,4 o C dan 27,.9 - 28 o C. Di bulan Januari, massa air terilhat cukup hangat dimana rata-rata bulanan suhu berkisar antara 29,9 - 30 o C sedangkan bulan Maret, rata-rata bulanan suhu sekitar 28,9 o C Gambar 20. Sebaran vertikal suhu perairan berdasarkan pengamatan pada bulan Mei 2010 menunjukkan bahwa, pada bagian timur perairan, suhu perairan terlihat homogen hingga dasar perairan sedangkan di perairan bagian selatan, memperlihatkan adanya stratifikasi suhu perairan dimana pada kedalaman 30 m, suhu mengalami penurunan secara tajam. Pola sebaran tersebut menunjukkan bahwa perairan bagian timur kemungkinan mengalami percampuran sempurna sehingga massa air dasar memiliki suhu yang hampir sama. 2 Salinitas Sebaran salinitas di perairan bagian timur dan selatan kawasan berdasarkan hasil pengukuran CTD pada bulan Mei 2010 juga memperlihatkan bahwa salinitas pada lapisan permukaan berkisar antara 33, 2 – 33,7 psu Gambar 21. Di bagian Timur perairan, salinitas terlihat homogen hingga dasar perairan kedalaman 38 m yakni sekitar 33,7 psu sedangkan di bagian selatan sebaran salinitas memperlihatkan kecilnya variasi salinitas antara permukaan hingga dasar perairan 59 m. Pada permukaan perairan nilai salinitasnya 32,2 psu dan meningkat menjadi 34,0 psu pada kedalaman 35 m dan selanjutnya meningkat menjadi 34,2 psu pada kedalaman 59 m. 100 Gambar 20 Sebaran rerata bulanan suhu permukaan laut o C pada bulan Januari, Maret, Agustus dan Oktober 2010 di perairan Kabupaten Kepulauan Aru. Berdasarkan sebaran vertikal tersebut terlihat bahwa pada bagian timur merupakan perairan yang mengalami proses percampuran massa air secara sempurna. Menurut Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003, menyatakan bahwa salinitas adalah konsentrasi total ion yang terdapat di perairan. Selanjutnya dikemukakan bahwa salinitas tersebut merupakan gambaran padatan total di dalam air, setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan dengan klorida, dan semua bahan organik telah dioksidasi. 7 Oksigen terlarut DO Oksigen terlarut merupakan parameter penting yang dibutuhkan oleh semua organisme perairan, seperti ikan. Ketidakhadiran oksigen dalam perairan akan sangat berbahaya bagi kehidupan akuatik. Kebanyakan ikan pada beberapa perairan tercemar mati, bukan karena toksisitas bahan buangan secara langsung tetapi karena kekurangan oksigen dalam perairan. Hasil analisis kandungan oksigen terlarut pada perairan sekitar kawasan konservasi Aru Tenggara berkisar antara 4,07 – 4,90 mgl Gambar 22. Gambar 22 Kandungan oksigen terlarut pada perairan sekitar kawasan konservasi Aru Tenggara November, 2010 Secara keseluruhan sebaran kandungan oksigen terlarut dalam perairan tidak terlalu bervariasi. Diketahui bahwa sumber oksigen terlarut dalam perairan adalah berasal dari difusi oksigen atmosfer dan dari aktivitas fotosintesis tumbuhan akuatik. Gambar 21 S eb ar an sal in itas p su di p er airan L au t A ru p ad a b u lan Nove m b er i 2010 8 Kandungan Nitrat NO 3 Nitrat adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob. Oksidasi amonia menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas, sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh bakteri Nitrobacter. Kedua jenis bakteri ini merupakan bakteri kemotrofik, yaitu bakteri yang mendapatkan energi dari proses kimiawi. Nitrat yang merupakan sumber nitrogen bagi tumbuhan, selanjutnya dikonversi menjadi protein. Sebagian besar nitrogen yang terlibat dalam proses biologi berasal dari atmosfer. Nitrogen dari atmosfer yang difiksasi oleh makluk hidup berada dalam keseimbangan dengan nitrogen yang dilepaskan oleh mikroba pada proses dekomposisi Effendi, 2003. Nitrat dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesuburan perairan. Perairan oligitropik memiliki kandungan nitrat antara 0 - 1 mgl artinya perairan tersebut miskin zat hara, sedangkan perairan eutropik adalah perairan dengan kisaran nitrat antara 5 - 50 mgl. Hasil pengukuran kandungan nitrat di perairan sekitar kawasan konservasi Aru Tenggara berkisar antara 2,60 - 4,00 mgl Gambar 23, nilai-nilai ini menunjukkan bahwa perairan sekitar CAL Aru Tenggara termasuk kategori perairan mesotropik yaitu perairan dengan kisaran nitrat 1 - 5 mgl. Sedangkan bila dikaji dengan pendekatan Kepmen.LH.No.512004, menunjukkan bahwa kisaran yang diperoleh ini ternyata sudah lebih besar dari nilai NO 3 yang diperuntukan bagi biota-biota laut yaitu 0,008 mgl. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan aktivitas yang menghasilkan banyak bahan organik. Gambar 23 Kandungan nitrat pada perairan sekitar kawasan konservasi Aru Tenggara November, 2010 9 pH Selanjutnya dibandingkan parameter suhu dan salinitas, variasi nilai pH pada ke tujuh lokasi pengamatan sangat kecil. Kisaran nilai pH air laut pada perairan sekitar kawasan konservas Aru Tenggara yang diperoleh berkisar antara 7,21 - 8,69 Gambar 24. Kisaran nilai pH seperti ini masih berada dalam kisaran yang ditoleransi oleh organisme laut yaitu 7 - 8,5 Kepmen.LH.No.512004. Mackereth et al.1989 dalam Effendi 2003, mengemukakan bahwa pH juga berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas. Pada pH 5, alkalinitas dapat mencapai nol. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas. Larutan yang bersifat asam yaitu larutan dengan pH rendah bersifat korosif. pH juga dapat mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Senyawa amonium yang dapat terionisasi banyak ditemukan pada perairan yang memiliki pH rendah. Amonium bersifat tidak toksik, namun pada suasana alkalis pH tinggi lebih banyak ditemukan amonia yang tidak terionisasi dan bersifat toksik. Amonia yang tidak terionisasi ini lebih mudah terserap ke dalam tubuh organisme akuatik dibandingkan dengan amonium. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH berkisar antara 7 - 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi. Gambar 24 Sebaran nilai pH pada perairan sekitar kawasan konservasi Aru Tenggara November, 2010 10 Kandungan Fosfat PO 4 Unsur nutrien lain yang berperan dalam siklus hara di ekosistem perairan laut adalah fosfat PO 4 . Dalam perairan, unsur fosfat tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen, melainkan dalam bentuk senyawa anorganik yang terlarut ortofosfat dan polifosfat dan senyawa organik yang berupa partikulat Effendi, 2003. Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan Dugan, 1972 dalam Effendi, 2003. Karakteristik fosfor sangat berbeda dengan unsur-unsur utama lain yang merupakan penyusun biosfer karena unsur ini tidak terdapat di atmosfer. Hasil pengamatan fosfat PO 4 di perairan sekitar kawasan konservasi Aru Tenggara berkisar antara 0,05 - 0,52 mgl, gambaran sebaran tiap stasiun pengamatan dapat dilihat pada Gambar 25. Berdasarkan Kepmen LH.No 512004, kisaran nilai fosfat bagi kelangsungan hidup biota laut adalah 0,015 mgl, dengan demikian hasil pengukuran kandungan fosfat pada perairan sekitar kawasan konservasi Aru Tenggara menunjukkan bahwa perairan ini berada dalam kondisi eutrofik. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan kandungan bahan organik dalam perairan, sehingga membuat perairan kaya akan unsur hara. Gambar 25 Kandungan fosfat pada perairan sekitar kawasan konservasi Aru Tenggara November, 2010 11 Kandungan Unsur Ferro Fe Keberadaan besi pada kerak bumi menempati posisi keempat terbesar. Besi ditemukan dalam bentuk kation ferro Fe ++ dan ferri Fe 3+ . Pada perairan alami dengan pH sekitar 7 dan kadar oksigen terlarut yang cukup, ion ferro yang bersifat mudah larut dioksidasi menjadi ion ferri. Kadar besi pada perairan yang, mendapat cukup aerasi aerob hampir tidak pernah lebih dari 0,3 mgl Rump dan Krist, 1992 dalam Effendi, 2003. Kadar besi pada perairan alami berkisar antara 0,05 - 0,2 mgl Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003. Hasil pengukuran kandungan besi pada perairan sekitar kawasan konservasi Aru Tenggara berkisar antara 0,00 – 0,06 mgl Gambar 26. Kisaran nilai ini masih termasuk kisaran nilai ferro besi pada perairan alami. Kisaran nilai suhu, salinitas, kadar oksigen terlarut, pH, dan zat hara tersebut berada dalam batas normal dan layak untuk berbagai kepentingan pengembangan perikanan, terutama perikanan budidaya, terhadap komoditas tertentu pilihan, wisata bahari, dan konservasi. Bahkan nilai kualitas perairan tersebut tergolong optimal bagi perikanan pelagis kecil maupun pelagis besar. . Gambar 26 Kandungan ferro Fe ++ pada perairan sekitar kawasan konservasi Aru Tenggara Mei, 2010

4.3.3 Ekosistem Pulau

1 Letak dan dimensi pulau Kawasan konservasi Aru Tenggara dengan luas 114.000 ha tercakup di dalamnya 7 pulau kecil yakni Pulau Enu, P. Karang , P. Kultubai Selatan, P. Jeh, P. Mar, P. Jeudin dan P. Marjinjin Gambar 27. Tiga pulau diantaranya merupakan pulau kecil terluar perbatasan dari 8 pulau perbatasan yang ada di Kabupaten Kepulauan Aru, termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Aru Tengah Selatan dan Kecamatan Aru Selatan Timur. Sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 78 tahun 2005 tentang Pulau-pulau Perbatasan, maka Pulau Enu, P. Karang dan P. Kultubai Selatan merupakan bagian dari 92 pulau-pulau yang termasuk ke dalam kategori pulau-pulau perbatasan antara Indonesia dengan Australia, dengan demikian nilai kepentingan negara atas keberadaan teritorial negara di pulau-pulau ini harus dijaga dan dilindungi dari kerusakannya karena akan berakibat terhadap berkurangnya batas kedaulatan negara jika pulau-pulau ini mengalami degradasi. Berdasarkan ukuran pulau maka berdasarkan defenisi pulau pulau kecil dalam Pedoman Umum Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Kepmen No. 41 tahun 2000 mendefinisikan pulau kecil sebagai kumpulan pulau-pulau yang secara fungsional saling berinteraksi dari sisi ekologis, ekonomi, sosial, dan budaya, baik secara individual maupun secara sinergis dapat meningkatkan skala ekonomi dari pengelolaan sumber dayanya. Sesuai pedoman itu, batasan dan karakteristik pulau-pulau kecil di kawasan konservasi Aru Tenggara dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 Pulau yang secara operasional ukuran luasnya kurang atau sama dengan 2.000 km 2 . Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pulau-pulau di kawasan ini adalah pulau-pulau dengan ukuran sangat kecil karena luasan pulau terbesar di kawasan ini adalah Pulau Jeudin yakni sebesar 16,18 km 2 atau 0,81 dari besaran luas dari defenisi pulau kecil. 2 Secara ekologis pulau-pulau di kawasan konservasi Aru Tenggara terpisah dari pulau induknya mainland island, memiliki batas fisik yang jelas, dan terpencil dari habitat pulau induk sehingga bersifat insular. 3 Mempunyai sejumlah besar jenis endemik dan keanekaragaman yang tipikal dan bernilai tinggi yakni penyu, dugong, buaya, kus-kus berkantong, kima dan berbagai jenis hewan endemik lainnya. 4 Daerah tangkapan air catchment area relatif kecil sehingga sebagian besar aliran air permukaan dan sedimen masuk ke laut. 5 Karena pulau-pulau di kawasan ini tidak berpenghuni, sedangkan masyarakat yang mengakses sumber daya ini berada pada pulau induk, sehingga memiliki karakter yang relatif sama dengan masyarakat sekitarnya. Hal ini sejalan dengan pandangan menurut Bengen, 2002, yang secara umum pulau kecil memiliki karakteristik biogeofisik yang menonjol yakni: 1 Terpisah dari habitat pulau induk mailand island, sehingga bersifat insular. 2 Memiliki sumber daya air tawar yang terbatas baik air permukaan maupun air tanah, dengan daerah tangkapan airnya relatif kecil sehingga sebagian besar aliran air permukaan dan sedimen masuk ke laut. 3 Peka dan rentan terhadap pengaruh eksternal baik alami maupun akibat kegiatan manusia, misalnya badai dan gelombang besar, serta pencemaran. a