Metode pengambilan data Pendahuluan

e Keaslian: bentuk, warna, ukuran, penyebaran. f Kerentanan: mencakup status, karakteristik dan sejarah pulau. g Kependudukan tingkat pemanfaatan, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan masyarakat. h Wisatawan: jumlah, tujuan, tingkat persepsi, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. i Sarana dan prasarana: jumlah dan penyebaran j Pengembangan wilayah yang berkaitan dengan penyiapan sumber daya manusia, institusi, peraturan perundang-undang dan pengembangan kawasan. 1 Tata kelola, yang berkaitan kebijakan perlindungan dan atau normaadat yang mengatur proses-proses ekologis dan sistem penyangga kehidupan, pelestarian sumber daya alam dan pemanfaatan secara lestari.

8.2.2 Metode analisis data

1 Zonasi berbasis masyarakat Analisis terhadap zona tradisional masyarakat dilakukan dengan pendekatan metode analisis domain, taksonomi, dan tema kultural menurut Spradley 1980. Metode analisis domain dalam penelitian ini adalah penjebaran tentang gambaran umum zonasi berbasis masyarakat berupa, unit-unitruang zona yang ditetapkan, bagaimana prakteknya saat ini, serta apa yang mendasari perubahan terhadap implementasi zonasi di masyarakat. Selanjunya analisis taksonomi dipakai menjabarkan unit-unitzona-zona itu menjadi semakin lebih rinci yakni dengan memasukkan komponen ekosistem dan sumber daya, substrat dan kedalaman, bentuk aktivitas pemanfaatan dan tekonologi. Kedua metode ini akan diekspresikan melalui hasil pemetaan zona dan transek sumber daya yang telah diubah dengan pendekatan koregrafis sistem komputerisasi. Akhir dari analisis ini dilakukan analisis tema kultural untuk melihat hubungan kualitatif antara sumber daya dan teknologi sehingga diketahui permasalahan-permasahalan yang akan timbul sebagai akibat dari interaksi dimaksud. Hasil dari hubungan antara sumber daya dan teknologi akan dicari alternatif solusi yang diharapkan dapat memperbaiki zonasi yang ada dengan menselaraskannya dengan zonasi berbasis ekosistem. 2 Zonasi berbasis ekosistem Kriteria yang digunakan untuk menentukan tata ruang dan zonasi adalah kriteria-kriteria menurut Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.02Men2009 Tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan pada Bab II pasal 4 ayat 1 dikatakan bahwa kriteria dan jenis kawasan konservasi perairan harus didasari atas kriteria ekologi, sosial, budaya dan ekonomi. Model ini selanjutnya ditambahkan suatu komponen kriteria analisis yakni komponen tata kelola kawasan, dengan pertimbangan bahwa kawasan ini telah lama ditetapkan dan dikelola, sehingga perlu juga dimaksudkan pertimbangan tata kelolanya. Selain itu komponen tata kelola ini juga akan membantu menjawab analisis efektivitas pengelolaan yang pertanyaan-pertanyaan di dalam lembar elektronik tersebut mengandung 3 kriteria utama yakni ekologi, sosekbud dan tata kelola. Berdasarkan hal tersebut, maka kriteria yang digunakan untuk menentukan tata ruang dan zonasi dikawasan konservasi Aru Tenggara adalah: k Keanekaragaman: jumlah, kepadatan, penyebaran ekosistem dan spesies. l Kekhasan: bentuk, warna, ukuran. m Kelangkaan: jumlah, kepadatan, penyebaran baik ekosistem maupun spesies n Keperwakilan: bentuk,warna, ukuran, penyebaran o Keaslian: bentuk, warna, ukuran, penyebaran. p Kerentanan: mencakup status, karakteristik dan sejarah pulau. q Kependudukan tingkat pemanfaatan, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan masyarakat. r Wisatawan: jumlah, tujuan, tingkat persepsi, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. s Sarana dan prasarana: jumlah dan penyebaran t Pengembangan wilayah yang berkaitan dengan penyiapan sumber daya manusia, institusi, peraturan perundang-undang dan pengembangan kawasan. u Tata kelola, yang berkaitan kebijakan perlindungan dan atau normaadat yang mengatur proses-proses ekologis dan sistem penyangga kehidupan, pelestarian sumber daya alam dan pemanfaatan secara lestari. Kriteria yang disusun selanjutnya dijadikan acuan dalam setiap penyusunan kriteria untuk penetapan ruang atau zone di kawasan konservasi Aru Tenggara. Sesuai dengan karakteristik kawasan dan untuk memudahkan proses penetapannya, maka Kawasan Aru Tenggara dibedakan. menjadi lima kategori: yaitu Kawasan Ekosistem Pulau, Kawasan Ekosistem Mangrove, Kawasan Ekosistem Lamun, Kawasan Ekosistem Terumbu Karang dan Kawasan Ekosistem Perairan Terbuka. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, maka untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan digunakan model matematis Steel and Torrie, 1993 yang menjadi dasar penyusunan tata ruang dan zonasi kawasan. Model matematis ini secara umum menggunakan persamaan sebagai berikut : Keterangan A = Nilai suatu kawasan atau zone Bij = Jumlah nilai hasil skoring setiap kriteria dalam suatu kawasan atau zone Cij = Jumlah skor maksimum seluruh kriteria 100 = Nilai konstanta Selanjutnya model matematis ini digunakan untuk menganalisis setiap kawasan atau zone sebagai berikut : A Kawasan ekosistem pulau a Kriteria kawasan lindung pulau NKKLP = Keterangan NKKLP = Nilai kriteria kawasan lindung pulau N k = Jumlah skor kriteria keanekaragaman N kh = Skor kekhasan N 1 = Skor kelangkaan N w = Skor keperwakilan 100 X Cij Bij A               100 1 X NPem NPes NPel B N N N N N N ki r a w kh k                    N a = Jumlah skor kriteria keaslian N r = Skor kerentanan NPel = Skor Perlindungan terhadap spesies NPes = Skor Pelestarian terhadap spesies NPem = Skor Pemanfaatan terhadap spesies B ki = Jumlah skor maksimum dari seluruh kriteria yang digunakan ki = kriteria ke - i Kriteria keputusan yang akan digunakan adalah sebagai berikut : Jika : NKKLP 80, kawasan cocok sebagai kawasan lindung pulau NKKLP 80, kawasan tidak cocok sebagai kawasan lindung dan lebih cocok sebagai kawasan budidaya pulau. b Kriteria zona wisata pulau NZWP = Keterangan NZWP = Nilai kriteria zone wisata pulau    N k = Jumlah skor kriteria keanekaragaman N leg = Skor kriteria legalitas N cp = Skor kriteria karakteristik pulau N ak = Skor kriteria aksesibilitas N p = Skor permintaan wisata B ki = Jumlah skor maksimum dari seluruh kriteria yang digunakan ki = kriteria ke - i Kriteria keputusan yang akan digunakan adalah sebagai berikut : Jika : NZWP 80, Kawasan cocok sebagai zone wisata pulau NZWP 80, Kawasan tidak cocok sebagai zone wisata pulau. c Kriteria zona pertanian NZPer = 100 x B N N N ki k sk e            Keterangan NZPer = Nilai kriteria zone pertanian N e = Skor kriteria ekologi N sk = Skor kriteria sosial-ekonomi N k = Skor kriteria keamanan B ki = Jumlah skor maksimum dari seluruh kriteria yang digunakan ki = kriteria ke - i   100 X N B N N N N ki p ak cp leg k               Kriteria keputusan yang akan digunakan adalah sebagai berikut: Jika : NZPer 80, kawasan cocok sebagai zona pertanian NZPer 80, kawasan tidak cocok sebagai zona pertanian. d Kriteria zona permukiman NZPm = 100 x P N N N N Pi e d 1 at sp           Keterangan NZPm = Nilai kriteria zone permukiman N sp = Skor parameter sarana prasarana perhubungan N at = Skor parameter kemudahan mendapatkan air tawar N id = Skor parameter kecocokan lahan darat N e = Skor parameter perkembangan kegiatan ekonomi Kriteria keputusan yang akan digunakan adalah sebagai berikut : Jika : NZPem 80, kawasan cocok sebagai zona permukiman NZPem 80, kawasan tidak cocok sebagai zona permukiman. B Kawasan ekosistem mangrove a Kriteria kawasan lindung mangrove NKKLM = Keterangan NKKLM = Nilai kriteria kawasan lindung mangrove N k = Jumlah skor kriteria keanekaragaman N kh = Skor kekhasan N 1 = Skor kelangkaan N w = Skor keperwakilan N a = Jumlah skor kriteria keaslian N r = Skor kerentanan NPel = Skor Perlindungan terhadap spesies NPes = Skor Pelestarian terhadap spesies NPem = Skor Pemanfaatan terhadap spesies B ki = Jumlah skor maksimum dari seluruh kriteria yang digunakan ki = kriteria ke - i Kriteria keputusan yang akan digunakan adalah sebagai berikut : Jika : NKKLM 80, kawasan cocok sebagai kawasan lindung mangrove NKKLM 80, kawasan tidak cocok sebagai kawasan lindung dan lebih cocok sebagai kawasan budidaya mangrove.     100 1 X NPem NPes NPel B N N N N N N ki r a w kh k                   