Kebijakan nasional pembangunan perikanan

pembudidaya, pemasar ikan dan pengolah hasil laut, serta masyarakat pesisir lainnya. Direktorat konservasi dan taman nasional laut, sebagai bagian dari direktorat jenderal kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil yang mengemban Misi mengembangkan konservasi sumber daya ikan dan lingkungannya. melalui upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan yang berkelanjutan pada tingkat ekosistem, jenis dan genetik tersebut, menetapkan strategi pengelolaan konservasi sumber daya ikan dan lingkungannya dengan melakukan pengelolaan dan pengembangan konservasi sumber daya alam dan lingkungan. Sedangkan sasarannya adalah: 1 terwujudnya pengembangan kawasan konseravsi perairan seluas 3,5 juta hektar; 2 terlaksananya pengembangan konservasi jenis dan genetic di tiga wilayah biogeografi, sebanyak 4 jenis; 3 terlaksananya rehabilitasi ekosistem sumber daya ikan dan lingkungannya di 8 provinsi, 15 kabupaten dan 21 lokasi; 4 pengembangan unit pelaksana teknis UPT konservasi sumber daya ikan, sebanyak 2 UPT; 5 terlaksananya peningkatan kapasitas sumber daya manusia konservasi sumber daya ikan sebanyak 250 orang; dan 6 tersusunnya peraturan, pedoman standar dan norma tentang konservasi sumber daya ikan sebanyak 18 dokumen. Kegiatan pokok direktorat konservasi, antara lain: pengembangan konservasi kawasan perairan; pengembangan konservasi jenis dan genetik; rehabilitasi sumber daya ikan dan lingkungannya; dan pengembangan kelembagaan, kapasitas sumber daya manusia dan peraturan. Strategi pengembangan kawasan konservasi perairan yang dilakukan antara lain : 1 perluasan kawasan konservasi laut, dengan target 10 sepuluh juta hektar pada tahun 2010 dan 20 dua puluh juta hektar pada tahun 2010; 2 replikasi kawasan; 3 kawasan representasi; 4 melakukan pendekatan ilmiah, termasuk: eco-regional, resilient, and resistant principles; 5 memantapkan jaringan global dan kerjasama dalam pengelolaan KKP; 6 implementasi kolaborasi pengelolaan dalam kerjasama antar pemerintah, masyarakat dan organisasi non pemerintah LSM; 7 penguatan pengelolaan KKP melalui program pengembangan kapasitas capacity building; 8 Pengembangan mekanisme pendanaan, serta berbagai kegiatan pembinaan dan pengembangan masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi secara berkelanjutan. Untuk menjembatani Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran strategis pembangunan perikanan di kawasan konservasi perairan maka rumusan kebijakan dan rincian program serta kegiatan implementasi akan dijabarkan berdasarkan bidang. 1 Kebijakan yang diamanatkan dalam Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah serta Keputusan Menteri. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Undang-undang ini mengatur semua aspek yang berkaitan dengan konservasi, baik ruang maupun sumber daya alamnya, sebagaimana ditegaskan dalam bagian penjelasan-nya, bahwa undang-undang ini bertujuan untuk mengatur perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya agar dapat menjamin pemanfaatannya bagi kesejahteraan masyarakat dan peningkatan mutu kehidupan manusia. Pasal 1 angka 7 menyatakan bahwa satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat dan atau di air, dan atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia. Pengertian konservasi menurut undang-undang ini adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Konservasi dilakukan melalui kegiatan : a perlindungan sistem penyangga kehidupan ; b pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; dan c pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya Pasal 5. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan memuat ketentuan mengenai konservasi di kawasan hutan. Pasal 1 angka 2 undang-undang ini menyatakan bahwa yang dimaksud dengan hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Selanjutnya Pasal 7 menyatakan bahwa hutan konservasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 2 huruf a terdiri dari: a kawasan hutan suaka alam, b kawasan hutan pelestarian alam, dan c taman buru. Walaupun ketentuan konservasi ini masih berorientasi daratan namun prinsip-prinsip pengaturan mengenai konservasi secara analogi dimungkinkan untuk diterapkan pada kawasan konservasi di perairan, khususnya untuk memberikan perlindungan hukum terhadap ekosistem yang menjadi habitat satwa langka. Sepanjang berkaitan dengan pengelolaan kawasan konservasi sebagai suatu kesatuan ekosistem, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan mengatur penetapan status hukum kawasan lautnya. Secara khusus undang-undang ini memberikan wewenang kepada Menteri untuk menetapkan status suatu bagian laut tertentu sebagai kawasan Suaka Alam Perairan, Taman Nasional Perairan, Taman Wisata Perairan, atau Suaka Perikanan. Penetapan status kawasan-kawasan laut tersebut bertujuan untuk melindungi dan melestarikan sumber-sumber kekayaan alam hayati dan ekosistemnya. Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan menyatakan bahwa dalam rangka mendukung kebijakan pengelolaan sumber daya ikan, Menteri menetapkan: n …..; o rehabilitasi dan peningkatan sumber daya ikan serta lingkungannya; p …..; q suaka perikanan; r …; s…; dan t jenis ikan yang dilindungi. Pasal 7 ayat 5, Menteri menetapkan jenis ikan dan kawasan perairan yang masing-masing dilindungi, termasuk taman nasional laut, untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, pariwisata, danatau kelestarian sumber daya ikan danatau lingkungannya. Penjelasan Pasal 7 ayat 5: y ang dimaksud dengan “jenis ikan” adalah: Pisces ikan bersirip; Crustacea udang, rajungan, kepiting , dan sebangsanya; Mollusca kerang, tiram, cumi- cumi, gurita, siput, dan sebangsanya; Coelenterata ubur-ubur dan sebangsanya; Echinodermata taripang, bulu babi dan sebangsanya; Amphibia kodok dan sebangsanya; buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air dan sebangsanya; Mammalia paus, lumba-lumba, pesut, duyung dan sebangsanya; Algae rumput laut dan tumbuhan lain yang hidupnya di dalam air; dan biota perairan lainnya yang ada kaitannya dengan jenis-jenis tersebut di atas, semuanya termasuk bagian-bagian dan ikan yang dilindungi. Selanjutnya Pasal 13 ayat 1 menyatakan bahwa dalam rangka pengelolaan sumber daya ikan, dilakukan upaya konservasi ekosistem, konservasi jenis ikan, dan konservasi genetika ikan. Selanjutnya Pasal 14 ayat 1 menyatakan bahwa pemerintah mengatur danatau mengembangkan pemanfaatan plasma nutfah yang berkaitan dengan sumber daya ikan dalam rangka pelestarian ekosistem dan pemuliaan sumber daya ikan. Pasal 14 ayat 2, setiap orang wajib melestarikan plasma nutfah yang berkaitan dengan sumber daya ikan. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 18 ayat 1 menyatakan bahwa daerah yang memiliki wilayah laut diberikan kewenangan untuk mengelola sumber daya di wilayah laut. Selanjutnya Pasal 18 ayat 3 menyatakan bahwa kewenangan daerah untuk mengelola sumber daya di wilayah laut sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut, pengaturan administratif, pengaturan tata ruang, penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah atau yang dilimpahkan kewenangannya oleh pemerintah; ikut serta dalam pemeliharaan keamanan dan ikut serta dalam pertahanan kedaulatan negara. Nomenklatur kawasan sebagaimana termuat di dalam Undang-Undang Perikanan Nomor 31 Tahun 2004. Sepanjang menyangkut urusan kelautan dan perikanan, Menteri Kelautan dan Perikanan berwenang untuk menetapkan perairan tertentu sebagai Kawasan Suaka Alam Perairan, Taman Nasional Perairan, Taman Wisata Perairan, atau Suaka Perikanan Pasal 7 ayat 1 dan penjelasan Pasal 13 ayat 1. Dalam hal ini Kawasan Suaka Alam Perairan dan Suaka Perikanan identik dengan Kawasan Suaka Alam sebagaimana yang dimaksud oleh Pasal 6 Peraturan Pemerintah. Selanjutnya, pengertian Taman Nasional Perairan dan Taman Wisata Perairan di dalam Undang-Undang Perikanan identik dengan Kawasan Pelestarian Alam sebagaimana yang dimaksud oleh Pasal 30 Peraturan Pemerintah. Kerjasama internasional dalam konservasi sangat diperlukan terutama untuk mencegah kepunahan atau terancamnya jenis dan ekosistem dari kepunahan yang disebabkan oleh pengelolaan dan pemanfaatan yang tidak berkelanjutan. Beberapa konvensi internasional terkait dengan konservasi yang mengikat secara hukum diantaranya adalah CITES, Ramsar dan CBD. Indonesia telah meratifikasi Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna CITES yang ditandatangani di Washington, D.C. tahun 1973 dan telah berlaku secara efektif sejak tahun 1975. Konvensi tersebut telah menjadi hukum nasional melalui ratifikasi dengan Keputusan Presiden Nomor 43 tahun 1978. Selanjutnya ketentuan CITES merupakan kewajiban bersama dalam pelaksanaannya namun harus didasari oleh peraturan perundang-undangan nasional yang mewadahi. Dalam article VIII CITES disebutkan bahwa setiap negara anggota konvensi wajib mempunyai legislasi nasional peraturan perundang-undangan yang mewadahi untuk pelaksanaan CITES dengan efektif, yang dapat memberikan mandat kepada setiap negara anggota untuk 1 menunjuk satu atau lebih otoritas pengelola management authorities yang berkompeten untuk menerbitkan izin atau sertifikat atas nama negara, dan satu atau lebih otoritas keilmuan scientific authorities untuk memberikan pendapatnasihat kepada otoritas pengelola; 2 dapat melarang semua kegiatan yang melanggar ketentuan konvensi terkait dengan jenis-jenis yang termasuk dalam appendix; 3 dapat menghukum pelanggaran-pelanggaran tersebut; dan 4 dapat melakukan penyitaan terhadap specimen yang terlibat di dalam pelanggaran. Keempat prasyarat tersebut harus dapat dipenuhi oleh legislasi yang ada, jika tidak maka CITES dapat memberikan sanksi berupa “isolasi” atau embargo perdagangan jenis-jenis yang masuk kontrol CITES. Konvensi lain yang terkait dengan konservasi adalah Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati atau Convention on Biological Diversity CBD, yang mengatur tentang konservasi keanekaragaman hayati, pemanfaatan yang berkelanjutan dari keanekaragaman hayati serta pembagian yang adil terhadap pemanfaatan genetik. 2 Program dan kegiatan pembangunan perikanan Ditemukan sebanyak 48 programkegiatan yang ditetapkan pemerintah pusat dalam pembangunan perikanan di Indonesia Tabel 30. Kegiatan-kegiatan ini dirincikan berdasarkan 9 bidang yakni bidang perikanan tangkap 6 programkegiatan; perikanan budidaya 5 programkegiatan; pengawasan SDA 3 programkegiatan; rehabilitas dan konservasi SDA 9 programkegiatan; hukum, sosial dan ekonomi 3 programkegiatan; kelembagaan dan ekonomi 5 programkegiatan; kualitas produk dan pemasaran 5 programkegiatan; sistem informasi 2 programkegiatan; penelitian dan pengembangan 5 program kegiatan; dan bidang pulau-pulau kecil perbatasan 5 programkegiatan. Tabel 30 Kebijakan nasional pembangunan perikanan No Bidang KebijakanProgramKegiatan 1 Peningkatan usaha perikanan skala kecil; 2 Peningkatan mutu, nilai tambah dan pengembangan produk hasil perikanan; 3 Pengembangan pelabuhan perikanan dan kapal perikanan; 4 Revitalisasi industri pengolahan hasil perikanan; 5 Pengembangan kerja sama regional dan internasional; 6 Peningkatan tata pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan 1 Peningkatan mutu, nilai tambah dan pengembangan produk hasil perikanan; 2 Pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar; 3 Pengembangan sistem pembenihan, produksi, usaha pengelolaan kesehatan ikan; 4 Pengembangan kerja sama regional dan internasional; 5 Rehabilitasi sumber daya kawasan budidaya. 1 Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengawasan 2 Pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan; 3 Pengawasan dan pengelolaan ekosistem dan jasa kelautan. 1 Pengelolaan dan pengembangan konservasi laut serta rehabilitasi ekosistem 2 Penataan ruang laut, pesisir dan pulau-pulau kecil; 3 Pemeliharaan dan peningkatan pengelolaan ekosistem laut, pesisir dan PP. kecil; 4 Peningkatan keselamatan, mitigasi bencana alam laut, dan prakiraan iklim laut; 5 Pengembangan dan Peningkatan Akses InformasiSDA dan LH 6 Peningkatan Efektivitas Pengelolaan, Konservasi dan Rehabilitasi SDA 7 Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran LH 8 Penataan Kelembagaan, Penegakan Hukum Pengelolaan SDA dan Pelestarian LH 9 Peningkatan Peran Masyarakat dalam PengelolaanSDA dan Pelestarian LH 1 Peningkatan akses permodalan dan investasi; 2 Penataan dan penegakan hukum; 3 Percepatan penyelesaian kesepakatan dan batas wilayah laut dengan negara 1 Pemberdayaan masyarakat kelautan dan perikanan; 2 Penyelenggaraan diklat perikanan; 3 Pengembangan penyuluhan budidaya dan pemasaran produk perikanan; 4 Peningkatan kemitraan dalam pengelolaan sumber daya laut, pesisir dan PP kecil; 5 Pembinaan dan bimbingan pelaksanaan pembangunan mulai dari perencanaan; 1 Peningkatan akses pasar; 2 Peningkatan promosi produksi perikanan dalam dan luar negeri; 3 Pengembangan sistem karantina ikan; 4 Peningkatan mutu hasil perikanan; 5 Peningkatan distribusi dan pemasaran hasil perikanan. 1 Pengembangan sistem informasi dan data statistik; 2 Kampanye gemar makan ikan; 1 Diseminasi dan asimilasi hasil riset dan pengembangan IPTEK 2 Riset dan pengembangan IPTEK tepat guna; 3 Peningkatan kapasitas sumberdaya riset kelautan dan perikanan; 4 Membangun wawasan kelautanmaritim bagi generasi muda; 5 Peningkatan peran generasi muda di bidang kelauatan dan perikanan; 1 Pengembangan kawasan perbatasan berbasis kesejahteraan dan keamanan secara serasi. 2 Mengembangkan pusat pertumbuhan ekonomi di kecamatan perbatasan Negara RI 3 Meningkatkan perlindungan SDA, serta mengembangkan kawasan budidaya secara 4 Meningkatkan kualitas SDM melalui pemb. di bidang pendidikan, kesehatan, 5 Meningkatkan kerjasama di bidang sosekbud dan keamanan dengan negara-negara Sistem informasi Penelitian dan Pengembangan Pulau-Pulau Kecil Perbatasan 7 8 9 10 6 Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya Pengawasan SDA Rehabilitas, Konservasi SDA Hukum, Sosial dan Ekonomi Kelembagaan dan SDM 1 2 3 4 5 Kualitas Produk dan Pemasaran Dari 48 kegiatan yang ditetapkan dalam programkegiatan pembangunan perikanan dan kelautan oleh pemerintah pusat, 26 29,2 dikategorikan dalam kebijakan sosial, 25 28,3 kebijakan ekonomi, 16 18 untuk kebijakan lingkungan, 7 7,9 untuk kebijakan politik dan 15 16,9 diperuntukan bagi kebijakan hukum Gambar 55. Gambar 55 Programkegiatan nasional pembangunan perikanan yang ditetapkan A, dan implementasi di kawasan konservasi Aru Tenggara B. Hasil observasi dan wawancara dengan masyarakat kawasan disesuaikan dengan dokumentasi laporan tahunan dan kegiatan implementasi pemerintah pusat di kawasan konservasi Aru Tenggara, ditemukan sebanyak 5 kegiatan 10,2 dari 48 kegiatan, terdiri dari 3 6,3 kegiatan dari kebijakan yang menjawab permasalahan sosial dan 1 2,1 kegiatan menjawab permasalahan ekonomi serta 1 2,1 kegiatan yang menjawab persoalan hukum yakni pengawasan terhadap kegiatan penangkapan ilegal di kawasan. Seluruh kegiatan dimaksud tertuang di dalam bentuk dana perbantuan yang diimplementasikan oleh DKP Provinsi Maluku dan DKP Kabupaten Kepulauan Aru. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa implementasi kebijakan belum sepenuhnya diarahkan secara baik, bahkan kebijakan yang diperuntukan bagi pemeliharaan ekosistem tidak terimplementasikan. Menurut FAO, 2008 menyatakan bahwa kerangka kebijakan bukan hanya ditujukan bagi kepentingan sosial, ekonomi masyarakat, namun juga harus memperhitungkan pemeliharaan ekosistem, Kebijakan yang dilakukan harus dilakukan melalui upaya manajemen yang bertanggung jawab Garcia, 1994; FAO, 1995a, terpadu dan partisipatif memperhitungkan interaksi Di tetapkan A Di implementasikan B sumber daya perikanan dengan ekosistem dan aktivitas masyarakat. Kebijakan yang benar adalah kebijakan yang membantu mengatasi ketidakpastian dalam pengelolaan sumber daya perikanan Francis dan Shotton, 1997; Charles, 2001. Berdasarkan perspektif sosial, ekonomi dan kelembagaan dalam pendekatan kehati-hatian mengisyaratkan kebutuhan untuk memperhitungkan dampak yang lebih luas, termasuk a dampak yang timbul dalam pemanfaatan sumber daya perikanan sehingga menyebabkan penurunan sumberdaya dan degradasi ekosistem, b dampak yang ditimbulkan akibat aspek dari luar seperti sektor sosial dan ekonomi yang mungkin berdampak negatif terhadap sumberdaya perikanan, dan c dampak yang timbul dalam pelaksanaan pengelolaan ekosistem itu sendiri FAO, 2008.

6.3.2 Kebijakan pembangunan perikanan di Provinsi Maluku

1 Kebijakan umum Dalam revisi rencana Strategis Pembangunan Perikanan dan Kelautan di Maluku, telah digariskan Kebijakan dan Strateginya Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Maluku, 2010. Pembangunan perikanan dan kelautan Maluku selain diharapkan dapat mengatasi permasalahan perikanan dan kelautan, juga diharapkan dapat meningkatkan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di daerah melalui pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan. Di sisi lain, pembangunan perikanan dan kelautan Maluku dituntut untuk terus menjaga kelestarian sumber dayanya. Memperhatikan hal tersebut maka kebijakan pembangunan perikanan dan kelautan yang ditempuh adalah: a Pengendalian perikanan tangkap, pengembangan budidaya perikanan dan peningkatan nilai tambah melalui perbaikan mutu dan pengembangan produk yang mengarah pada pengembangan industri perikanan dan kelautan yang terpadu berbasis masyarakat; b Peningkatan pengawasan dan pengendalian sumber daya perikanan dan kelautan melalui penerapan sistem monitoring, controlling, dan surveillance MCS, sistem pengawasan masyarakat Siswasmas, serta perangkat pendukung untuk operasionalnya; c Pengelolaan dan pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan, serta pemberdayaan masyarakat sekitarnya; d Mendorong penetapan batas wilayah kelola laut dan implementasi kewenangan di laut, revitalisasi hukum adat dan kearifan tradisional; e Pengembangan komoditas perikanan dan kelautan yang unggul dan berkelanjutan serta meningkatkan promosi, dan market intelligence; f Mendorong pengembangan riset dan teknologi untuk penyediaan data dan informasi, serta peningkatan kemampuan SDM. Dengan dilandasi Visi dan Misi tersebut di atas, serta dalam rangka pencapaian sasaran jangka pendek dan jangka panjang, maka strategi pembangunan perikanan dan kelautan Propinsi Maluku yang akan ditempuh adalah: a Penguatan kapasitas SDM perikanan dan kelautan serta kelembagaannya; b Optimalisasi pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya perikanan dan kelautan; c Ekstensifikasi dan Diversifikasi produk perikanan dan kelautan; d Optimalisasi pengawasan dan penegakan hukum melalui desentralisasi kewenangan yang lebih besar; e Integrasi kelembagaan pengelola, joint venture dan kemitraan; f Efisiensi dalam alokasi dana programproyek; g Pengembangan infrastruktur dan sistem informasi perikanan dan kelautan. 2 Program dan kegiatan pembangunan perikanan di Provinsi Maluku Berdasarkan pengelompokan 10 program dan kegiatan pembangunan perikanan di Provinsi Maluku, maka bidang perikanan tangkap dan perikanan budidaya memiliki proporsi tertinggi dibandingkan dengan bidang-bidang lainnya yakni sebanyak 9 program atau kegiatan, sedangkan paling sedikit dialokasi pada bidang penelitian dan pengembangan yakni sebanyak 2 program. Hal ini menunjukkan bahwa perhatian pemerintah Provinsi lebih banyak diarahkan kepada kegiatan penangkapan karena pada kawasan tertentu masih tersedia potensi sumber daya perikanan yang melimpah. Dilain sisi upaya penyeimbangkan antara perikanan tangkap dan perikanan budidaya haruslah sejalan mengingat kawasan-kawasan tertentu yang memiliki potensi untuk pengembangan budidaya perikanan Tabel 31. Tabel 31 Program dan kegiatan pembangunan perikanan di Provinsi Maluku No Bidang KebijakanProgramKegiatan 1 Penyusunan rencana pemanfaatan potensi perikanan dan kelautan di Maluku; 2 Koordinasi intensif lintas provinsi di kawasan Timur Indonesia 3 Penetapanpengalokasian basis usaha penangkapan ikan di Provinsi Maluku; 4 Pengadaan dan pengembangan jumlah dan kapasitas armada penangkapan ikan 5 Pengadaan dan pengembangan jenis dan jumlah alat tangkap 6 Pengadaan dan pengembangan jenis dan jumlah alat bantu penangkapan 7 Pengadaan sarana penanganan Hasil Tangkapan diatas kapal ; 8 Pendayagunaan sarana dan prasarana perikanan dan kelautan 9 Pembangunan dan pengembangan pelabuhan perikanan 1 Penyusunan Rencana detail Tata Ruang Budidaya Laut; 2 Inventarisasi potensi dan spesifikasi semua komoditas potensi budidaya perikanan; 3 Pendayagunaan fungsi dan peran kelembagaan UPT daerah 4 Penyiapan masyarakat pesisir di bidang budidaya laut; 5 Pengembangan komoditas budidaya potensial spesifik lokal berbasis masyarakat pesisir; 6 Diversifikasi pengembangan budidaya perikanan air tawar dan laut; 7 Transfer teknologi budidaya ikan dan non ikani. 8 Pengembangan sarana budidaya seperti keramba jaring apung, dan rakit rumput laut 9 Peningkatan sarana dan fasilitas untuk mendukung kegiatan budidaya peraiaran; 1 Rasionalisasi perbandingan jumlah kapal penangkap ikan dengan JTB; 3 Pengawasan, pengendalian, perlindungan ekosistem pesisir dan pulau kecil; 4 Pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan 5 Pengadaan dan peningkatan sarana pengawasan 1 Perencanaan pengelolaan terpadu dan berkelanjutan sumberdaya pesisir dan pulau kecil; 2 Penggalangan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya 3 Koordinasi intensif lintas kabupatenkota untuk menyelaraskan program pengelolaan SD 4 Identifikasi kawasan-kawasan konservasi dan yang rusak; 5 Identifikasi potensi sumberdaya pulau-pulau kecil dan perbatasan; 6 Peningkatan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan konservasi dan kawasan rusak; 1 Pengembangan produksi garam untuk kegiatan pasca panen; 3 Pembuatan pilot project pengelolaan dan pengembangan produk-produk unggulan; 4 Penyiapan perangkat hukum pelayanan jasa perikanan dan kelautan; 5 Pelayanan jasa pengujian mutu ekspor perikanan dan kelautan; 6 Peningkatan dan pemantauan penegakan hukum; 7 Penggalangan kemitraan maupun investor dan koordinasi lintas mitra; 8 Penguatan ekonomi masyarakat; 1 Penyusunan rencana ketenagakerjaan aparatur perikanan dan reposisi personalia 2 Pengidentifikasian karakteristik nelayan berdasarkan pendekatan gugus pulau; 3 Penyusunan rencana peningkatan potensi sumberdaya nelayan 4 Mengikutsertakan aparatur perikanan dan kelautan pada pendidikan penjejangan; 5 Peningkatan strata pendidikan aparatur perikanan dan kelautan; 6 Peningkatan profesionalisme dan kesehatan analisis uji mutu hasil perikanan; 1 Pendayagunaan fungsi dan peran laboratorium pengujian mutu hasil perikanan 2 Penerapan program manajemen mutu terpadu pada pasca panen perikanan; 3 Pengembangan pasar produk perikanan dan kelautan; 4 Pengembangan teknologi pascapanen menyangkut pengemasan dan pemasaran; 5 Peningkatan sarana dan fasilitas untuk pendukung kegiatan pasca panen; 1 Sosialisasi tata ruang laut dalam peranannya untuk pembangunan perikanan dan kelautan; 2 Penyediaan sarana untuk mendukung pemusatan datainformasi perikanan dan kelautan; 3 Identifikasi komoditas unggulan berbasis sumberdaya perikanan berbasis gugus pulau. 1 Pengembangan pendidikan dan latihan pengelolaan terpadu SD pesisir dan pulau kecil 2 Pengembangan teknologi dan diversifikasi pengolahan dengan standar mutu baku 1 Pengembangan kawasan perbatasan sebagai ‘halaman depan’ negara 2 Mengembangkan kawasan perbatasan dengan pendekatan kesejahteraan dan keamanan 3 Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di kecamatan-kecamatanperbatasan. 10 6 7 8 9 1 2 3 4 5 Kualitas Produk dan Pemasaran Sistem informasi Penelitian dan Pengembangan Pulau-Pulau Kecil Perbatasan Kelembagaan dan SDM Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya Pengawasan SDA Rehabilitas, Konservasi SDA Hukum, Sosial dan Ekonomi Arahan kegiatan perikanan budidaya lebih banyak ditujukan kepada budidaya rumput laut, kerana selain benih alam yang tersedia, kegiatan ini sangat mudah untuk diusahakan karena tidak membutuhkan keterampilan dan pengetahuan yang mendalam, dan material untuk usaha rumput laut tidak membutuhkan biaya yang mahal sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat. Kegiatan budidaya lainnya yang telah dikembangkan di Provinsi Maluku adalah budidaya ikan kerapu dan budidaya udang windu yang berskala industri. Total kebijakan pemerintah Provinsi Maluku bagi kepentingan pembangunan perikanan dan kelautan pada 11 Kabupaten dan Kota terhitung sebanyak 54 program Gambar 56. Provinsi Maluku berdasarkan hasil evaluasi Badan Pusat Statistik tentang tingkat kemiskinan, merupakan salah satu Provinsi yang tingkat kemiskinannya tergolong tinggi, hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah terhadap kualitas kehidupan masyarakat masih tergolong rendah dan cenderung tidak menyelesaikan permasalahan yang sesungguhnya terjadi. Gambar 56 Programkegiatan pembangunan perikanan Provinsi Maluku yang ditetapkan A dan implementasi di kawasan konservasi Aru Tenggara B. Umumnya, diakui bahwa kemiskinan adalah sebuah realitas yang sistemik karena meliputi berbagai aspek determinan, seperti; keadaan wilayah, sosial ekonomi masyarakat, diri dan kepribadian manusia, serta kebijakan-kebijakan pembangunan suatu bangsa. Bahwa masing-masing faktor determinan tersebut memiliki pengaruh serta persentasi secara berbeda-beda pada setiap konteks manusia dan masyarakat yang tergolong miskin, sehingga tidak dapat Di tetapkan A Di implementasikan B