agar menggerakkan kenaikan tingkat pendapatan, sehingga usaha-usaha baik dari sumber daya laut maupun darat terus dioptimalkan R9 Gambar 54.
Kedua, ada lima komponen kunci dari peningkatan jumlah uang. Lebih banyak uang dalam masyarakat memungkinkan keluarga lebih banyak melakukan
kegiatan investasi yang menghasilkan pendapatan, agar dapat menutup biaya transportasi produk ke pasar, yang pada gilirannya meningkatkan pendapatan dari
hasil panen, dan memperkuat peningkatan uang dalam masyarakat R10. Peningkatan uang juga memiliki dampak yang positif maupun negatif di
dalam masyarakat. Dampak negatif yang terjadi dengan tingginya pendapatan akan muncul kecemburuan dalam masyarakat sehingga terjadi kesenjangan dalam
kehidupan bermasyarakat, yang pada akhirnya meningkatkan tekanan dalam masyarakat dan munculah individualisme kepentingan yang mengupayakan
keuntungan agar mendapatkan uang yang banyak. Ada empat dampak yang ditimbulkan meliputi peningkatan kecemburuan antara individu perilaku
masyarakat yang sering terjadi di kawasan sehingga berdampak terhadap hubungan sosial dan konsumsi masyarakat yang berlebihan sehingga timbul
kecemburuan sosial pada tingkat keluarga atau masyarakat, yang mengurangi tingkat kepercayaan R11 dan R12. Peningkatan pendapatan juga memungkinkan
orang untuk membeli lebih banyak barang dari luar dan memungkinkan lebih banyak orang untuk dapat membayar biaya sekolah dan kesehatan.
gkatan pend
apatan m
asyar akat,
kem am
pu an
enggara R
m engacu
pad a
pengu at
an umpan
bali k
Kedua hal ini dianggap dapat meningkatkan kepercayaan dan kehormatan keluarga dalam masyarakat misalnya anak yang dapat melanjutkan pendidikan
yang lebih tinggi berarti keluarga dapat dipercaya mampu mendidik dan mengarahkan anak menjadi lebih baik, dengan demikian keluarga semakin
dihargai dan dihormati dalam masyarakat R13 - R16. Tingginya tekanan dalam kehidupan masyarakat akan berdampak pada pembentukan sikap individualisme
sehingga mengurangi nilai kebersamaan dan kepercayaan masyarakat R17.
Peningkatkan uang atau pendapatan masyarakat akan berdampak pada kemampuan masyarakat untuk mengatasi masalah B1-B3. Peningkatan uang
meningkatkan jumlah anak yang berpendidikan dan akses yang cukup ke fasilitas kesehatan, serta memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk membeli
kebutuhan pokok mereka. Keseluruhan dampak ini akan berimplikasi positif pada kemampuan masyarakat untuk merespon dan mengatasi masalah yang muncul.
Akhirnya, banyak masalah yang dihadapi masyarakat memerlukan kerjasama lintas komunitas R18. Ini adalah salah satu alasan utama mengapa
para pemimpin masyarakat berupaya untuk tetap menjaga keharmonisan kehidupan dalan masyarakat maupun antar desa-desa lainnya dalam kawasan.
Dengan meningkatkan kapasitas untuk memelihara dan mengatur lintas komunitas, struktur kelembagaan, kemampuan untuk mengatasi masalah yang
mempengaruhi keputusan untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya dan lingkungan secara berkelanjutan misalnya untuk kepentingan penebangan hutan
dan penambangan membutuhkan kebijakan yang benar dan tepat, sehingga mampu mengatasi masalah baik sumber daya dan lingkungan maupun
kemampuan untuk mempertahankan kebersamaan lintas komunitas di kawasan. Secara keseluruhan, pendorong utama perubahan dari sistem ini adalah
keinginan untuk pencapaian kehidupan keluarga yang sejahtera yang didukung dengan pendapatan yang memadai agar mampu membiayai kebutuhan masyarakat.
Sementara kesenjangan sosial dan tingkat kepercayaan serta penghormatan terhadap tokoh masyarakat masih tetap kuat terjaga, sehingga implikasinya dalam
pengelolaan kawasan adalah bagaimana melibatkan masyarakat dalam berbagai bentuk perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi menjadi sangat
penting sehingga masyarakat menjadi pemain dalam pengelolaan yang diterapkan dan bukan sebagi penonton sehingga dapat menimbulkan kecemburuan dan pada
akhirnya maladaptif terhadap model pengelolaan tetap terjadi.
5.4 Kesimpulan
Hasil analisis terhadap karakteristik masyarakat perikanan di kawasan konservasi Aru Tenggara, dapatlah disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1 Permasalahan sosial yang dihadapi masyarakat kawasan adalah keterbatasan
akses terhadap pemenuhan kebutuhan pendidikan, kesehatan, penerangan, air bersih, sandang, pangan dan papan maupun keterbatasan informasi serta
teknologi pemanfaatan sumber daya yang ramah lingkungan. 2
Keterbatasan akses sosial tersebut memicu masyarakat untuk meningkatkan pendapatan agar dapat membiayai kebutuhan yang ada melalui optimalisasi
pemanfaatan sumber daya pada ekosistem pulau, mangrove, lamun, terumbu karang dan perairan terbuka baik di dalam maupun luar kawasan konservasi
Aru Tenggara. 3
Rendahnya pendapatan
dan tingginya
pengeluaran mengeleminir
implementasi kearifan lokal sasi untuk membatasi masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya secara lestari semakin mengalami penurunan.
4 Tingkat kepatuhan dan kepercayaan terhadap tokoh masyarakat masih tetap
terpelihara, sehingga keberadaan tokoh masyarakat tersebut dapat dijadikan semakin komponen kunci dalam masyarakat untuk menggerakkan
pengelolaan kawasan konservasi Aru Tenggara. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Tokoh Agama dan Tokoh Adat
adalah wujud dari kepedulian mereka terhadap permasalahan masyarakat di kawasan. Pertanyaannya adalah apakah masyarakat masih mempercayai
pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten dalam menanggulangi permasalahan mereka? Wujudnya adalah seberapa jauh kepedulian pemerintah menyelesaikan
persoalan masyarakat melalui kebijakan, program dan kegiatan yang berlangsung dalam kawasan. Untuk itu pada Bab-7 akan dikaji sejauh mana kebijakan
pemerintah Pusat-Daerah dalam penanggulangan permasalahan dan pengelolaan kawasan konservasi Aru Tenggara.
6. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERIKANAN DI KAWASAN
6.1 Pendahuluan
Kawasan konservasi Aru Tenggara merupakan kawasan perairan pada bagian Selatan Kabupaten Kepulauan Aru dengan luas total perairan sebesar
114.000 ha. Pada kawasan ini terdapat 7 tujuh pulau kecil, 3 tiga pulau diantaranya adalah pulai kecil terluarperbatasan yakni Pulau Enu, Pulau Karang
dan Pulau Kultubai Selatan. Kawasan ini memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi meliputi keanekaragaman genetik, spesies dan ekosistem yang memiliki
nilai manfaat secara ekonomis, sosial, budaya, dan estetika sehingga memerlukan perhatian serius agar strategi pengelolaan keanekaragaman hayati pesisir dan laut
sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Permasalahan dan bentuk ancaman yang sangat serius terhadap kawasan,
yang terkait dengan kelestarian sumber daya hayati laut dan ekosistem antara lain; 1 pemanfaatan berlebih over exploitation terhadap sumber daya hayati,
2 penggunaan teknik dan peralatan penangkapan ikan yang merusak lingkungan, 3 perubahan dan degradasi fisik habitat, 4 penangkapan hewan yang
dilindungi, dan 5 penangkapan dengan trawl di dalam kawasan konservasi oleh kapal-kapal yang menangkap di perairan Arafura. Permasalahan dan ancaman ini
timbul sebagai akibat tuntutan kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat kawasan yang sangat terbatas dengan sentuhan pembangunan sehingga jauh dari berbagai
akses yang menyebabkan tingginya biaya hidup dan rendahnya pendapatan masyarakat, sehingga pilihan terhadap optimalisasi pemanfaatan sumber daya
kawasan menjadi target utama dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dukungan kebijakan nasional dalam pengembangan kawasan konservasi
perairan dibuat secara menyeluruh dan terpadu serta mempertimbangkan desentralisasi dalam pelaksanaannya. Kebijakan dan peraturan perundangan yang
mengatur pengelolaan wilayah pesisir semakin kuat dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil. Terkait dengan sumber daya ikan, Undang-undang ini bersinergi dengan berbagai perundangan lain, diantaranya dengan Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan.
Kaitannya dengan desentralisasi, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah merupakan perekat hubungan antar beberapa undang-undang
sebagai materi muatan dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di daerah. Diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tersebut memiliki implikasi
terhadap pengelolaan sumber daya pesisir secara berkelanjutan dapat bersifat sinergis, namun dapat pula bersifat sebaliknya. Implikasi akan bersifat sinergis,
apabila setiap pemerintah dan masyarakat di wilayah otonomi menyadari arti penting dari pengelolaan sumber daya pesisir secara berkelanjutan, sehingga
pemanfaatan sumber daya pesisir dilakukan secara bijaksana dengan menerapkan kaidah-kaidah pembangunan berkelanjutan. Implikasi negatif akan muncul
apabila setiap daerah berlomba mengeksploitasi sumber daya pesisir tanpa memperhatikan kaidah-kaidah pembangunan berkelanjutan. Sedangkan payung
kebijakan dalam konservasi sumber daya ikan, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang konservasi sumber daya ikan sebagai
organik dari UU 31 Tahun 2004. Melalui peraturan pemerintah ini diharapkan segala urusan mengenai konservasi sumber daya ikan dapat terwadahi.
Arah kebijakan pembangunan lingkungan hidup dan sumber daya alam tersebut menunjukkan prinsip-prinsip yang sangat mendasar dan harmonisasi
antara keseimbangan, keselarasan dan keserasian sistem ekologi, sosial, ekonomi dan budaya. Pembangunan yang semata-mata menempatkan sistem dan fungsi
ekonomi sebagai prioritas dan mengabaikan fungsi ekologi, sosial dan budaya akan menimbulkan masalah-masalah yang pelik dan konflik sosial yang
berkepanjangan. Oleh karena itu, upaya pemerintah untuk membangun dan mengembangkan keseimbangan fungsi ekologi, ekonomi, sosial dan budaya
Rein, 1970, dan terimplementasikan dalam berbagai perangkat kebijakan maupun program pemerintah Magill, 1986. Kebijakan Departemen Kelautan dan
Perikanan tertuang dalam visinya, yaitu Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan yang bertanggungjawab bagi kesejahteraan masyarakat Huttman,
1981; Spicker, 1995.
Kebijakan dan pembangunan adalah dua konsep yang terkait. Sebagai
sebuah proses peningkatan kualitas hidup manusia, pembangunan adalah konteks dimana kebijakan beroperasi. Sementara itu, kebijakan yang menunjuk pada